Ini penyebab industri tekstil RI kalah dari Vietnam dan Bangladesh
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo mengeluhkan ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Tanah Air mengalami penurunan 4,3 persen sejak Januari hingga Oktober 2016. Penurunan ekspor sejalan dengan penguasaan Indonesia di pasar dunia yang terus merosot dari 2,13 persen di tahun 2001 menjadi 1,56 persen di tahun 2015. Di saat bersamaan, dua negara di Asia yakni Vietnam dan Bangladesh malah mengungguli Indonesia
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Trikasih Lembong mengatakan, unggulnya TPT Vietnam dan Bangladesh di pasar dunia karena memiliki perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). Sementara Indonesia tidak memiliki perjanjian perdagangan dengan kedua negara tersebut.
"Mereka punya perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa dan AS dan kita enggak punya," ungkap Lembong di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (6/12).
Karena adanya perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa, setiap TPT yang diekspor Vietnam dan Bangladesh tidak dikenakan tarif. Sementara setiap produk tekstil Indonesia yang diekspor dikenakan tarif sebesar 10 hingga 17,5 persen.
"Jadi belum apa-apa kita sudah kalah tarif. Sementara perusahaan itu profit margin saja biasanya enggak sampai 10 persen. Jadi enggak mungkin kita tuntut industri kita turunin harga sebesar itu," kata Lembong.
Mantan Menteri Perdagangan berjanji akan melakukan terobosan baru dalam pengeksporan TPT di pasar dunia. Salah satunya dengan mempercepat negosiasi perdagangan dengan negara penting di Eropa.
"Yang penting adalah kita harus mempercepat negosiasi guna meraih perdagangan dengan pasar2-pasar besar ke Indonesia," tuntasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaKebijakan Uni Eropa Berdampak Besar ke Industri Baja Dalam Negeri, Ini Harus Dilakukan Pemerintah
Pemerintah harus memberi dukungan yang kuat kepada industri baja di Indonesia, termasuk melalui regulasi yang tepat.
Baca Selengkapnya600 Perusahaan Tekstil dari 16 Negara Kumpul di Jakarta, Beberkan Tips Peluang Bisnis di Bidang Fesyen
Selain produsen teknologi dan mesin, Indo Intertex juga menjadi ajang kumpul para fesyen designer dan brand-brand fesyen ternama di Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tolak Angin Sido Muncul Masuk Pasar Modern UEA dan Jadi Andalan Warga Arab Saudi
Sido Muncul memperluas penjualan produk produk Tolak Angin ke luar negeri, salah satu tujuan ekspor selanjutnya adalah Uni Emirat Arab.
Baca SelengkapnyaKemenkop UKM dan KPPU Sepakat Dorong Pelaku UMKM Masuk Rantai Pasok Industri Besar
Teten bilang, selama ini kemitraan antara pelaku UMKM dengan produsen besar masih bersifat kegiatan sosial saja.
Baca SelengkapnyaRugikan Negara Rp1,3 Triliun, 6 Tersangka Korupsi Pembangunan Jalur KA Besitang-Langsa Ditahan
Kejaksaan Agung menetapkan enam tersangka korupsi proyek pembangunan jalur kereta api Besitang-Langsa pada Balai Teknik Perkeretaapian Medan tahun 2017-2023.
Baca SelengkapnyaBangga! Perusahaan Asal Banda Aceh Ekspor Perdana Kerang Hidup ke Vietnam
Bea Cukai terus berupaya membantu kemajuan dan perkembangan industri dalam negeri
Baca SelengkapnyaJual Rokok Ketengan Bakal Dilarang, Apindo: Timbulkan Kegelisahan di Industri Tembakau
Sejumlah pedagang sembako juga menolak rencana pelarangan penjualan rokok eceran atau ketengan.
Baca SelengkapnyaKondisi Timur Tengah Memanas, Pemerintah Siapkan Langkah Ini untuk Lindungi Industri Dalam Negeri
Pemerintah berupaya menyiapkan kebijakan-kebijakan strategis untuk menjaga sektor industri.
Baca Selengkapnya