Indonesia Ketiban Untung Setelah 100 Kontainer Durian Asal Thailand Dilarang Masuk ke China
Vietnam, negara tetangga Indonesia, sudah memposisikan dirinya sebagai pesaing tangguh.

Sebanyak lebih dari 100 kontainer durian asal Thailand, ditolak masuk ke China. Ini disebabkan durian asal Thailand diduga terkontaminasi dengan pewarna karsinogenik “Basic Yellow 2” (BY2), yang menyebabkan buah tersebut dikembalikan oleh otoritas Beijing dan beberapa eksportir Thailand dimasukkan dalam daftar hitam.
Dilansir dari The Star, kondisi ini membuat angin segar bagi Indonesia yang langsung mengincar pangsa pasar durian global yang lebih besar setelah China.
"Hal ini akan menciptakan peluang bagi Indonesia untuk memasok durian langsung ke China,” kata Liferdi Lukman, direktur florikultura di Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Indonesia.
Upaya untuk mengakses pasar Cina untuk ekspor durian sudah berlangsung, katanya kepada The Jakarta Post pada Kamis (6/2). Namun ia mencatat bahwa perjanjian masih perlu ditandatangani antara kedua pemerintah mengenai pengiriman durian dalam bentuk beku, yang diharapkan akan terjadi bulan depan.
“Durian segar akan diaudit oleh GACC (Bea Cukai China) ke perkebunan dan tempat pengemasan di Sulawesi Tengah sekitar akhir Februari 2025 untuk menyiapkan protokol ekspor durian segar”, jelasnya.
Seiring terus berkembangnya pasar durian di China, Indonesia telah memposisikan dirinya sebagai pesaing yang kuat. Pada tahun 2023, Indonesia memproduksi sekitar 1,83 juta ton durian, volume signifikan yang mencerminkan semakin pentingnya buah ini di Asia Tenggara.
Sering disebut sebagai "Raja Buah", durian merupakan tanaman asli daerah ini, dengan Kalimantan dianggap sebagai tempat kelahirannya.
Dominasi Thailand di Sektor Ekspor Durian
Thailand telah lama mendominasi perdagangan durian global, menyumbang sekitar 63 persen dari total produksi global pada tahun 2023. Pada tahun 2024, Thailand mengekspor 859.183 ton durian ke Tiongkok, turun 13 persen dari 991.577 ton yang dikirim pada tahun 2023, dengan nilai turun dari US$4,12 miliar menjadi $3,75 miliar, seperti dilansir Bangkok Post.
Para ahli yakin Indonesia berpotensi untuk menyaingi Thailand, meskipun hal itu tidak akan mudah karena kendala logistik. Sebagai permulaan, "Indonesia cukup jauh dari China," kata Sigit Puruwanto, seorang ahli durian dan ketua komunitas Durian Traveler Indonesia. "Durian hanya dapat bertahan hidup maksimal lima hari sebelum matang, jadi berada lebih dekat dengan China memberi negara lain keuntungan besar."
Vietnam, negara tetangga Indonesia, sudah memposisikan dirinya sebagai pesaing tangguh, sebagian karena kedekatannya dengan Cina. "Vietnam jauh lebih dekat dengan Cina, sehingga memudahkan ekspor durian segar," imbuh Sigit.
Namun, bukan hanya geografi yang membuat Vietnam unggul. Kemampuannya untuk menghasilkan varian Durian Montong, yang aslinya berasal dari Thailand tetapi kini dibudidayakan secara luas juga di Vietnam, merupakan faktor kunci lainnya.
Sigit menggambarkan Montong sebagai durian "terbaik dan paling diterima" di pasar Cina, berkat dagingnya yang besar dan berwarna kuning serta rasanya yang manis.
Meskipun Indonesia berpotensi untuk mengembangkan pangsa pasarnya, Sigit yakin fokus pemerintah ada di tempat lain, yaitu produksi beras dan gula. "Mungkin dalam beberapa tahun mendatang, kita akan melihat Indonesia memproduksi lebih banyak jenis durian, tetapi saat ini, sebagian besar program pemerintah difokuskan pada beras dan gula," katanya.
Namun, minat untuk membudidayakan buah ini semakin meningkat di beberapa daerah, sesuai dengan ekspornya, seperti di Sulawesi Tengah, yang sudah mengekspor durian Montong ke Cina.
Sigit menyampaikan harapannya bahwa dengan investasi yang tepat dalam bidang logistik dan infrastruktur, industri durian Indonesia dapat berkembang pesat meskipun Thailand dan Vietnam masih menjadi kekuatan dominan dalam perdagangan durian global, untuk saat ini.