Resign jadi Manajer Keuangan di BUMN, Kini Pria Ini Sukses Jualan Kripik Kentang Omzet Puluhan Juta, Modal Awal Hanya Rp300 Ribu
Eks karyawan BUMN berbagi cerita perjalanannya membangun bisnis rumahan yang dirintis olehnya.
Raka (30) berbagi kisah perjalanannya memutuskan resign dari pekerjaan dan memilih berbisnis keripik kentang.
Dengan modal awal hanya Rp300 ribu, kini dia berhasil meraih omset tertinggi hingga puluhan juta. Simak ulasan selengkapnya:
Cerita Pengusaha Eks Karyawan BUMN
Melansir dari kanal Youtube PecahTelur, Raka membagikan kisah perjalanannya dalam membangun bisnis keripik kentang melalui video.
Dalam video, Raka menyebut jika dulu dirinya pernah bekerja sebagai karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Meski telah memiliki poosisi bagus dengan gaji yang besar, Raka nekat menjajal peruntungan di dunia bisnis.
"Jadi dulu saya pernah bekerja di salah satu BUMN kontraktor terbesar di Indonesia.
Saya posisi terakhir jadi Manager Keuangan proyek. Gaji saya dulu 2 digit," kata Raka dalam video.
Saat bekerja, Raka memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S-2. Di situ keinginannya untuk fokus berbisnis semakin besar.
"Saya waktu itu mau S2 sekolah lagi di Jogja, saya dari kuliah memang hobinya wirausaha.
Jadi kayanya hatinya walaupun kerja berwirausaha itu passionate gitu," ungkapnya.
Putuskan Resign
Setelah mempertimbangkan beberapa hal, Raka pun akhirnya nekat keluar (resign) dari pekerjaannya dan berjualan gorengan.
"Saya keluar (resign) istri saya alhamdulillah hamil. Saya jualan gorengan di pinggir jalan," kata Raka.
berita untuk kamu.
Usaha tersebut ternyata tak berjalan lancar, sehingga dia harus memutar otak untuk mencari ide lain.
"Inspirasinya saya itu suka makan, saya pengin punya bisnis kuliner yang bisa dikirim sampai ke luar Jawa bahkan ke seluruh dunia," kata Raka
"Nah kira-kira apa sih kuliner itu ya snack, karena snack kan tahan lama. Saya lihat UMKM di Indonesia ini kok belum banyak yang produksi kripik kentang," tambahnya.
Dari situlah Raka kemudian mulai membangun bisnis produksi keripik kentang dengan brand bernama 'Kentunk'.
Dengan modal awal hanya Rp300 ribu Raka mulai membangun bisnis rumahannya yang bisa bertahan hingga saat ini
"Dulu modal (awal) Rp300 ribu. Itu buat beli kentang Rp100 ribu 10 kilo, beli kemasan Rp50 ribu, sama mesin sealer Rp50 ribu," kata Raka.
Awal memulai bisnisnya, Raka memasarkan terlebih dulu ke keluarga, saudara, dan teman-teman terdekat.
Baru setelah itu brand keripik kentang miliknya perlahan mulai dikenal orang.
Kini, Raka bahkan sudah memiliki reseller di sejumlah kota.
"Untuk reseller kita sudah punya sekitar 60 lebih reseller di seluruh Indonesia dari Sumatera sampai Sulawesi," ungkapnya.
"Untuk toko-toko itu dipasarkan di DIY-Jateng lebih dari 100 titik. Untuk pemasaran sendiri kita pakai marketplace dan media sosial," kata Raka.
Bisnis keripik kentang ini bukanlah yang pertama dicoba oleh Raka.
Sebelumnya, dia sempat berkali-kali gagal saat berusaha berbisnis.
- Khulafa Pinta Winastya
Dia memilih usaha bisnis penggergajian kayu di Majenang, Jawa Tengah bersama dengan salah satu rekannya.
Baca SelengkapnyaCerita bermula ketiga Ega lulus sekolah. Dia memutuskan untuk bekerja di ritel di salah satu Mal di Bekasi selama 1,5 tahun.
Baca SelengkapnyaPria ini memutuskan resign dari pekerjaannya saat sudah punya empat anak
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Awalnya tak punya kemampuan menjahit, kini hasil karyanya diminati orang dari berbagai penjuru Indonesia hingga luar negeri.
Baca SelengkapnyaSeorang mantan karyawan bank swasta di Gresik memutuskan untuk resign dan berjualan sabun di rumahnya, kini sukses raih omzet puluhan juta selama satu bulan.
Baca SelengkapnyaAnnisa resign dan memulai bisnisnya di bidang makanan.
Baca SelengkapnyaJangan hanya ikut-ikutan, persiapkan strategi yang tepat untuk resign setelah Lebaran.
Baca SelengkapnyaSaat ini impian untuk menjalani hari-hari bersama keluarga bisa terwujud, dengan usaha kue beromzet hingga Rp200 juta
Baca SelengkapnyaKecintaannya terhadap buah lokal terganggu saat mengetahui banyak buah impor justru mendominasi pasar Indonesia.
Baca Selengkapnya