Menyusuri Benteng Amsterdam, Sepotong Ibu Kota Belanda di Tanah Maluku
Merdeka.com - Menjelajahi bangunan sejarah di Indonesia memang tiada habisnya. Terlebih bangunan yang menjadi peninggalan para penjajah ratusan tahun silam. Salah satunya Benteng Amsterdam. Sekilas nama benteng begitu keren, seolah berada di seberang benua Eropa tepatnya Ibu Kota Belanda. Jangan salah, bangunan kuno ini tidaklah di Amsterdam, Belanda. Benteng Amsterdam berada di Desa Hila, Leihitu, Ambon, Maluku Tengah.
Tak bisa meninggalkan sejarahnya, benteng ini memang sangat erat kaitannya dengan pendudukan Belanda yang beribukota di Amsterdam. Perebutan sumber daya rempah di Maluku menjadi alasan utama Belanda menduduki Maluku. Kini saksi bisu pertempuran rakyat Maluku dan Belanda ini masih berdiri kokoh. Meskipun pernah diguncang gempa dan tsunami yang memporak-porandakan daerah Hila.
Benteng Amsterdam mulanya bukanlah sebuah basis pertahanan. Di tempat benteng ini berdiri dulunya merupakan sebuah gudang rempah orang Portugis yang dihancurkan oleh Belanda.
-
Bagaimana Benteng Amsterdam berdiri? Benteng ini memiliki nilai sejarah yang tinggi karena pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah pada masa kolonial Belanda.
-
Kapan Belanda pertama kali datang ke Banten? Dilandir dari laman bataviadigital.perpusnas.go.id, pasukan Belanda mulanya mendarat di Pelabuhan Banten pada 1596.
-
Di mana Benteng Belgica berada? Benteng Belgica memiliki posisi strategis untuk mengawasi aktivitas kapal-kapal di perairan Banda.
-
Bagaimana Belanda menguasai wilayah? Sistem baru ini mengubah cara Belanda dalam menguasai daerah dengan menerapkan kolonialisme dan imperialisme dengan melakukan politik ekspansi.
-
Apa yang dilakukan Belanda? Pada praktiknya, tanah milik sultan itu kemudian disewakan kepada Belanda. Sementara itu, pemerintah kolonial memberikan konsesi kepada pemodal untuk mengolah hasil perkebunan tersebut. Mirisnya, rakyat yang ingin menggarap tanah harus memberikan konsesi kepada pemilik Afdeling.
-
Dimana letak Gerbang Amsterdam? Saat ini, lokasi bekas gerbang diketahui berada di simpang Jalan Cengkeh, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat.
©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Bangunan utama Benteng Amsterdam terdiri dari 3 lantai dengan fungsinya masing-masing. Wujud bangunannya sekilas seperti rumah biasa. Oleh Belanda menyebutnya Blok Huis. Lantai pertama ditopang oleh batu bata merah, sedangkan lantai kedua dan ketiga beralaskan besi. Beberapa sisi tembok Blok Huis juga terdapat jendela sebagai tempat mengintai musuh.
Rumah segi empat ini pada lantai satu menjadi tempat tidur para serdadu. Lantai dua menjadi tempat pertemuan para perwira. Sedangkan lantai tiga sebagai pos pemantau. Di dalam Benteng Amsterdam juga dibangun sebuah sumur sebagai penyuplai air minum militer Belanda.
©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Dahulu, pada tahun 1512 Pemerintah Kolonial Portugis mendirikan bangunan loji sebagai tempat menyimpan cengkeh, pala dan hasil bumi dari Maluku. Hingga terjadinya peperangan tahun 1605, Belanda dan rakyat Maluku berhasil mengusir Portugis.
Jaan Ottens, Gubernur Jenderal Belanda saat itu menghancurkan bangunan asli Peninggalan Potugis. Di bawah VOC, Belanda kemudian mengubahnya sebagai benteng pertahanan.
Bahan bangunan benteng terbuat dari bebatuan yang ada di pesisir pantai. Untuk membuat aman basis pertahanan, Belanda juga membuat pagar tembok setebal 1 meter yang mengelilingi bangunan utama Benteng Amsterdam.
©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Keunikan benteng ini ialah posisinya yang langsung berhadapan dengan Laut Seram. Dari atas benteng hamparan laut biru begitu menawan. Hanya berjarak 3 meter ke barat laut, birunya laut seram dengan semilir anginnya selalu menyejukkan.
Peperangan dengan Kerajan Hitu menjadi alasan membangun Benteng Amsterdam. Tepatnya pada tahun 1637, pertumpahan darah terjadi antara VOC dengan penduduk Hitu. Saat itu dinamai dengan Perang Hitu yang dipimpin oleh Kapitan Kakiali.
Pembangunan Benteng Amsterdam dilakukan secara bertahap. Sejalan dengan pergantian Gubernur Jendral kala itu. Hingga pada tahun 1656, Arnold De Vlaming Van Ouds Hoorn menamainya Benteng Amsterdam. Dia merupakan tokoh antagonis di mata Orang Ambon yang juga menyelesaikan pembangunan Benteng Amsterdam.
©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Belanda resmi meninggalkan Benteng Amsterdam pada tahun 1900. Kondisinya begitu terbengkalai, hingga pada tahun 1991 dimulailah pemugaran Benteng oleh Pemerintah Indonesia.p ada tahun 1627 hingga 1702 Benteng Amsterdam juga pernah ditinggali seorang naturalis Jerman yang meneliti flora dan fauna di Ambon. Ia bernama G.E Rumphius yang juga menjadi penemu anggrek khas Pulau Ambon.
Tercatat pada tahun 1674 Pulau Ambon diguncang gempa dan terjadi tsunami. Namun tak ada laporan mengenai kerusakan Benteng Amsterdam. Pada 8 Februari 1845, terjadi gempa yang membuat retakan besar pada dinding Benteng Amsterdam. Di selatan benteng berdiri sebuah gereja tua peninggalan Belanda bernama Gereja Immanuel. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika Anda berkunjung ke Ambon, jangan lewatkan tempat-tempat wisata menarik yang ada di sana.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan nama-nama jalan di Belanda yang menggunakan nama daerah yang ada di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenguak sejarah Pulau Onrust yang berada di antara Kepulauan Seribu yang konon menjadi titik penting ketika masa kolonial.
Baca SelengkapnyaKota ini terus berkembang seiring perkembangan zaman.
Baca SelengkapnyaBanyak orang yang mengira, kawasan Kota Tua hanya ada di Semarang dan Jakarta.
Baca SelengkapnyaBenteng ini dulu jadi simbol kekuatan penjajah setelah menaklukan Kesultanan Banten.
Baca SelengkapnyaDi Amsterdam, Belanda ternyata ada sebuah pulau reklamasi yang bernama Java Eiland atau Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaDulu gerbang ini jadi simbol kejayaan di Batavia. Namun sayang nasibnya tragis.
Baca SelengkapnyaBenteng de Kock, saksi bisu Perang Padri yang dimotori Tuanku Imam Bonjol di Bukittinggi.
Baca SelengkapnyaDahulu Cianjur pernah maju saat menjadi ibu kota Jawa Barat, komoditas kopi dan tehnya jadi andalan Eropa.
Baca SelengkapnyaPulau Makian punya pelabuhan terbaik di Maluku. Perdagangan komoditas rempah begitu menjamur di sana.
Baca SelengkapnyaKeberadaan bangunan benteng di Kabupaten Maluku Tengah tak lepas dari aktivitas jual beli rempah-rempah yang kini menjadi peninggalan sejarah.
Baca Selengkapnya