Merdeka.com - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) bersama Melsa ISP serta Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjajaran (PDP-BS Unpad) melakukan asistensi kepada para peserta lomba membuat website dengan konten aksara Sunda PANDI 2020.
Asistensi diberikan bagi peserta yang mengalami kendala baik sisi teknis maupun literasi.
Mohamad Shidiq Purnama, Chief Registry Officer (CRO) PANDI, menjelaskan asistensi tersebut diberikan untuk bisa meminimalisasi kendala yang akan ditemukan para peserta nantinya.
PANDI mencatat, lomba membuat website dengan konten aksara Sunda ini diikuti oleh 65 peserta.
“Harapannya agar lomba pembuatan web berdomain aksara Sunda bisa berjalan lancar tanpa ada hambatan,” kata Shidiq dalam keterangan persnya, Senin (22/6).
Menurutnya, PANDI akan memberikan asistensi dan sarana konsultasi bagi peserta lomba membuat website dengan konten aksara Sunda. Selain itu juga akan dibuatkan satu grup diskusi peserta melalui aplikasi percakapan.
Bagi peserta yang mengalami kendala teknis yang ditemukan di lapangan terkait teknologi atau yang tidak pernah tahu tentang hosting dan domain serta ingin berkonsultasi, bisa datang langsung ke kantor PANDI atau via daring.
Aksara Sunda Semakin Dikenal
©2020 Merdeka.com
Selain di Sekretariat PANDI, kegiatan asistensi ini pun dilakukan di kantor PT Melvar Lintasnusa (Melsa ISP) di Bandung, Jawa Barat.
Iman Budiman, Chief Technology Officer (CTO) Melsa ISP, mengaku siap memfasilitasi kegiatan asistensi tersebut.
“Karena kebetulan kami (Melsa ISP) di Bandung dan mayoritas peserta lomba berdomisili di Bandung, kami siap membantu PANDI dan peserta agar bisa memangkas jarak, jika lokasi peserta jauh ke kantor PANDI, jadi bisa datang ke Melsa ISP,” terangnya.
Melsa ISP mengkategorikan sebagai berikut, peserta yang ingin berkonsultasi mengenai aspek teknis, bisa mendatangi kantor Melsa ISP. Sedangkan bagi peserta yang ingin berkonsultasi perihal konten, bisa mengunjungi Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjajaran.
Sekretaris Yayasan Kebudayaan Rancagé, Dadan Sutisna, menambahkan perlu diadakan workshop/pelatihan hingga pembuatan video tutorial bagi peserta lomba untuk memudahkan mereka nantinya.
“Workshop ini akan membantu peserta yang masih kesulitan beradaptasi dengan kemajuan teknologi, juga sebagai literasi aksara Sunda, selain itu akan kami buatkan video tutorialnya, agar peserta bisa langsung mempraktekkannya,” jelas Dadan.
Kata dia, pada 2008 Unpad pernah mengajukan proposal konsorsium untuk mendaftarkan aksara Sunda ke Unicode agar bisa dikembangkan dalam bentuk digital. Sayangnya, dari pengajuan tersebut hingga kini prosesnya jalan di tempat, karena di Indonesia tidak ada lembaga khusus yang mengurusi perihal aksara Sunda.
“Saya berharap melalui lomba tersebut aksara Sunda bisa lebih dapat dikenal masyarakat. Mudah-mudahan lomba tersebut bisa menumbuhkan semangat orang-orang dalam pengembangan aksara Sunda ke depan,” tutup Dadan.
[sya]
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami