Pandemi Buat Pengguna E-commerce Baru Tumbuh 12 Juta
Merdeka.com - Perusahaan e-commerce enabler SIRCLO baru-baru ini merilis laporan tentang tren perkembangan e-commerce Indonesia di masa pandemi COVID-19. Laporan yang berjudul “Navigating Indonesia’s E-Commerce: COVID-19 Impact and The Rise of Social Commerce” ini dikembangkan melalui survey kepada 2.987 responden pada bulan Juni 2020.
Dua hal utama dari penemuan SIRCLO adalah tingginya akselerasi adopsi e-commerce selama pandemi COVID-19 dan tumbuhnya tren social commerce, yaitu transaksi jual-beli online melalui aplikasi percakapan dan media sosial.
"Adanya pandemi justru mengakselerasi industri e-commerce di Indonesia, hingga diprediksi bertumbuh sebesar 91 persen—jauh melampaui proyeksi sebelumnya yang hanya sebesar 54 persen," kata Brian Marshal, CEO dan Founder SIRCLO saat acara konferensi pers virtual, Rabu (5/11).
Dilanjutkannya, hal ini bisa terjadi karena infrastruktur ekonomi digital Indonesia telah siap untuk melaju ke tahap berikutnya, terutama dengan tingginya penetrasi smartphone dan penggunaan internet di masyarakat.
"Kami percaya, industri e-commerce akan terus mengalami peningkatan pesat dan menjadi penggerak utama ekonomi digital Indonesia," kata dia.
Diperkirakan bahwa terdapat 12 juta pengguna e-commerce baru sejak pandemi berlangsung, dimana 40 persen di antaranya mengatakan akan terus mengandalkan e-commerce bahkan setelah pandemi berakhir. Dalam kondisi normal, akselerasi kenaikan jumlah pengguna ini bisa tercapai dalam kurun waktu 1,5-2 tahun.
Terjadi Peningkatan
Dirangkum dalam laporan tren perkembangan e-commerce SIRCLO, 90 persen populasi Indonesia akan menggunakan smartphone di tahun 2025. Sejalan dengan hal tersebut, total pengguna smartphone yang mengadopsi internet pun akan meningkat hingga 77 persen.
Dua hal ini turut mendorong industri ekonomi digital untuk meningkat 3x lipat dalam rentang tahun 2019-2025. Pada tahun 2019, industri belanja online menyumbang lebih dari setengah total transaksi ekonomi digital di Indonesia, yakni sebesar USD 21 milyar (dolar Amerika).
Google pun telah merilis laporan resmi bahwa industri e-commerce Indonesia diproyeksikan akan menjadi salah satu pasar dengan pertumbuhan tertinggi di dunia, hingga 36.1 persen per tahunnya.
Dari sisi metode pembayaran, survei SIRCLO mencatat preferensi penggunaan dompet digital untuk pembayaran transaksi e-commerce selama pandemi meningkat sebesar 11 persen, sementara metode kartu kredit dan transfer bank turun masing-masing 10 persen dan 2 persen.
Tidak hanya dalam transaksi e-commerce, Bank Indonesia mencatat bahwa jumlah transaksi uang digital 16,7 persen lebih tinggi pada April 2020 dibandingkan bulan sebelumnya. Transaksi menggunakan kartu debit atau kredit justru menurun drastis sebesar 37 persen.
(mdk/faz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemendag memproyeksikan transaksi e-commerce tahun 2023 menjadi Rp533 triliun.
Baca SelengkapnyaJika terpilih sebagai presiden dia akan coba mengatur bagaimana kehadiran e-commerce tidak mematikan usaha pedagang konvensional.
Baca SelengkapnyaSetelah melewati tantangan sejak 2019 hingga 2022 lalu, industri penerbangan nasional mulai menunjukkan momentum bangkit di 2023.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia maupun Brasil sama-sama tumbuh kuat usai terdampak parah pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaPenggemar game di Indonesia ditaksir mencapai 65 juta orang
Baca SelengkapnyaCapaian PMI manufaktur tersebut menandakan Indonesia telah benar-benar keluar dari pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaMedia sosial TikTok dan TikTok Shop menggabungkan dua fitur tersebut, padahal secara aturan seharusnya memiliki izin operasi yang berbeda.
Baca SelengkapnyaNilai transaksi digital banking mencapai Rp5.163 triliun.
Baca Selengkapnya