Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ilmuwan sebut Punya Jurus “Jinakan” Tanah di Bulan yang Tak Ramah Manusia, Begini Caranya

Ilmuwan sebut Punya Jurus “Jinakan” Tanah di Bulan yang Tak Ramah Manusia, Begini Caranya<br>

Ilmuwan sebut Punya Jurus “Jinakan” Tanah di Bulan yang Tak Ramah Manusia, Begini Caranya

Partikel tanah di Bulan begitu membahayakan manusia. Ada kasus nyata yang terjadi.

Penelitian baru ungkap cara ubah tanah Bulan menjadi tempat yang lebih ramah manusia. 

Penelitian ini dipimpin oleh Ginés-Palomares, Miranda Fateri, dan Jens Günster.

Ketiganya memikirkan cara bagaimana menghasilkan permukaan yang aman dan nyaman untuk para astronot bekerja ketika berada di permukaan Bulan.

Menurut laporan <i>IFLScience</i>, Senin (23/10), tanah Bulan atau sering juga disebut sebagai regolith, merupakan tempat yang tidak ramah manusia.

Menurut laporan IFLScience, Senin (23/10), tanah Bulan atau sering juga disebut sebagai regolith, merupakan tempat yang tidak ramah manusia.

Kumpulan partikel berdebu yang tajam, abrasif, dan beracun mungkin berada di sana. Kumpulan partikel ini bisa saja menempel pada pakaian antariksa dan merusak peralatan milik astronot.

Bahkan, salah satu astronot dari misi Apollo mengalami reaksi alergi terhadap kumpulan partikel ini.

Reaksi alergi ini kemudian disebut sebagai demam lunar.

Karena itulah, perlu ditemukan cara untuk menjadikan regolith Bulan menjadi suatu partikel yang lebih aman dan kokoh.

Para peneliti mencoba menggunakan karbon dioksida untuk melelehkan regolith ini.

<b>Simulasi</b><br>

Simulasi

Percobaan ini dilakukan dalam sebuah simulasi yang dibuat oleh Badan Antariksa Eropa (ESA). Tanah yang dipakai juga bukan tanah Bulan sungguhan. Ada beberapa perbedaan signifikan dari penelitian ini dan penelitian sebelumnya. 

Diketahui, dalam penelitian ini digunakan pemanfaatan pancaran energi yang memiliki diameter maksimum 10 centimeter. 

Keluaran dayanya adalah maksimum 12 kW, dan tidak digunakan dalam penelitian sebelumnya. Hasilnya, diketahui bahwa satu kali lintasan laser sudah cukup untuk menciptakan lempengan tebal dari regolith.

Diketahui, dalam penelitian ini digunakan pemanfaatan pancaran energi yang memiliki diameter maksimum 10 centimeter. 

“Penelitian menunjukkan bahwa lapisan regolith Bulan yang relatif tebal (sekitar 2,5 centimeter) dapat dilebur dengan satu lintasan sinar,”

para peneliti. 

Ilmuwan sebut Punya Jurus “Jinakan” Tanah di Bulan yang Tak Ramah Manusia, Begini Caranya

Para peneliti mempertimbangkan apakah hal ini dibutuhkan dalam waktu cepat di Bulan, karena penelitian ini jelas membutuhkan lebih banyak percobaan lagi. Hingga saat ini, disimpulkan cara paling simple untuk melakukan penelitian ini di Bulan adalah dengan menggunakan lensa yang memanfaatkan sinar Matahari, bukan laser.

Caranya mirip dengan membakar atau meleburkan suatu objek dengan bantuan kaca pembesar dan cahaya Matahari.

Cara yang sama diperkirakan dapat meleburkan regolith Bulan, dengan lensa seluas 2,37 meter persegi.

Radiusnya adalah 87 centimeter (jika berbentuk lingkaran).

Penggunaan lensa juga membuat keuntungan, baik dari segi kebutuhan energi, pendinginan, dan infrastrukturnya.

Ilmuwan Ungkap Temuan Awal Manusia Mulai Bercocok Tanam
Ilmuwan Ungkap Temuan Awal Manusia Mulai Bercocok Tanam

Kegiatan pertanian sudah dilakukan umat manusia ribuan tahun lalu.

Baca Selengkapnya
Ukiran 500 Jejak Kaki dari Zaman Batu Bikin Takjub Ilmuwan, Setelah Ditelusuri Terungkap Pemiliknya
Ukiran 500 Jejak Kaki dari Zaman Batu Bikin Takjub Ilmuwan, Setelah Ditelusuri Terungkap Pemiliknya

Setelah melakukan pelacakan terhadap ratusan jejak kaki ini, ilmuwan mengungkap pemilik jejak kaki ini.

Baca Selengkapnya
Ilmuwan Ungkap Bulan Ternyata Perlahan Menjauhi Bumi, Ini Dampaknya
Ilmuwan Ungkap Bulan Ternyata Perlahan Menjauhi Bumi, Ini Dampaknya

Fakta ini baru terungkap oleh ilmuwan kala ia meneliti tentang Bulan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kata Ilmuwan Ini 1 Juta Tahun yang Lalu Manusia Nyaris Punah, Begini Kisahnya
Kata Ilmuwan Ini 1 Juta Tahun yang Lalu Manusia Nyaris Punah, Begini Kisahnya

Jika sekarang manusia dianggap melebihi populasi, tidak pada saat 1 juta tahun lalu.

Baca Selengkapnya
Ilmuwan Akhirnya Punya Jawaban Mengapa Manusia Tidak Berumur 200 Tahun
Ilmuwan Akhirnya Punya Jawaban Mengapa Manusia Tidak Berumur 200 Tahun

Ilmuwan Akhirnya Punya Jawaban Mengapa Manusia Tidak Berumur 200 Tahun

Baca Selengkapnya
Manusia Sudah Merokok Sejak 12.300 Tahun Lalu, Biji Tembakau Gosong Ini Buktinya
Manusia Sudah Merokok Sejak 12.300 Tahun Lalu, Biji Tembakau Gosong Ini Buktinya

Temuan baru ini membuktikan bahwa manusia telah mengenal rokok jauh sebelum yang diperkirakan para ilmuwan.

Baca Selengkapnya
Mumi Tertua di Dunia Bukan Berasal dari Mesir, Bangsa Ini Pertama Kali Mengawetkan Mayat 9.000 Tahun Lalu
Mumi Tertua di Dunia Bukan Berasal dari Mesir, Bangsa Ini Pertama Kali Mengawetkan Mayat 9.000 Tahun Lalu

Peradaban Mesir kuno terkenal dengan mumi-mumi mereka. Namun ternyata, mumi tertua bukan berasal dari Mesir.

Baca Selengkapnya
Ilmuwan Temukan Lalat yang Tak Bisa Terbang, Padahal Sayapnya Utuh
Ilmuwan Temukan Lalat yang Tak Bisa Terbang, Padahal Sayapnya Utuh

Penyebab mengapa lalat ini tidak bisa terbang belum terungkap.

Baca Selengkapnya
Jejak Penyakit TBC Paling Awal Menjangkiti Manusia 9.000 Tahun Lalu, Buktinya Ditemukan di Permukiman Purba Bawah Laut
Jejak Penyakit TBC Paling Awal Menjangkiti Manusia 9.000 Tahun Lalu, Buktinya Ditemukan di Permukiman Purba Bawah Laut

Jejak penyakit TBC ini ditemukan pada kerangka manusia yang ditemukan di permukiman megalitikum.

Baca Selengkapnya