Penyiapan Makam Korban Covid-19 di Iran di Tengah Lonjakan Positif. Menurut data pada Jumat (23/10/2020) lalu mencatat ada sekitar 335 orang meninggal dunia karena Covid-19 dengan jumlah kasus baru yang terinfeksi 6.134 orang selama 24 jam terakhir.

Pemerintah Iran membredel satu koran pada Senin setelah surat kabar itu mengutip mantan anggota satgas nasional virus corona yang menyatakan jumlah korban pandemi di negara itu dapat mencapai 20 kali lebih tinggi dari angka yang dikeluarkan pemerintah.

Angka kematian di Iran akibat virus corona terus bertambah. Departemen Kesehatan melaporkan 215 kematian baru akibat Covid-19 pada Senin, yang berarti setiap 7 menit, satu orang meninggal.

Melalui dokumen yang dibocorkan, pemerintah Iran disebut menutup-nutupi data kematian akibat virus corona. Angka kematian sebenarnya disebut tiga kali lipat dibandingkan klaim pemerintah.

Setelah pelonggaran pembatasan yang dilakukan pemerintah, warga Iran kembali menggelar acara-acara yang mengumpulkan orang banyak. Salah satunya adalah pesta pernikahan yang ternyata memicu lonjakan kasus Covid-19.

Seorang nenek berusia 107 tahun asal Iran yang terinfeksi virus corona dinyatakan sembuh. Selama ini kalangan lansia dinilai paling rentan terinfeksi virus corona dan kecil kemungkinan untuk sembuh.

Laylat al-Qadr, Warga Iran Ramai Baca Alquran di Tengah Jalan. Di tengah wabah pandemi Covid-19, warga Iran tetap menggelar kajian dan pengajian Alquran di malam ganjil Laylat al-Qadr bulan suci Ramadan.

Keputusan membuka kembali masjid-masjid ditetapkan dalam sebuah rapat konsultasi yang dihadiri Kementerian Kesehatan.

Presiden Iran, Hassan Rouhani mengatakan, pembukaan masjid akan dimulai pada Senin (4/5), setelah masjid-masjid ditutup sejak awal Maret untuk mencegah penularan virus corona.

Warga Iran Ikuti Acara Keagamaan Drive-In di Tengah Pandemi. Terbatasnya kesempatan untuk menjalankan ibadah di masjid, membuat para keluarga di Iran mengikuti acara keagamaan secara drive-in.

Stok masker di Iran menipis seiring dengan wabah corona yang melanda negeri itu yang menewaskan hampir 4.000 orang. Pemerintah Iran mengerahkan warganya untuk memproduksi masker dengan menggunakan bangunan masjid yang diubah menjadi 'pabrik' masker sementara.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan, negaranya tidak akan pernah meminta bantuan Amerika Serikat dalam perang melawan pandemi virus corona.

Iran untuk pertama kalinya memproduksi obat jenis favipiravir untuk mengobati pasien Covid-19, sebagai salah satu upaya melawan pandemi virus corona. Hal ini disampaikan Kepala Rumah Sakit Masih Daneshvari, yang merupakan pusat penanganan medis pasien Covid-19 di Teheran.

Saat sanksi Amerika Serikat (AS) menghalangi akses bagi Iran mendapatkan obat-obatan dan peralatan medis, perusahaan farmasi negara ini dan para pakar penyakit menular melakukan upaya mandiri. Iran Darou Company memproduksi sendiri obat anti malaria, atas rekomendasi WHO, untuk mengobati pasien virus corona (Covid-19).

Iran sedang mengembangkan metode pengobatan menggunakan sel induk, menurut juru bicara Kementerian Kesehatan, Kianoush Jahanpouri.

Kepala Garda Revolusi Iran (IRGC), Mayor Jenderal Hossein Salami mengatakan Iran tak membutuhkan bantuan apapun dari Amerika Serikat (AS) untuk menangani pandemi virus corona. Bahkan dia menuding tawaran AS itu sekadar tipuan belaka.

Moskow mendesak Washington agar mencabut sanksinya terhadap Iran di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Pemerintah sudah memerintahkan sekolah dan universitas ditutup dan melarang seluruh kegiatan olahraga, budaya, dan agama. Iran juga menutup empat tempat ibadah suci umat Syiah.