Jejak Batu Palindo, Situs Patung Megalitik 'Sang Penghibur' di Lembah Bada Sulawesi Tengah
Bukti peninggalan sejarah batu megalitikum banyak sekali dijumpai di beberapa daerah Indonesia.
Batu-batu tersebut kebanyakan masih berkaitan dengan leluhur, tak terkecuali menjadi benda yang suci atau disakralkan bagi penduduk setempat.
Salah satu peninggalan batu megalitikum tersebut berada di Sulawesi, tepatnya pada suatu lembah yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Batu yang berupa patung itu masih ada kaitannya dengan sejarah Suku Napu, Besoa, dan Bada. (Foto: WIkipedia)
Patung ini berdiri gagah dan kokoh di tengah-tengah padang savana yang sudah menghijau. Bahkan, patung ini sudah menjadi ikon dari Sulawesi Tengah yang sudah cukup terkenal di kalangan para wisatawan.
Mungkin yang menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana batu sebesar 4 kali orang dewasa itu bisa dibuat dan berdiri di tengah-tengah hamparan alam yang luas.
Sampai sekarang, belum ada jawaban pasti terkait Patung Palindo dan lainnya itu dibuat.
Patung 'Sang Penghibur'
Mengutip dari beberapa sumber, kata "Palindo" dalam bahasa Indonesia berarti Sang Penghibur atau juga disebut dengan Watu Palindo dalam bahasa Bada yang artinya patung batu megalitik.
Secara ukuran, patung ini setinggi 4 kalinya orang dewasa atau sekitar 4,5 meter.
Patung ini dikatakan sebagai "Sang Penghibur" karena pada ukirannya berbentuk wajah yang sedang gembira atau tersenyum.
Perkiraan usia patung ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu, kurang lebih pada abad ke-14.
Cerita Legenda
Terdapat kisah legenda yang cukup berkembang di masyarakat setempat.
Dulunya Raja Luwu memerintahkan sebanyak 1800 orang untuk memindahkan patung tersebut dari Sepe ke Palopo, sebuah daerah di bagian Selatan yang jauh disana.
Namun, wacana pemindahan patung itu berujung gagal. Akhirnya patung tersebut hanya dipindah posisinya saja yang sebelumnya menghadap ke wilayah Luwu Selatan lalu diputar menghadap ke Barat sebagai bentuk penghinaan terhadap raja.
Upaya melecehkan sang raja itu berujung petaka. Saat patungnya diubah arahnya, patung ini jatuh ke samping dan membunuh 200 orang.
Lalu, patung itu tidak lagi disentuh sehingga sampai sekarang posisinya miring dan menghadap ke Barat.
berita untuk kamu.
Banyak Dikunjungi Wisatawan
Dilansir dari situs pariwisata.sultengprov.go.id, pesona Patung Palindo ini membuat setiap orang penasaran dengan wujud aslinya. Tak heran, jika banyak sekali pengunjung dari daerah maupun mancanegara yang menyambangi tempat ini karena penasaran.
Untuk bisa ke tempat ini, anda perlu menempuh perjalanan 12 jam menggunakan transportasi darat dari Rantepao, Toraja Utara.
Bisa juga ditempuh dengan pesawat dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar menuju Kota Poso yang hanya memakan waktu 45 menit saja.
Setelah itu, dilanjutkan dengan perjalanan darat yang kurang lebih memakan waktu 3 jam lamanya. Keberadaan Patung Palindo inin mengingatkan kita pada situs megalitik Stonehenge yang ada di Pulau Paskah.
- Adrian Juliano
Kepercayaan orang-orang sekitar pun tumbuh dan mengakar kuat di benak mereka jika merusak salah satu peninggalan sejarah tersebut, maka dia akan menerima nasib
Baca SelengkapnyaTeramati kolom abu setinggi 800 meter dari puncak gunung dan guguran material ke arah Besuk Kobokan.
Baca SelengkapnyaBatu peninggalan di Pulau Samosir ini memiliki bentuk yang unik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Oleh sebab itu, masyarakat diminta waspada terhadap dampak cuaca saat ini.
Baca SelengkapnyaAkses jalan penghubung itu ditutup sementara sejak Kamis (25/1) kemarin untuk mengantisipasi hal tak diinginkan.
Baca SelengkapnyaWilayah Kelenteng Sam Poo Kong dulunya berada di pinggir laut. Kini jaraknya sekitar 7 km dari bibir pantai
Baca SelengkapnyaLubang yang ada di Batu Batikam itu merupakan simbol dari perdamaian antar suku yang tengah berkuasa pada saat itu.
Baca SelengkapnyaDiduga pada abad ke 8-9 Masehi peradaban di tempat itu sudah sangat maju.
Baca SelengkapnyaSuku asli dari kota Pagaralam, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Muara Enim ini melakukan perlawanan terlama dalam sejarah.
Baca Selengkapnya