4 Cara untuk Mencegah Terjadinya Kardiomiopati, Penyebab Terjadinya Kematian Mendadak di Usia Muda
Kebanyakan kasus kardiomiopati terjadi pada usia muda, yaitu puncaknya di sekitar usia 30-40 tahun.
Kardiomiopati merupakan istilah dalam dunia medis yang merujuk pada gangguan yang terjadi pada otot jantung akibat penyebab tertentu. Jantung sebagai organ otot dapat mengalami perubahan baik dari segi struktur maupun fungsi, yang dapat mengakibatkan gangguan dalam kemampuannya untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Keadaan ini dikenal sebagai gagal jantung. Sebagian besar kasus kardiomiopati sering ditemukan pada individu yang berusia muda, dengan puncak kejadian antara usia 30 hingga 40 tahun. Dalam beberapa situasi, terutama pada usia muda, kelainan ini mungkin tidak menunjukkan gejala, sehingga sering kali terdeteksi secara tidak sengaja selama pemeriksaan kesehatan rutin seperti elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiografi.
-
Bagaimana cara mencegah Gagal Jantung di usia muda? Kunci untuk mencegah gagal jantung adalah dengan mengurangi faktor risiko. Anda dapat mengontrol atau menghilangkan banyak faktor risiko penyakit jantung dengan mengubah gaya hidup bersama dengan bantuan obat-obatan yang diperlukan.
-
Bagaimana cara mencegah penyakit jantung pada anak muda? 'Mencegah lebih baik dari pada mengobati,' ujarnya, sembari mengingatkan pentingnya olahraga rutin, pola makan sehat, istirahat yang cukup, serta menjauhi kebiasaan merokok.
-
Mengapa kardiomiopati berbahaya? Kardiomiopati dapat berkembang secara perlahan dan sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas di awal, sehingga banyak individu baru menyadari kondisi ini saat sudah berada pada tahap yang lebih serius. Kondisi ini dapat berpengaruh besar pada kualitas hidup dan memerlukan perhatian medis yang lebih mendalam.
-
Apa itu kardiomiopati? 'Kardiomiopati adalah istilah medis yang merujuk pada kelainan pada otot jantung yang disebabkan oleh faktor tertentu,' ungkap Leonardo dalam siaran pers pada Selasa (24/9/2024). 'Secara fundamental, jantung adalah organ otot, sehingga jika otot jantung mengalami perubahan baik secara struktural maupun fungsional, kemampuannya untuk memompa darah ke seluruh tubuh akan terganggu. Kondisi ini dikenal sebagai gagal jantung,' tambahnya.
-
Bagaimana cara mencegah serangan jantung? Untuk mencegah risiko serangan jantung mendadak, Dani menyarankan agar orang yang memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga atau sering mengalami tanda fisik seperti pingsan atau nyeri dada untuk memastikan kondisi kesehatan jantung mereka melalui pemeriksaan laboratorium atau rekam jantung.
Salah satu jenis kardiomiopati, yaitu kardiomiopati hipertrofik, merupakan salah satu penyebab utama kematian jantung mendadak pada orang muda saat berolahraga. Kabar baiknya, menurut Leonardo Paskah Suciadi, seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang memiliki subspesialisasi dalam gagal jantung lanjut dan kardiometabolik di RS Siloam Kebon Jeruk, ada beberapa cara untuk mencegah kardiomiopati, di antaranya:
Pola Makan yang Sehat
Mengadopsi pola makan sehat, seperti mengurangi asupan garam dan lemak, dapat membantu mengelola tekanan darah dan berat badan, sehingga berpotensi mencegah kardiomiopati. Penting juga untuk menjaga asupan cairan, terutama bagi mereka yang sudah mengalami gagal jantung.
Menurunkan Berat Badan
"Menurunkan berat badan diperlukan untuk mengurangi beban kerja jantung, yang dapat dilakukan melalui pengaturan diet, rutin berolahraga, serta menggunakan obat atau intervensi medis tertentu," ungkap Leonardo dalam siaran pers pada Selasa (24/9/2024).
Langkah selanjutnya untuk mencegah kardiomiopati adalah:
Olahraga Secara Teratur
Aktivitas fisik yang teratur sangat dianjurkan untuk meningkatkan stamina dan kesehatan secara keseluruhan. Sebagian besar pasien kardiomiopati sebaiknya menghindari olahraga yang berat atau ekstrem karena adanya risiko aritmia dan kemungkinan terjadinya henti jantung mendadak.
Hindari Konsumsi Alkohol dan Rokok
Kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok dapat memperburuk kondisi jantung, sehingga sebaiknya dijauhi.
Siapa yang Berpotensi Mengalami Kardiomiopati?
Leonardo menekankan bahwa kardiomiopati dapat dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Namun, terdapat beberapa kelompok yang lebih rentan terhadap kardiomiopati jika mereka memiliki faktor risiko berikut:
Riwayat Keluarga
Risiko tertinggi muncul jika ada anggota keluarga yang menderita kardiomiopati yang sama, penyakit jantung lainnya, atau mengalami kematian jantung mendadak di usia muda.
Genetik
Mereka yang mewarisi gen yang mengalami mutasi memiliki risiko yang lebih tinggi. Melalui tes genetik, hal ini dapat terdeteksi.
Riwayat Infeksi atau Peradangan Jantung
Risiko juga meningkat jika terdapat riwayat infeksi atau peradangan pada jantung (miokarditis), yang umumnya disebabkan oleh beberapa virus tertentu. Gejala saat terinfeksi sering kali ringan, mirip dengan flu biasa. Penyintas Kanker Mereka yang pernah atau sedang menjalani radioterapi, kemoterapi, atau imunoterapi tertentu yang dapat berdampak negatif pada otot jantung, memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kardiomiopati.
Penyakit Sistemik
Penyakit sistemik, seperti penyakit jaringan ikat atau beberapa penyakit autoimun, dapat meningkatkan risiko kardiomiopati, terutama jenis dilatasi dan restriktif. Kardiomiopati dilatasi adalah bentuk kardiomiopati yang paling umum, di mana otot jantung melemah, menyebabkan dinding bilik jantung (ventrikel) menipis dan ruang jantung membesar. Akibatnya, jantung tidak dapat memompa darah secara efektif. Gejala yang sering muncul meliputi sesak napas, kelelahan, dan pembengkakan pada kaki atau perut. Di sisi lain, kardiomiopati restriktif ditandai dengan perubahan pada struktur dinding bilik jantung yang menyebabkan pengerasan otot jantung tanpa penebalan dinding. Jenis kardiomiopati ini lebih jarang dibandingkan kelainan otot jantung lainnya. Seperti pada kardiomiopati hipertrofik, kondisi ini mengganggu fase relaksasi otot jantung, yang dapat mengakibatkan gagal jantung dengan gejala yang parah dan umumnya sulit diobati. "Penyebabnya bervariasi, dan salah satu yang semakin sering ditemukan belakangan ini adalah amiloidosis (penumpukan protein amiloid) pada jantung," jelas Leonardo.
Pengobatan untuk Pasien dengan Kardiomiopati
Leonardo menjelaskan bahwa untuk mengatasi kardiomiopati, diperlukan layanan yang menyeluruh seperti Advanced Cardiac Care Clinic (ACCC). Klinik ini berfungsi sebagai pendukung konsultasi di bidang spesialis jantung dengan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu untuk memberikan perawatan yang komprehensif bagi pasien yang menderita penyakit jantung kompleks, termasuk gagal jantung. Tim ACCC yang berkomitmen terdiri dari dokter umum, perawat, ahli farmasi klinis, dan ahli gizi yang telah mendapatkan pelatihan khusus serta sertifikasi nasional untuk layanan di bidang gagal jantung. Layanan yang ditawarkan meliputi:
- Edukasi pasien: Menyediakan informasi mendetail mengenai penyakit yang diderita dan cara melakukan perawatan diri di rumah.
- Monitoring rutin: Membangun komunikasi melalui telemonitoring antara tim medis di rumah sakit dengan pasien dan perawatnya di rumah, terkait kondisi terkini pasien dan masalah yang dihadapi di luar rumah sakit. Ini juga mencakup pemantauan berkala untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan dan perkembangan penyakit.
- Konsultasi nutrisi: Penilaian status gizi serta membantu merancang program diet yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan jantung pasien.
- Farmasi klinis: Memberikan penjelasan rinci mengenai berbagai obat yang diresepkan oleh dokter, termasuk kegunaan, cara penggunaan, cara penyimpanan, dan kemungkinan efek samping. Selain itu, juga dilakukan pengecekan interaksi obat untuk pasien yang mengonsumsi banyak obat dari beberapa dokter (polifarmasi).
"Layanan ACCC dirancang untuk memberikan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi dalam merawat pasien dengan penyakit jantung kompleks, terutama gagal jantung. Dengan penekanan pada peningkatan kualitas hidup dan pengelolaan jangka panjang yang berkesinambungan," tutupnya.