Sopir Perahu Tenggelam di Kedung Ombo Masih Anak-Anak

Merdeka.com - Kecelakaan perahu wisata yang menewaskan lebih dari 6 orang di waduk Kedung Ombo Boyolali menyisakan cerita miris. Sejumlah fakta terkuak usai kejadian perahu tenggelam, Sabtu (15/siang). Selain over kapasitas ada beberapa fakta lain yang patut dijadikan pelajaran.
Meskipun kita tak bisa menolak takdir, namun upaya antisipasi patut dilakukan agar kejadian serupa tak terulang dimasa mendatang. Berikut fakta-fakta yang ditemukan usai kecelakaan yang merenggut 9 korban (2 belum ditemukan).
Sopir perahu masih di bawah umur
Perahu wisata air di Waduk Kedung Ombo memang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal, sekitar lokasi. Yakni bagi masyarakat Sragen, Boyolali, maupun Kabupaten Grobogan. Salah satunya adalah makan di warung apung yang terdapat diantara karamba para petani ikan.
Untuk mencapai warung tersebut para wisatawan harus menyeberang dengan perahu kecil yang sebenarnya hanya mampu menampung sekitar 14 orang. Faktor keamanan mestinya menjadi prioritas, diantaranya adalah sopir atau pengemudi perahu yang berpengalaman.
Namun kenyataannya sungguh diluar dugaan kita. Sopir perahu masih seorang bocah laki-laki yang berusia 13 tahun. Pagi ini 'Kapten Kapal' tersebut ikut disibukkan untuk memandu pencarian korban yang belum ditemukan. Bocah yang masih ingusan tersebut harus berkoordinasi dengan tim SAR, meski dengan berbagai keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang dewasa.
"Pagi ini kita koordinasi dengan 'kapten kapal' sebelum melakukan pencarian. Infonya usia masih 13 tahun," ujar Kepala Basarnas Semarang Nur Yahya, Minggu (16/5).
Meskipun kita tak bisa menolak takdir, namun upaya antisipasi patut dilakukan agar kejadian serupa tak terulang dimasa mendatang. Berikut fakta-fakta yang ditemukan usai kecelakaan yang merenggut 9 korban (2 belum ditemukan).
Selain kelebihan muatan, salah satu penyebab terbalik dan tenggelamnya perahu di waduk Kedung Ombo Dukuh Bulu Desa Wonorejo Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali salah satunya diduga karena para penumpang yang didominasi perempuan, karena swafoto.
Usai perahu hendak merapat di warung apung, para penumpang bergerombol di ujung perahu untuk berswafoto alias selfie. Kondisi itulah yang menyebabkan beban penumpang tidak imbang, hingga perahu terbalik dan tenggelam.
Koordinator Basarnas posko SAR Surakarta, Arif Sugiarto pun membenarkan jika saat itu perahu terbalik karena kelebihan muatan. Selain itu, adanya penumpang yang nekat ramai-ramai ingin melakukan selfie pada bagian depan perahu, membuat perahu hilang keseimbangan dan terguling.
"Kami sudah melakukan penyelidikan bersama kepolisian. Ada dua faktor penyebab kapal wisata terguling," katanya.
Kedua faktor tersebut adalah kondisi kapal yang over kapasitas, dari seharusnya memuat maksimal 14 orang. Namun, yang naik kapal justru 20 orang termasuk pengemudi kapalnya.
"Dengan kondisi kapal seperti itu harusnya batas maksimal kapasitas penumpang kapal dipatuhi," katanya.
Penyebab lainnya, kata dia, adanya penumpang yang nekat ramai-ramai melakukan selfie pada bagian ujung kapal. Alhasil, kapal oleng dan terbalik.
"Penumpang kurang memperhatikan aturan saat berada di tengah air. Seharusnya tidak melakukan selfie karena membuat kapal tidak imbang dan terguling," katanya lagi.
Perahu kelebihan muatan
Seperti disebutkan sebelumnya, kondisi perahu yang over kapasitas menjadi salah satu penyebab kecelakaan maut tersebut. Perahu yang hanya berukuran kecil dan seharusnya memuat maksimal 14 orang, namun justru 20 orang termasuk pengemudi yang ada diatas perahu.
Selain over kapasitas, ternyata perahu tersebut juga tidak dilengkapi dengan alat keselamatan. Seperti pelampung ataupun ban dalam sebagai pertolongan darurat. Hal tersebut tentu sangat disayangkan dan patut menjadi pertimbangan stakeholder dan pelaku wisata untuk lebih baik dalam mengelola destinasi wisata.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya