
Kemenkes: Wolbachia Bisa Bikin Nyamuk Penyebab DBD Mandul
Ngabila mengatakan, nyamuk wolbachia merupakan inovasi yang baik, aman, dan efektif untuk menekan kasus DBD di Indonesia.
Ngabila mengatakan, nyamuk wolbachia merupakan inovasi yang baik, aman, dan efektif untuk menekan kasus DBD di Indonesia.
Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes (Kemenkes) Ngabila Salama mengatakan, pemerintah telah menebarkan nyamuk mengandung bakteri wolbachia ke lima kota di Indonesia. Wolbachia ini bisa membuat nyamuk pemicu Demam Berdarah Dengue (DBD) mandul.
“Selama beberapa bulan wolbachia dapat membuat nyamuk pembawa virus DBD mandul,” jelas Ngabila, Selasa (21/11).
Ngabila mengatakan, nyamuk wolbachia merupakan inovasi yang baik, aman, dan efektif untuk menekan kasus DBD di Indonesia. Penggunaan wolbachia bahkan lebih efektif dibandingkan dengan penanganan DBD melalui pengasapan.
Penggunaan nyamuk wolbachia, lanjut Ngabila, tidak menjadikan manusia sebagai kelinci percobaan. Sebab, kehadiran bakteri wolbachia di tubuh nyamuk Aedes aegypti tidak akan bisa lagi menularkan virus ketika menggigit manusia.
merdeka.com
Ngabila menyebut, nyamuk wolbachia telah diteliti sejak 2011 oleh World Mosquito Program (WMP) dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadi Tarmizi mengatakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri wolbachia tidak menginfeksi manusia atau vertebrata lain dan tidak menyebabkan manusia atau hewan menjadi sakit.
merdeka.com
Nadia menjelaskan, wolbachia dapat menurunkan replikasi virus dengue di tubuh nyamuk aedes aegypti sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk sebagai vektor virus dengue.
"Mekanisme kerja yang utama adalah melalui kompetisi makanan antara virus dan bakteri, dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi virus, maka virus tidak dapat berkembang biak," katanya.
Nadia menyampaikan, nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri wolbachia dilepaskan untuk mengendalikan penularan virus dengue.
Jika nyamuk aedes aegypti jantan dengan wolbachia kawin dengan nyamuk betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblokir.
Apabila nyamuk betina wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang tidak memiliki bakteri itu, maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.
"Metode pertama pelepasan bertujuan untuk mengurangi populasi nyamuk aedes eegypti dengan melepas nyamuk ber-wolbachia jantan saja dalam kurun waktu tertentu, sehingga telur-telur yang dihasilkan tidak menetas dan memberikan dampak berupa penurunan populasi," jelas Nadia.
Metode kedua, lanjut Nadia, dilakukan dengan melepas nyamuk jantan dan betina dengan wolbachia dalam waktu sekitar enam bulan agar mayoritas nyamuk dalam populasi memiliki wolbachia.
Berikut lima kota yang disebar nyamuk wolbachia:
1. Kota Semarang 47.251 titik
2. Kota Bandung 20.513 titik
3. Kota Jakarta Barat 18.761 titik
4. Kota Kupang 9.751 titik
5. Kota Bontang 4.917 titik
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemenkes menegaskan, penggunaan nyamuk wolbachia tidak menjadikan manusia sebagai kelinci percobaan.
Baca SelengkapnyaKemenkes menebar jentik nyamuk mengandung bakteri wolbachia di lima kota di Indonesia.
Baca SelengkapnyaNyamuk Wolbachia diyakini bisa mencega penyebaran DBD
Baca SelengkapnyaPenggunaan bakteri Wolbachia adalah upaya untuk mengurangi kasus demam berdarah. Dengan cara alami ini, nyamuk akan sulit untuk berkembang biak.
Baca SelengkapnyaNyamuk wolbachia diyakini bisa menekankan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Baca SelengkapnyaKemenkes telah menebar jentik nyamuk Wolbachia di lima kota endemis dengue di Indonesia sepanjang 2023. Nyamuk ini diyakini mampu menurunkan kasus DBD.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengatakan Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti.
Baca Selengkapnya