Menguras Gentong Sultan Agung, Kemenangan Melawan Kerajaan Thailand hingga Turki
Merdeka.com - Setelah Kesultanan Mataram berhasil memenangkan peperangan dengan Kesultanan Aceh, Kesultanan Palembang, Kesultanan Ustmaniyah, dan Kerajaan Siam Thailand. Gentong dari lintas kerajaan ini menjadi simbol perdamaian dan persahabatan. Saat di keraton Mataram, gentong tersebut digunakan Sultan Agung dan para raja sesudahnya sebagai tempat air wudhu.
Masa kejayaan kerajaan Mataram tak pernah terlupakan. Berkat Sultan Agung, Mataram berkembang pesat menjadi kerajaan besar di Nusantara. Titisan sang raja meninggalkan berbagai kebudayaan dan ritual yang tumbuh di Keraton Kesultanan Yogyakarta.
Salah satunya tradisi Nguras Enceh yang dilaksanakan di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Desa Girirejo, Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di sini terdapat 4 gentong warisan raja ketiga Mataram ratusan tahun silam.
-
Apa peninggalan Kerajaan Tarumanegara? Peninggalan-peninggalan ini dapat memberi pandangan yang menarik tentang peradaban kuno kala itu.
-
Bagaimana Sultan Agung menciptakan batik kawung? Sultan Agung mengatakan kalau motif batik itu terinspirasi dari pohon aren atau biasa buahnya disebut kolang-kaling. Pohon aren punya filosofi di mana ujung daun sampai akarnya semua bermanfaat bagi kehidupan manusia.
-
Siapa pendiri Kerajaan Mataram Islam? Panembahan Senapati (Danang Sutawijaya atau Dananjaya) adalah pendiri Kerajaan Mataram Sultanate.
-
Siapa pemimpin pertama Kerajaan Mataram Kuno? Bukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal. Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan termasyhur yang pernah berdiri di tanah Jawa.
-
Apa yang menjadi pencapaian Kejagung? Wakil Ketua Komisi III Ahmad Sahroni menilai pencapaian ini sebagai bentuk konsistensi Kejagung yang patut dicontoh lembaga penegak hukum lainnya. 'Komisi III memberi apresiasi luar biasa kepada Kejagung, khususnya saat di bawah kepemimpinan Jaksa Agung ST Burhanuddin ini.
-
Apa yang menjadi simbol kerukunan di Muntok? Hanya berjarak sekitar 4 meter di sisi kiri kelenteng, kedua bangunan ini menjadi simbol nyata keanekaragaman suku dan agama di Indonesia.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Nguras Enceh dalam bahasa Indonesia berarti menguras gentong atau tempayan. Keempat gentong tersebut merupakan buah tangan hasil lawatan Sultan Agung ke kerajaan tetangga. Masing-masing diberi nama Kyai Danumaya dari Aceh, Nyai Danumurti dari Palembang, Nyai Siyem yang berasal dari Kerajaan Siam, dan Kyai Mendung dari Kerajaan Ustmaniyah atau Turki.
Selain disakralkan, keberadaan enceh juga menjadi bukti kedekatan Sultan Agung dengan kerajaan sahabat. Kala itu Sultan Agung bersilaturahmi dan bertukar pengalaman antar kerajaan.
Kini gentong-gentong peninggalan Sultan Agung diletakkan pada kiri dan kanan pintu masuk di Makam Raja Mataram. Persis di depan bangsal Pakubuwana dan Hamengkubuwana yang mengapit Makam Sultan Agung. Tiap tahunnya masyarakat berondong-bondong untuk mengikuti ritual ini. Air lama yang berada di dalam gentong akan dikosongkan, diganti dengan air baru.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Ritual nguras enceh dilaksanakan tiap tahun pada hari Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon bulan Sura penanggalan Jawa. Sebelum nguras enceh dilaksanakan, telah berlangsung kirab gayung dari tempurung kelapa. Dimulai dari Kantor Kecamatan Imogiri menuju Kompleks Makam Raja Mataram. Kirab dan nguras Enceh selalu melibatkan para Abdi Dalem keraton dan warga.
Setelah doa dan tahlilan para Abdi Dalem akan mengisi air ke dalam masing-masing gentong. Pengisian air baru ini sengaja dilebihkan, agar para masyarakat bisa mendapatkan luapan gentong. Mereka menganggap air kurasan gentong ini suci dan punya manfaat tersendiri. Para masyarakat juga berbondong-bondong membawa sesaji untuk persembahan di kompleks pemakaman.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Kompleks Makam Raja Mataram terbagi menjadi dua tempat yang bersemayam Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Yakni Pakubuwana dan Hamengkubuwana. Tiap tahunnya Abdi Dalem dari masing-masing keraton melangsungkan ritual nguras enceh. Abdi Dalem golongan atas yang dijuluki Bupati pada kedua keraton menjadi penanggung jawab acara.
Dalam prosesi, Abdi Dalem Keraton Surakarta memakai baju setelan putih. Pihaknya melakukan ritual di kompleks pemakaman sebelah kiri yang dikhususkan para Raja Keraton Pakubuwana. Sedangkan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta memakai setelan baju lurik biru laut. Mereka melangsungkan ritual di kanan makam Sultan Agung yakni bangsal para Raja Hamengkubuwana.
©2021 Merdeka.com/Fitria Nuraini
Hingga kini ritual nguras enceh masih dilakukan di Yogyakarta. Makna membersihkan diri dan gotong royong tertanam selama prosesi ritual. Gentong yang terbuat dari tanah liat tersebut sampai saat ini juga masih terawat dengan baik.
Masyarakat begitu antusias mengikuti ritual nguras enceh. Posisinya yang berada di atas bukit dengan ketinggian lebih dari 150 meter. Mereka rela meniti ratusan anak tangga menuju kompleks pemakaman. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rasa cinta terhadap seseorang selalu dibuktikan dengan perjuangan yang nyata. Sama seperti halnya bangunan di Kota Banda Aceh ini.
Baca SelengkapnyaAlasan terkuat kekuasaan Pajajaran diserahkan ke Sumedang Larang karena dianggap netral dan masih memegang teguh pesan leluhur Sunda.
Baca SelengkapnyaKeraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta menggelar rangkaian hajad dalem Sekaten.
Baca SelengkapnyaDahulu, tarian ini hanya dimainkan oleh kalangan tertentu. Namun kini tarian ini boleh dimainkan oleh masyarakat yang tinggal di luar keraton
Baca SelengkapnyaKupatan Jolosutro merupakan tradisi yang telah berlangsung lama di daerah Piyungan, Bantul..
Baca SelengkapnyaTernyata, undakan ini menyimpan sejarah. Di dalamnya sudah ditanam sosok yang penuh dengan teka-teki.
Baca SelengkapnyaAcara Grebeg Maulud digelar setiap tahun. Setiap perayaan itu menyimpan momen sejarahnya masing-masing.
Baca SelengkapnyaTari Toga, tarian kuno warisan kerajaan siguntur dari Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaKoromong tak bisa sembarangan dimainkan, karena dipercaya memiliki petuah dan sampai sekarang dipatuhi oleh warga.
Baca SelengkapnyaLukisan itu menggambarkan tradisi masyarakat di Ibu Kota Mataram pada masa itu
Baca SelengkapnyaPrasasti yang menandai lahirnya Kabupaten Trenggalek ini sangat berarti bagi masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaNgalungsur Geni, tradisi turun-temurun pembersihan benda pusaka di Kabupaten Garut.
Baca Selengkapnya