Sudah Ada sejak Zaman Sultan Agung, Ini Sejarah Munculnya Warteg di Jabodetabek
Pada abad ke-17, Sultan Agung memerintahkan masyarakat Tegal untuk membantu menyediakan makanan murah bagi prajurit Mataram.
history![Sudah Ada sejak Zaman Sultan Agung, Ini Sejarah Munculnya Warteg di Jabodetabek](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsOg/2024/5/10/1715325454996-hj4y7.jpeg)
Pada abad ke-17, Sultan Agung memerintahkan masyarakat Tegal untuk membantu menyediakan makanan murah bagi prajurit Mataram.
![Sudah Ada sejak Zaman Sultan Agung, Ini Sejarah Munculnya Warteg di Jabodetabek](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/5/10/1715325272310-hf12n.jpeg)
Sudah Ada sejak Zaman Sultan Agung, Ini Sejarah Munculnya Warteg di Jabodetabek
Keberadaan Warung Tegal atau Warteg begitu menjamur di wilayah Jabodetabek. Bagi warga Tegal, usaha mereka terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Setelah usaha mereka makin besar, beberapa warteg membuka cabang pada lokasi lainnya yang masih di seputaran Jabodetabek.
Keberadaan warteg di sana diketahui sudah muncul sejak zaman Sultan Agung. Lalu bagaimana ceritanya?
-
Apa yang unik dari Warteg RumaNasi di Cipete? Warteg ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan warteg pada umumnya. Hanya saja, desain tempatnya lebih estetik dengan tata ruang yang rapi dan berkonsep anak muda. Nongkrong di sini, sambil menyantap makanan autentik sangat direkomendasikan.
-
Dimana Warteg RumaNasi yang unik ini berada? Warteg ini punya rasa khas Asia dan menawarkan konsep kekinian. Sayang untuk dilewatkan. Warteg biasanya menyediakan makanan rumahan dengan konsep etalase kaca. Pengunjung bisa memilihnya dengan cara menunjuk menu yang disuguhkan. Namun warteg di bilangan Cipete, Jakarta Selatan ini hadir dengan konsep kekinian termasuk menyediakan menu khas Asia.
-
Apa saja hidangan khas Jawa yang tersedia di Warung Khas Jawa Batu? Menu-menu makanan khas Jawa yang disajikan diolah dengan resep kuno. Menurut pihak warung, beberapa menu favorit pelanggan ialah Nasi Rawon, Nasi Campur, Nasi Gudeg, Nasi Krengsengan, Semur Lidah dan Sop Buntut.
-
Bagaimana Warung Bu Wartilah bisa naik kelas dan berkembang pesat? Diungkap dirinya, sejak tahun 1994 silam Wartilah sudah mengandalkan program pinjaman nasabah sampai Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk kemajuan usahanya. Menurut Wartilah, KUR benar-benar membantu dalam langkah permodalan, sehingga ia bisa membangun rumah makan seperti sekarang.
Dilansir dari Goodnewsfromindonesia, pada waktu penyerbuan ke Batavia di abad ke-17, Sultan Agung memerintahkan masyarakat Tegal untuk membantu menyediakan makanan murah bagi prajurit Mataram.
Saat itu Bupati Tegal, Kyai Rangga, meminta agar rakyatnya menyiapkan telur asin dan orek tempe sebagai perbekalan. Dua menu itu dipilih karena diyakini bisa bertahan cukup lama saat dibawa oleh prajurit.
Pada saat itu, Pelabuhan Tegal merupakan depot logistik Sultan Agung dalam Perang Jayakarta. Tapi rupanya VOC sudah mengetahui rencana Sultan Agung karena adanya pengkhianatan.
Setelah mendengar informasi tersebut, VOC mengirimkan armadanya ke Tegal. Di sana perahu-perahu Mataram, rumah-rumah, dan Gudang-gudang beras tentara Mataram dibakar habis.
![Sudah Ada sejak Zaman Sultan Agung, Ini Sejarah Munculnya Warteg di Jabodetabek](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/5/10/1715325304408-owehw.jpeg)
Karena pusat logistiknya hancur, pasukan Mataram tidak bisa bertahan lama menyerang Batavia. Karena itu sebagian mereka memilih mundur, tapi ada sebagian lain yang memilih bertahan.
- Menguak Sejarah Stasiun Mertoyudan Magelang, Dulunya Stasiun yang Ramai Namun Kini Terbengkalai
- Mengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita
- Peringati Ulang Tahun yang ke-477, Begini Sejarah Berdirinya Kota Semarang
- Pemulung Kaget Didatangi Jenderal Polisi, Hampir Pingsan karena Belum Makan
- Harvey Moeis Terjerat Kasus Korupsi Timah, Mungkinkah Sandra Dewi Terlibat TPPU?
- Begini Skema Ibadah Haji Bagi Jemaah Sakit dan Butuh Perawatan Medis Saat Puncak Haji
Memilih Bertahan
Meskipun kalah perang, para prajurit yang kalah justru mulai berjualan di Jakarta dengan dua menu yaitu telur asin dan orek tempe. Hingga pada era 1960-an, perantau dari Tegal mulai mencari peruntungan di Jabodetabek dengan membuka warteg.
Ciri-ciri peninggalan khas prajurit masih kental dalam desain warteg hari ini. Misalnya pada model warung dua pintu yang menandakan sebuah kepemimpinan dan kedisiplinan.
Kini usaha warteg begitu menjamur di Jabodetabek. Salah satunya adalah Warteg Kharisma Bahari. Warteg ini didirikan oleh Sayudi pada tahun 1996. Kini telah ada 800 Warteg Kharisma Bahari di Indonesia.
![Sudah Ada sejak Zaman Sultan Agung, Ini Sejarah Munculnya Warteg di Jabodetabek](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/5/10/1715325400815-7getd.jpeg)
Sayudi sendiri hanya memiliki 10 warung warteg saja. Sementara sisanya adalah system waralaba.
Warteg Kharisma Bahari memiliki tiga model waralaba, yakni Warteg Kharisma Bahari yang menyasar kalangan menengah, Warteg Mamoka Bahari berukuran medium, dan Warteg Subsidi Bahari.