
Penjelasan RSAB Harapan Kita Penyebab Bayi Dua Bulan Sempat Kritis hingga Gizi Buruk
Pihak RSAB Harapan Kita menyatakan bahwa kondisi yang dialami bayi itu tidak ada kaitannya dengan kesalahan susu yang diberi oleh perawat.
Pihak RSAB Harapan Kita menyatakan bahwa kondisi yang dialami bayi itu tidak ada kaitannya dengan kesalahan susu yang diberi oleh perawat.
Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita, Jakarta Barat buka suara terkait bayi berumur dua bulan mengalami kondisi kritis hingga gizi buruk diduga akibat salah diberi susu oleh perawatnya.
Pihak RSAB Harapan Kita menyatakan bahwa kondisi yang dialami bayi itu tidak ada kaitannya dengan kesalahan susu yang diberi oleh perawat.
"Susu bukan salah satu penyebab bahwa pasien ini masuk ICU," kata Humas RSAB Harapan Kita Nia Kurniati saat ditemui wartawan di RSAB Harapan Kita, Jumta (18/8).
Pada saat dilahirkan, menurut pihak RSAB Harapan Kita, bayi LAH memiliki kelainan dengan atresia usus halusnya.
Pada saat di RS Pelni bayi berumur dua bulan itu juga sempat menjalani proses operasi.
"Dengan operasi ini memang kondisinya adalah ususnya pendek, dengan kondisi usus pendek ini untuk penyerapan nutrisi ini juga sulit," kata Nia.
Pada saat dilahirkan, menurut pihak RSAB Harapan Kita, bayi LAH memiliki kelainan dengan atresia usus halusnya.
Pada saat di RS Pelni bayi berumur dua bulan itu juga sempat menjalani proses operasi.
"Dengan operasi ini memang kondisinya adalah ususnya pendek, dengan kondisi usus pendek ini untuk penyerapan nutrisi ini juga sulit," kata Nia.
Singkat cerita, bayi LAH dirujuk ke RSAB Harapan Kita untuk mendapatkan penanganan lebih intensif karena kondisinya yang sudah sangat memprihatinkan.
Adapun terpilihnya RSAB Harapan Kita merupakan rumah sakit dengan kategori tipe A yang artinya pelayanan kesehatan rujukan tertinggi alias pusat. Bahkan memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 medik spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik, 12 medik spesialis lain, dan 13 medik sub spesialis.
Nia mengatakan, RS tipe A sendiri merupakan rumah sakit dengan rujukan terkahir di mana biasanya kasus-kasus yang ditempatkan adalah kasus yang sudah berat. Seperti halnya yang terjadi pada bayi LAH yang pada saat dipindahkan sudah dalam kondisi yang memprihatinkan.
Bayi dua bulan itu sudah terinfeksi. Dengan terjadi infeksi yang menyeluruh di tubuh bayi LAH, Nia menjelaskan, pasien cenderung mengalami perdarahan sangat tinggi. Kemudian nutrisinya cairan yang keluar tidak terserap oleh tubuh sehingga berat badan sulit naik dan bisa terjadi gangguan hati.
"Kemudian dengan terjadi gangguan hati akan timbul kuning, selain itu jika memang terjadi perdarahan, ini masalah-masalah lain bisa timbul, mungkin bisa terjadi kejang dan lain-lain," kata Nia.
Pihak RSAB Harapan Kita membantah perihal perbedaan susu yang diberikan perawat yang menangani LAH penyebab terjadinya gizi buruk dan sempat mengalami kritis.
Sebagaimana diketahui, anak dari Chintia seharusnya mengonsumsi susu Pepti Junior namun diberikan susu merk Neocap yang pada akhirnya Ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit).
"Informasi dari tim medis kami disampaikan bahwa pasien masuk NICU ini memang karena kondisi pasien yang sudah sangat berat kondisi penyakitnya," kata dia.
Kendati demikian, Nia mengatakan, penanganan bayi LAH saat ini akan diupayakan untuk tidak dilakukan kembali operasi, sebagai gantinya akan dilakukan proses refeeding.
"Ada yang namanya refeeding, yaitu feses yang keluar ini ditampung selama tiga jam, kemudian yang cairnya diambil kembali, dimasukkan kembali. Harapannya adalah cairan elektrolit dan lain-lain bisa terserap," tutur dia.
Chintia juga sempat menceritakan bahwa pada saat anaknya mengalami kejang-kejang hingga posisi mata melirik ke atas.
Dia mengaku kalau perawat itu hanya membenarkan posisi kepala sang bayi saja bahkan baru ditangani dua setengah jam kemudian.
Nia mengatakan, kalau penanganan itu tidak bisa dilakukan sembarangan karena sudah ada aturan penanganan yang telah ditetapkan oleh seluruh perawat.
"Kaitannya dengan kondisi medis ini, ini sebetulnya ada SOP-nya. Ketika Ibunya menyampaikan, LAH ini kejang, misalnya matanya ke atas, tetapi ketika perawat masuk tidak kelihatan itu. Nah dengan kondisi itu, perawat harus melihat dulu, karena bisa saja itu bukan kejang. Untuk buktikan itu kejang atau tidak, maka harus dilakukan observasi dulu. Kalau memang perawat sudah melihat, dan disimpulkan itu kejang, maka tidak menutup kemungkinan harus dilaporkan ke dokter," ucap Nia.
Nia mengatakan, RSAB Harapan Kita dalam melakukan penanganan terhadap pasien bayi akan melibatkan orang tua. Tapi dalam hal ini, dia menyampaikan adanya miss komunikasi antara petugas dengan Chintia.
"Jika orang tua menganggap bahwa ini adalah sesuatu yang tidak tersampaikan kepada orang tua, sepertinya memang ada miss di dalam. Tetapi kalau di pihak di rumah sakit, kami selalu menyampaikan informasi edukasi bagaimana perkembangan semua pasien di sini. Kalau tidak bisa, kami akan sampaikan lewat telepon," imbuh dia.
Nia juga menambahkan, RSAB Harapan Kita telah menerjunkan enam dokter untuk menangani bayi berinisial LAH yang berusia dua bulan.
"Saat ini Pasien (L) dalam perawatan intensif diruang Pediatric Intensive Care Unit, dengan ditangani oleh beberapa tim dokter," kata dia.
Nia menjelaskan dokter yang menangani bayi LAH, terdiri dari dokter Spesialis bedah anak dan dokter bedah. Bahkan turus sertakan juga sejumlah dokter subspesialis dari berbagai bidang seperti gastrohepatologi, nutrisi dan penyakit metabolik, Neurologi, dan Infeksi.
RSAB Harapan Kita menyatakan pemberian susu dilakukan perawat bukan salah penyebab bayi kekurangan gizi dan kritis.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasien tersebut mengaku diminta menebus obat dan alat untuk bayinya padahal sudah memakai BPJS Kesehatan.
Baca SelengkapnyaCurhatan ibu bayi viral diduga jadi korban kelalaian pihak rumah sakit.
Baca SelengkapnyaKasus bayi alami kritis karena diduga jadi korban kelalaian perawat.
Baca SelengkapnyaRSAB Harapan Kita juga berjanji akan memberikan perkembangan penanganan anak dari Chintia Suciati (29) tersebut secara terbuka kepada masyarakat.
Baca SelengkapnyaTerungkap fakta Praka RM dkk telah melakukan penggerebekan sebanyak 14 kali di lokasi berbeda.
Baca SelengkapnyaHeboh seorang bayi laki-laki berusia 5 bulan di Sumatera Barat (Sumbar) memiliki janin di perutnya.
Baca SelengkapnyaAnies mengungkapkan selama menjalani tahapan itu, salah satu obat terkuatnya adalah doa sang ibu, Aliyah Rasyid.
Baca Selengkapnya