Unik, Ini Nama-Nama Hari dalam Bahasa Sunda yang Jarang Diketahui
Di masanya, masyarakat Sunda sudah memiliki penanggalannya sendiri secara tradisional.
Di masanya, masyarakat Sunda sudah memiliki penanggalannya sendiri secara tradisional.
Masyarakat Indonesia umumnya mengenal 7 hari kalender dengan sebutan Senin sampai Minggu. Namun bagi orang Sunda, nama tersebut terbilang baru. Di zaman dahulu, orang-orang Sunda biasa menyebut Sepekan dengan Saptawara. Perhitungan model ini biasanya digunakan sebagai petunjuk melaksanakan acara adat. Sampai sekarang masyarakat Sunda di beberapa daerah, Jawa Barat masih melestarikan nama-nama hari dari Saptawara. Berikut informasi selengkapnya.
Mengutip laman Info Budaya, penanggalan menjadi hal yang penting bagi masyarakat Sunda secara filosofis. Biasanya orang Sunda mengartikan penanggalan atau hari sebagai siklus perjalanan hidup. Orang-orang zaman dahulu menyebut kalender sebagai Sakakala, Cakakala, Pranatamangsa, Tangara Waktu atau Pananggalan. Ini sejalan dengan pola hidup masyarakat yang terus berjalan, dari titik kelahiran sampai kematian.
Dilansir dari laman Budaya Kuring, terdapat penamaan dari hari Senin sampai Minggu oleh masyarakat Sunda. Ini berbeda dari masyarakat Indonesia pada umumnya yang mengacu ke kalender masehi. Adapun penyebutan hari dalam budaya Sunda adalah sebagai berikut: Radite = Minggu, Soma = Senin, Anggara = Selasa, Buda = Rebo, Respati/Wrespati = Kamis, Sukra = Jumat dan Tumpek = Sabtu. Penyebutan hari tersebut juga tertuang dalam kalender yang terbit sebelum zaman kemerdekaan, sampai beberapa waktu setelahnya.
Berdasarkan tradisi lisan, nama-nama hari dalam tradisi Sunda itu memiliki arti tersendiri. Mengacu ke laman akathea.hexat.com, arti dari nama-nama hari itu kebanyakan diambil dari istilah astronomi atau benda-benda langit. Berikut arti dari nama-nama hari dalam bahasa Sunda, Radite (matahari) = Minggu, Soma (bulan) = Senin, Anggara (Planet Mars) = Selasa, Buda (Planet Merkurius) = Rabu, Respati (Planet Jupiter) = Kamis, Sukra (Planet Venus) = Jumat dan Tumpek (Planet Saturnus) = Sabtu.
Berdasarkan sejumlah literatur, orang Sunda sudah mengenal sistem penanggalan tradisional sejak abad ke-5. Ini dibuktikan melalui prasasti Kawali yang ditemukan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Di masa itu, orang Sunda juga disebutkan mulai mengenal tulisan dan aksara untuk kegiatan sehari-hari. Menurut pemerhati Sunda, Ali Sastramidjaja di masa itu orang Sunda juga sudah mengenal sistem perhitungan yang dirangkum ke dalam sebuah penanggalan. Adapun dalam bukunya, Ali Sastramidjaja menuliskan bahwa sistem penanggalan Sunda mengacu pada Solar dan Lunar.
Tradisi Rebu, budaya sopan santun dan larangan yang berkembang di masyarakat Tanah Karo.
Baca SelengkapnyaIndonesia tumbuh dengan ragam budaya. Setiap budaya memiliki kekhasannya tersendiri. Salah satu ciri khas dari ragam budaya ini adalah kain tradisional.
Baca SelengkapnyaTradisi ini terus dilestarikan masyarakat Sedulur Sikep agar tidak punah
Baca SelengkapnyaMasyarakat pedesaan Sunda menggelar acara pernikahan yang unik, seserahan mulai dari kasur hingga kambing, dan mempelai pria memiliki 12 saudara.
Baca SelengkapnyaAturan tersebut bersifat mengikat, dan juga sebagai cara menghormati tradisi masa silam.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar para petani saat memasuki musim tanam padi. Seperti halnya para petani di Desa Selokgondang, Kecamatan Sukodono, Lumajang.
Baca SelengkapnyaMandi Besimbur merupakan ritual adat mandi yang dilakukan oleh kedua mempelai yang baru saja melangsungkan pernikahan.
Baca SelengkapnyaPanitia menyiapkan 9 ton nasi, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing untuk tradisi Buka Luwur.
Baca SelengkapnyaTempat mandi ini masih tradisional dan menyatu dengan alam.
Baca Selengkapnya