Arkeolog Temukan Artefak yang Selamat dari Kebakaran Besar di Guatemala Berisi Petunjuk Soal Runtuhnya Rezim Bangsa Maya
Peristiwa kebakaran terjadi sekitar tahun 733 dan 881 Masehi.

Peristiwa kebakaran terjadi sekitar tahun 733 dan 881 Masehi.

Arkeolog Temukan Artefak yang Selamat dari Kebakaran Besar di Guatemala Berisi Petunjuk Soal Runtuhnya Rezim Bangsa Maya
Arkeolog menemukan petunjuk terhadap peristiwa kebakaran besar di Guatemala sekitar tahun 733 dan 881 Masehi. Menurut para arkeolog, peristiwa ini menjadi titik penting dalam kekuasaan bangsa Maya.
Penemuan situs bangsa Maya, Ucanal di Guatemala menandai akhir rezim lama, suatu peristiwa yang krusial dalam runtuhnya penguasa dan perubahan kekuasaan politik. Penelitian ini dipublikasikan dalam sebuah jurnal ilmiah.

Peristiwa tersebut terjadi di ibu kota Kerajaan K'anwitznal dekat lokasi pemakaman.
Jenazah dan ornamen, seperti topeng batu berhiaskan permata, pecahan mahkota batu hijau, dan ornamen batu giok, dipindahkan dari makam ke tempat pembakaran umum. Ini menandai perubahan penting dalam kerajaan dan daerah sekitarnya.
“Peristiwa ini menandai momen perubahan di kerajaan dan di dataran rendah,” jelas para penulis dalam karyanya, dikutip dari laman Popular Mechanic.

“Daripada melihat peristiwa pembakaran ini sebagai sebuah catatan sejarah Maya, kami melihatnya sebagai titik poros di mana pemerintahan K’anwitznal mengubah dirinya dan kota Ucanal mulai melakukan aktivitas yang berkembang pesat.”
Rezim baru menyambut pemimpin non-kerajaan bernama Papmalil, yang membawa perubahan signifikan dalam dinamika politik. Meskipun sedikit catatan tertulis tentang bagaimana Papmalil mencapai kekuasaan, pemerintahannya mengalami kemakmuran, terutama dalam pembangunan infrastruktur dan pemukiman.
Penulis studi tersebut, yang dipimpin Christina Halperin dari Universitas Montreal, menyatakan bahwa Papmalil tampaknya telah mengantarkan era kemakmuran. Pembangunan besar-besaran terjadi di kawasan inti upacara sipil dan kawasan pemukiman luar kota setelah peralihan kekuasaan.
Pada tahun 2022, tim arkeolog menemukan bukti kebakaran di timbunan konstruksi piramida candi. Tidak ada upaya untuk melindungi makam tersebut, tim meyakini setidaknya empat orang dewasa ditemukan kerangkanya yang mengalami luka bakar, dan suhu api mencapai lebih dari 800 derajat Celsius.
Di dalam jenazah tersebut terdapat 1.470 pecahan liontin batu hijau, manik-manik, plakat, dan mosaik, serta bilah-bilah besar—semuanya mewakili “satu peristiwa pembakaran”. Ornamen yang terbakar menunjukkan bahwa mereka berasal dari makam kerajaan.
Bukti menunjukkan bahwa tulang dan ornamen manusia digunakan dalam ritual pembakaran, yang merupakan simbolis dan literal dari kehancuran dinasti sebelumnya. Peristiwa ini dianggap sebagai tindakan penodaan, menandai akhir dari rezim kuno tersebut.
Penulis menyimpulkan bahwa peristiwa ini adalah upaya dramatis untuk mengumumkan kehancuran rezim lama dan peralihan kekuasaan yang dramatis.