Kunci Asia Timur Jadi Negara Maju: Kuasai Rantai Pasok Perdagangan Global
Merdeka.com - Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Brawijaya, Ahmad Erani Yustika menilai kunci sukses negara-negara Asia Timur bisa menjadi negara maju adalah karena mereka tidak lagi mengelola basis ekonomi dari komoditas primer. Sebaliknya, mereka memilih menguasai rantai pasok perdagangan global melalui rantai pasok domestik.
"Mereka (negara-negara Asia Timur) masuk ke rantai pasok global, jadi menggarap rantai pasok domestik untuk masuk ke pasar global, itu bagian dari penguasaan rantai pasok global," kata Erani dalam Webinar: Investasi, Nilai Tambah, dan Kesinambungan Pembangunan, Jakarta, Rabu (8/9).
Berbeda dengan Indonesia, posisi daya tawar Indonesia bukan dari sektor industri. Tahun 2030 diperkirakan Indonesia sudah menjadi negara dengan pendapatan menengah atas. Sebab setidaknya 20 persen penduduknya atau sekitar 50-60 juta orang masuk kelas ekonomi menengah tinggi.
Masyarakat golongan ini memiliki kemampuan daya beli yang besar dan bisa menggerakkan ekonomi nasional. Sehingga tidak sulit bagi Indonesia untuk bisa kembali masuk jajaran negara dengan pendapatan menengah atas yang beberapa waktu lalu sempat dicabut sebagai imbas dari pandemi Covid-19.
"Sekitar 20 persen penduduk Indonesia atau 50-60 juta orang tergolong kelas menengah tinggi yang kemampuan daya belinya luar biasa besar dan ini bisa menggerakkan ekonomi," kata dia.
Selain itu, pendapatan per kapita kelompok menengah tinggi ini setara dengan pendapatan per kapita Malaysia. Sehingga modal ini bisa membawa Indonesia untuk masuk ke pasar internasional karena memiliki potensi yang besar dan bisa ditingkatkan bila terus dijaga.
Tiga Isu Harus Dikelola
Untuk itu ada tiga isu yang harus dikelola sejak dini untuk menjaga momentum pertumbuhan. Pertama terkait isu-isu demokrasi ekonomi yang terkait pemerataan dalam banyak sektor. Seperti pemerataan wilayah, ekonomi, pelaku usaha, distribusi dan alat-alat produksi.
"Ini menjadi penting terutama pengarusutamaan UMKM," kata dia.
Kedua, literasi teknologi. Saat ini maupun di masa yang akan datang, penggunaan teknologi sudah tidak lagi bisa dipisahkan. Sehingga pemerataan dan perbaikan akses digitalisasi tidak bisa dipisahkan.
Ketiga, inklusivitas investasi. Dalam hal ini investasi harus bisa menyerap tenaga kerja semaksimal mungkin. Termasuk juga pemerataan investasi dan kelestarian lingkungan dan teknologi.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Tahun 2023 Malah Melemah di Tahun Politik, Ada Apa?
Persiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaBukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung
Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Didorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaPemudik Diprediksi Mencapai 193,6 Juta, Setara Jumlah Populasi Beberapa Negara Eropa
Pengelolaan arus lalu lintas tidak hanya mengarah ke Jawa Tengah dan Jawa Timur saja.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga: Indonesia Masuk Negara Menengah Atas, Pendapatan per Kapita Capai USD 5.400
Salah satu faktornya adalah kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mampu menembus USD 258,82 miliar.
Baca SelengkapnyaJokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaKonglomerat Indonesia Ini Pernah Rasakan Hilang Kekayaan Rp2 Miliar per Detik
Melansir Forbes, orang terkaya Indonesia ini masuk sebagai orang terkaya peringkat enam, se-Asia.
Baca SelengkapnyaKalahkan Thailand dan Indonesia, Negara Ini Jadi Paling Populer di Asia Tenggara
Sepanjang tahun 2023 jumlah turis asing yang datang ke negara ini mencapai 29 juta kunjungan.
Baca Selengkapnya