Neraca Perdagangan Migas Defisit, Arcandra Sebut Lebih Banyak Dipakai Dalam Negeri
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan di sektor minyak dan gas (migas) sepanjang Januari-Mei 2019 masih mengalami defisit USD 3,74 miliar. Di mana total nilai ekspornya yang sebesar USD 5,34 miliar masih lebih kecil dibanding jumlah impor migas sebanyak USD 9,08 miliar.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar tak menyangkal fakta defisit perdagangan di sektor migas tersebut. Namun, ia beralasan, negara saat ini cenderung memakai produk migas untuk konsumsi di dalam negeri ketimbang mengekspornya.
"Kita akui migas defisit, iya, karena gasnya kita gunakan untuk dalam negeri. Sudah 60 persen gas tuh digunakan di dalam negeri," ujar dia di Jakarta, seperti dikutip Sabtu (13/7/2019).
Menurutnya, keberadaan gas saat ini telah lebih dimanfaatkan untuk mendorong gerak ekspor industri non migas di Tanah Air. Seperti dalam produksi petrochemical, pupuk, hingga tenaga kelistrikan.
"Kalau ekspor gas kita makin lama makin berkurang, maka defisit migasnya akan bertambah. Tetapi kalau hasil dari berubahnya gas menjadi petrochemical, menjadi pupuk, dan lain-lain, dan itu diekspor, kategorinya masuk non migas," tuturnya.
Arcandra menyatakan, sektor migas, khususnya gas kini telah dipakai untuk penggerak ekonomi dalam negeri dan membangun industri-industri baru. Jika masuk ke ranah ekspor, maka secara barang akan menjadi produk non migas.
"Kalau berubah wujud dan semakin banyak industri tumbuh dengan adanya gas, maka defisit migas makin besar karena ekspor sudah enggak ada. Tetapi surplus non migas makin meningkat karena kontribusi dari gas," ungkapnya.
"Makanya, sebaiknya, kita menyarankan bahwa melihatnya jangan sektoral lagi. Karena gas itu bukan lagi bahan baku yang diekspor semisal LNG (Liquefied Natural Gas), bukan. Dia berubah wujud, wujudnya itu menghasilkan devisa, tapi menjadi non migas," dia menandaskan.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu KencanaSumber: Liputan6.com
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data BPS: Neraca Perdangan Indonesia Surplus 44 Kali Berturut-turut
Neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga: Indonesia Masuk Negara Menengah Atas, Pendapatan per Kapita Capai USD 5.400
Salah satu faktornya adalah kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mampu menembus USD 258,82 miliar.
Baca Selengkapnya15 Proyek Migas Ditargetkan Beroperasi Tahun Ini, Nilai Investasi Capai Rp8,7 Tahun
Diharapkan produksi minyak mencapai 42.922 barel per hari (BOPD).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertamina Temukan Sumber Minyak Baru di Tambun-Bekasi
Penemuan sumber migas baru di Tambun, Bekasi ditajak pada 18 Agustus 2023 lalu.
Baca SelengkapnyaNaik 18 Persen, Pertagas Raup Untung USD 196,7 Juta Sepanjang 2023
Dua segmen bisnis utama Pertagas, transportasi gas dan minyak yang berkontribusi sekitar 54 persen terhadap kinerja keuangan.
Baca SelengkapnyaData BPS: Impor Indonesia Bulan November Naik Menjadi USD 19,59 Miliar
Impor non migas mencapai USD16,10 miliar ini juga mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen.
Baca SelengkapnyaPNS Mulai Pindah Juni 2024, Tapi Suplai Gas dan Listrik di IKN Baru Masuk bulan Agustus
Dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah ditetapkan menjadi pemasok energi tetap oleh Badan Otorita IKN Nusantara.
Baca SelengkapnyaHarga Gas Murah Belum Terserap 100 Persen, SKK Migas Bongkar Penyebabnya
Pertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca SelengkapnyaDirut Bulog Bongkar Penyebab Masih Mahalnya Harga Beras
Sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari hingga Februari terjadi defisit ketersediaan beras dari petani sebesar 2,7 juta beras.
Baca Selengkapnya