Menguak Penyebab Mahalnya Harga Bawang Putih, Karena Virus Corona?
Merdeka.com - Harga bawang putih mengalami kenaikan hingga dua kali lipat, sejak beberapa minggu terakhir, setelah meluasnya isu virus corona. Di beberapa daerah, harga bawang putih bisa mencapai Rp70 ribu per kilogram (Kg) dari yang sebelumnya di kisaran Rp30 ribu per Kg.
Kenaikan ini dipengaruhi penghentian sementara impor dari China akibat wabah virus corona. Padahal, pasokan bawang putih di Indonesia didominasi dari China, sebanyak 70-80 persen.
"Selama ini 70-80 persen bawang putih impor, sebagian besar dari China. Ketika impor terganggu harga naik dan menyebabkan tekanan pada daya beli masyarakat," kata Pengamat Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira saat dihubungi Merdeka.com, Selasa (4/2).
Namun, benarkah naiknya harga bawang putih dikarenakan virus corona?
Keputusan Penghentian Impor
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah dalam waktu dekat akan menghentikan sementara impor dari China terkait beberapa produk yang berpotensi membawa virus corona.
Ada pun produk-produk yang berpotensi dilarang untuk diimpor oleh Indonesia antara lain adalah hewan hidup karena penularan virus tersebut melalui hewan.
Sementara itu, Agus menuturkan untuk produk hortikultura masih dikaji terkait akan dilarang juga atau tidak karena sampai saat ini masih dinilai negatif dalam membawa virus corona tersebut. "Kalau itu tidak membawa virus. Ini spesifiknya adalah penyebarannya melalui hewan hidup," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menjamin persediaan bawang putih dalam negeri aman, sebab pasokan bawang putih impor tetap normal. Menurutnya, bawang putih bukan termasuk barang impor yang dilarang dari China, melainkan membatasi impor produk pada kategori life animal.
"Kita harus pastikan harga bawang putih stabil dan tidak fluktuatif," tegas Moeldoko di Jakarta, Jumat (7/2).
Bawang Putih Tak Membawa Virus
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menjelaskan, pemerintah telah menetapkan komoditas berbasis tanaman, termasuk bawang putih tidak dikategorikan sebagai media pembawa Virus Corona. Produk yang dilarang untuk diimpor hanya hewan hidup karena penularan Virus Corona melalui hewan.
"Ini perlu disampaikan ke publik bahwa (bawang putih) tidak berefek Corona. Isu beberapa hari terakhir ini menimbulkan psikologi pasar bergejolak," kata Abdullah dikutip Antara, Selasa (11/2).
Dia menilai, saat ini psikologi pasar terganggu dan harga bawang putih bergejolak akibat banyak konsumen yang baru mengetahui impor bawang putih didatangkan dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Jika impor tetap dilakukan dari China, dikhawatirkan harga masih sulit dikendalikan karena konsumen yang enggan membeli bawang putih.
Penurunan harga bawang putih diprediksi hanya di kisaran Rp38.000 sampai Rp40.000 per kilogram, karena isu Corona yang masih kuat di publik. "Kami Ikappi memprediksi kalau impor berikutnya masih dari China, harga sulit ditekan seperti normal. Turun mungkin tetapi sulit sampai Rp30.000 per kilogram," imbuhnya.
Ada Indikasi Kartel
Anggota komisi III DPR RI, Arteria Dahlan meminta Kapolri untuk menurunkan anggotanya ke pasar dan gudang-gudang importir. Sebab harga jual bawang putih sudah sangat tinggi dan jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp32.000 per kg
"Sudah brutal ini, HET Rp32.000 per kilogram tapi dijual Rp50.000 sampai Rp70.000 per kilonya. Kapolri agar mengaktifkan atau mengefektifkan kembali Satgas Pangan, tangkap itu kartel, para mafia bawang putih," kata Arteria di Jakarta.
Menurutnya, harga naik dikarenakan pasokan ditahan-tahan oleh importir-importir nakal demi mendapatkan keuntungan yang berlebihan. Padahal katanya modal beli dari China sekitar Rp20.000-an per kilogram, dan ini sudah dihitung termasuk biaya impor, transportasi, operasional, dan lain-lain nya.
Apabila harga semakin naik lagi, keuntungan lebih berlipat. "Ini permainan biadab, margin yang diperoleh tidak ber prikemanusiaan kalau sampai harganya lima puluh ribu apalagi tujuh puluh ribu per kilogramnya," terang Arteria.
Distributor Diminta Tak Tahan Stok
Pemerintah Provinsi Sumut mengingatkan distributor bawang putih tidak menahan stok agar harga tidak naik signifikan. Ini diperlukan setelah tidak masuknya untuk sementara komoditas itu dari China.
"Satuan tugas Pemprov Sumut semakin meningkatkan pengawasan agar distributor tidak memanfaatkan pasokan yang terbatas setelah terhentinya impor dari China sejak virus corona menyebar," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut, Zonny Waldi dikutip Antara Medan, Jumat (7/2).
Bagi pengusaha, distributor dan pedagang nakal yang menahan bawang putih maka akan diberi sanksi.
Tetap Buka Keran Impor
Kementerian Pertanian telah menerbitkan izin Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) untuk bawang putih sebesar 103.000 ton dari China. Ini dilakukan karena stok bawang putih di dalam negeri kian menipis, yakni 70.000 ton dan hanya mampu memenuhi kebutuhan sampai pertengahan Maret mendatang.
"Stok kurang lebih 70.000 ton. Jadi sampai bulan Maret itu sebetulnya dari stok masih cukup, tetapi kita sudah buka (impor) untuk mengantisipasi sampai dua-tiga bulan ke depan," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto dikutip Antara, Senin (10/2).
Prihasto memperkirakan impor bawang putih sebesar 103.000 ton tersebut dapat memenuhi kebutuhan sampai 2-3 bulan ke depan. Ada pun kebutuhan konsumsi bawang putih nasional mencapai 560.000-850.000 ton per tahun atau sekitar 47.000 ton per bulan.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
China menjadi pemicu harga bawang putih di Indonesia meroket jelang lebaran.
Baca SelengkapnyaKarena dua faktor ini harga bawang merah bertahan mahal.
Baca SelengkapnyaAda beberapa harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan antara lain, beras, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Indonesia sebenarnya memiliki sangat banyak sumber karbohidrat yang tidak kalah dari nasi. Ketahui sejumlah alternatif pangan yang bisa menjadi pengganti nasi.
Baca SelengkapnyaAkibat kondisi tersebut, awalnya Kementan yang getol menolak untuk impor beras, akhirnya menyetujui. I
Baca SelengkapnyaMakanan yang mengalami kenaikan di antaranya daging sapi, hingga gula. Bahkan keduanya merupakan komoditas pokok.
Baca SelengkapnyaGanjar berharap menjelang Natal dan Tahun Baru, harga bahan pangan akan stabil.
Baca SelengkapnyaKenaikan ini terjadi karena harga beras Bulog sudah dinaikkan menjadi Rp10.900 per Kg, dari harga eceran tertinggi (HET) sebelumnya Rp9.450 per Kg.
Baca SelengkapnyaHarga telur saat ini sudah mendekati harga acuan yang ditentukan pemerintah.
Baca Selengkapnya