Sasando, Alat Musik Kuno Berirama Merdu untuk Sang Tuan Putri
Merdeka.com - Demi mendapatkan wanita pujaan ia berpikir keras. Pria yang terdampar di Pulau Ndana, pulau terpencil di Barat Pulau Rote. Ia bernama Sangguana yang kemudian ditemukan oleh penduduk sekitar dan diserahkan kepada Raja Takalaa. Tanpa sengaja, Sangguana melihat Tuan Putri Raja Takala dan jatuh cinta kepadanya. Ia berpikir keras demi memenuhi syarat menjadi menantu sang Raja.
Terciptalah alat musik yang kini bernama Sasando khas Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Dalam mimpi Sangguana melihat alat musik dan menamainya dengan Sasandu. Dipersembahkannya di hadapan raja dan pujaan hatinya. Petikan dawai yang merdu membuat Sang Tuan Putri jatuh hati. Oleh Tuan Putri disebutnya dengan nama Hitu, atau alat musik dengan 7 dawai.
Sebuah penggalan cerita sejarah asal mulanya alat musik Sasando. Dipercaya telah ada pada abad ke 7 dan mengalami perkembangan. Bentuknya unik dengan iramanya yang merdu, membuat Tuan Putri atau bahkan siapa saja yang mendengarnya menjadi syahdu.
Alat Musik Sasando©2021 Merdeka.com/Arief Siswandhono
Petikan lembut jari jemari pada dawai mampu menghasilkan bunyi nan merdu. Alunan iramanya begitu menenangkan mirip suara alunan gitar. Namun lebih lembut dan merdu dengan suara yang bervariasi. Atau mirip dengan kolaborasi suara gitar, harpa, biola hingga piano.
Senandung nada-nada merdu menggetarkan hati Sang Tuan Putri. Hingga akhirnya Sangguana diberikan izin oleh Raja Takala untuk mempersunting Sang Tuan Putri. Dalam bahasa Rote, Sasandu memiliki arti bergetar atau berbunyi.
Bunyi yang dihasilkan berasal dari dawai yang terpasang pada bambu. Masing-masing dawai begetar dan mengeluarkan bunyi nan merdu. Dalam perkembangannya, Hitu memiliki 11 dawai dan hanya dimainkan secara terbatas.
Alat Musik Sasando©2021 Merdeka.com/Arief Siswandhono
Kini Sasandu terkenal dengan sebutan Sasando. Alat musik tradisional ini menjadi ikon Pulau Rote. Ialah Jerremias A. Pah, seorang pengembang dan penjaga alat musik Sasando. Ia melestarikan keberadaan Sasando dengan membuat dan mengenalkan kepada masyarakat.
Alat musik kebanggaan Pulau Rote ini berasal dari daun lontar. Dilengkapi dengan bambu, kayu, paku penyangga, dan senar atau dawai. Lontar ibarat tanaman dengan roh yang tertanam pada masyarakat Pulau Rote. Daunnya banyak dimanfaatkan sebagai atap rumah, wadah air, media tulis, topi, hingga pembuatan Sasando.
Alat Musik Sasando©2021 Merdeka.com/Arief Siswandhono
Mulanya daun lontar yang sudah kering diregangkan. Kedua ujungnya dilipat hingga membentuk sebuah bola setengah lingkaran. Bagian tengahnya dipasang satu ruas bambu. Pada bambu dipasang dawai yang melintang secara vertikal.
Tepian daun lontar dijahit dengan helaian serat bambu. Disatukan dengn ruas bambu. Pada sisi atas dipercantik dengan lekukan daun lontar yang bentuknya mirip mahkota.
Kedua sisi ruas bambu tertancap paku penyangga dawai. Jumlahnya kini diserempakkan menjadi 11 helai. Poisisi dan kencangnya pemasangan dawai akan mempengaruhi nada yang dihasilkan.
Alat Musik Sasando©2021 Merdeka.com/Arief Siswandhono
Sasando pernah menjadi ikon pada mata uang rupiah. Tepatnya pada uang nilai Rp 5 ribu yang terbit pada tahun 1992. Sasando kini memiliki berbagai model seperti Sasando Engkel, Sasando Dobel, hingga Sasando Biola. Perbedaanya terletak pada jumlah dawai dengan nada yang beragam.
Kini sasando tergerus oleh alat musik modern. Jerremias A. Pah beserta masyarakat timor dengan semangat mempertahankan dan mengenalkan Sasando kepada dunia. Lantunan merdu Sasando kini sering terdengar mengiringi upacara adat, tarian, hingga pentas musik yang ada di Pulau Rote. Di luar itu, Sasando juga menjadi hiburan pada acara berskala Nasional.
(mdk/Ibr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak orangtua menginginkan anaknya istimewa dan bisa melakukan berbagai macam hal. Salah satunya adanya banyak orangtua ingin buah hati bisa bermain musik.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang pengertian alat musik ritmis, jenis, dan cara menggunakannya.
Baca SelengkapnyaAda musisi yang terpilih untuk periode kedua dalam Pemilu 2024 ini. Siapa saja mereka? Berikut ulasan selengkapnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sejumlah Negara Muslim Tetapkan Idulfitri Jatuh 10 April, Saudi akan Rayakan dengan Kembang Api dan Konser Musik
Baca SelengkapnyaPenyanyi cantik Tiara Andini ternyata sering tak percaya diri tampil di depan publik.
Baca SelengkapnyaCalung ternyata punya sejarah yang menarik untuk mengobati rasa kesepian para petani Sunda
Baca SelengkapnyaKedua orangtua Bintara tersebut tak bisa menghadiri pelantikan sang putra tercinta.
Baca SelengkapnyaTradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca SelengkapnyaPantun pembuka salam lucu ini tak hanya mengundang tawa, tapi juga mencoba membangun keakraban dan suasana santai.
Baca Selengkapnya