Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kampung Dukuh, Desa Islam Tradisional Berusia 4 Abad di Belantara Hutan Garut

Kampung Dukuh, Desa Islam Tradisional Berusia 4 Abad di Belantara Hutan Garut Kampung Religi Dukuh, Garut ©2021 Merdeka.com/Reival Akbar

Merdeka.com - Kabupaten Garut, Jawa Barat didominasi dengan area hutan yang masih terjaga. Kekayaan alamnya sebanding dengan adat istiadat yang masih kental hingga saat ini. Salah satunya ialah Kampung Dukuh, sebuah desa terpencil yang memegang teguh nilai adat bernafaskan islam. Berada terisolasi oleh lebatnya hutan Garut secara administratif di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Garut, Jawa Barat.

Kampung Dukuh punya sejarah panjang yang masih dipertahankan hingga kini. Didirikan oleh seorang ulama pada abad ke-17 bernama Syekh Abdul Jalil. Kala itu wilayah Sumedang dipimpin oleh Bupati Rangga Gempol II. Atas saran dari Raja Mataram, Syekh Abdul Jalil diminta oleh Rangga Gempol II untuk menjadi seorang kepala agama. Saat itu ia menerima tawaran dengan syarat yang harus ditaati sebagai perjanjian.

Kampung Dukuh secara geografis memiliki wilayah yang terisolir. Sebelah utara dibatasi oleh Gunung Ragas, Samudera Hindia di selatan, Sungai Cipasarangan , Sungai Cimangke di sebelah Timur dan Barat.

kampung religi dukuh garut

©2021 Merdeka.com/Reival Akbar

Hanya 2 syarat agar Syekh Abdul Jalil berkehendak menjadi pemuka agama di Sumedang. Seluruh elemen masyarakat Sumedang dilarang melanggar hukum Islam, serta Bupati dan rakyatnya harus bersatu. Namun apa daya selang 12 tahun, kesepakatan tersebut dilanggar oleh sang bupati sendiri. Ia tega membunuh utusan dari Kerajaan Banten, karena tidak mau tunduk ke Kerajaan Banten.

Hal tersebut membuat Syeh Abdul Jalil merasa dihianati. Padahal, kesepakatan menyebutkan tidak ada pembunuhan, perzinaan, merampok beserta perbuatan buruk lainnya. Syekh Abdul Jalil lantas angkat kaki dan pergi menuju ke Selatan. Sampailah ia di tempat yang kini berdiri Kampung Dukuh. Sesuai dengan ajaranya, kampung Dukuh selalu mempertahankan syariat Islam sebagai aturan adat yang berlaku.

Kampung Dukuh sendiri dahulunya bernama padukuhan. Yang sama artinya dengan padepokan sebagai tempat di mana orang bisa tinggal dan mendekatkan diri pada Yang Maha Esa.

kampung religi dukuh garut

©2021 Merdeka.com/Reival Akbar

Letak Kampung Dukuh begitu terpencil. Untuk mencapainya harus menerobos rimbunnya hutan di sisi Selatan Garut. Hal ini menyebabkan akses modernisasi di kampung ini terbentengi. Mayoritas Kampung Dukuh bermata pencaharian sebagai petani di sawah dan ladang. Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu dan atapnya dari daun ilalang.

Setidaknya ada 42 rumah dan 1 masjid sebagai pusat peribadatan di Kampung Dukuh. Terbagi sejumlah 172 orang untuk Kampung Dukuh Dalam, dan 70 kepala keluarga wilayah Kampung Dukuh Luar.

kampung religi dukuh garut

©2021 Merdeka.com/Reival Akbar

Jauh dari kesan modern, bahkan Kampung Dukuh tidak ada seorang pun yang menggunakan peralatan elektronik. Ketika malam tiba, lampu cempor atau lampu tradisional yang mengandalkan api dan minyak tanah. Begitupula untuk memasak yang kini dengan modernisasi kompor gas, warga Kampun Dukuh justru masih mengandalkan kayu bakar.

Hidup berdampingan secara baik dengan hutan adalah visi Kampung Dukuh, Garut. Bahwa “Hutan bukan warisan, tetapi titipan untuk sumber daya kehidupan kita bersama”. Visi tersebut terpatri dalam batu marmer sebagai cara bertahan hidup jauh dari modernisasi.

kampung religi dukuh garut

©2021 Merdeka.com/Reival Akbar

Dahulu, kebakaran berulang kali melanda Kampung Dukuh. Salah satunya pada tahun 2010, 40 rumah tradisional mereka habis dilahap si jago merah. Bahkan literasi sejarah Kampung Dukuh dengan arab gundul berbahasa Sunda turut musnah. Kini,ciri khas Kampung Dukuh telah direkonstruksi atas bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar 1 Milyar.

Atas jasa dan keberhasilan Syekh Abdul Jalil menyebakan syiar Islam, Kampung Dukuh masih bertahan hingga kini. Setiap hari sabtu warga selalu berziarah ke makam Syekh Abdul Jalil. Warga luar juga diperkenankan berziarah dengan menjalankan aturan adat yang berlaku di Kampung Dukuh. (mdk/Ibr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Desa di Bojonegoro Ini Jadi Daerah Istimewa sejak Kerajaan Majapahit, Syekh Jumadil Kubro Sesepuh Wali Songo Pernah Tinggal di Sini
Desa di Bojonegoro Ini Jadi Daerah Istimewa sejak Kerajaan Majapahit, Syekh Jumadil Kubro Sesepuh Wali Songo Pernah Tinggal di Sini

Desa ini dikenal sebagai pusat peradaban sejak zaman Hindu Buddha di Indonesia

Baca Selengkapnya
7 Ulama yang Berjasa Besar Sebarkan Ajaran Islam di Sidoarjo, Makamnya Berbaur dengan Warga Biasa
7 Ulama yang Berjasa Besar Sebarkan Ajaran Islam di Sidoarjo, Makamnya Berbaur dengan Warga Biasa

Makam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.

Baca Selengkapnya
Cerita Sumur Tua Keramat di Tengah Sawah Serang, Tak Pernah Kering Meski Kemarau Ekstrim
Cerita Sumur Tua Keramat di Tengah Sawah Serang, Tak Pernah Kering Meski Kemarau Ekstrim

Uniknya, sumur yang diklaim tertua di wilayah tersebut masih menyimpan air dalam jumlah yang banyak dan tidak mengalami surut meski dilanda kemarau panjang.

Baca Selengkapnya
Sejarah Surau Gadang, Warisan Peninggalan Syekh Burhanuddin saat Penyebaran Islam di Sumbar
Sejarah Surau Gadang, Warisan Peninggalan Syekh Burhanuddin saat Penyebaran Islam di Sumbar

Tanah Minang memiliki banyak peninggalan sejarah yang menjadi saksi perjuangan para ulama besar dalam menyebarkan Islam di sana.

Baca Selengkapnya
Jadi yang Tertua di Sukoharjo, Ini Sejarah Masjid Agung Jatisobo
Jadi yang Tertua di Sukoharjo, Ini Sejarah Masjid Agung Jatisobo

Masjid itu punya kemiripan dengan masjid agung Keraton Surakarta.

Baca Selengkapnya
Dulu Hutan Belantara yang Tak Dilirik Orang, Ini Kisah di Balik Berdirinya Kabupaten Pacitan
Dulu Hutan Belantara yang Tak Dilirik Orang, Ini Kisah di Balik Berdirinya Kabupaten Pacitan

Orang-orang pertama yang berjasa mengubah hutan jadi permukiman penduduk merupakan para pendakwah Islam

Baca Selengkapnya
Jarang Diketahui, Ternyata Ini Sejarah di Balik Terbentuknya Desa Butuh yang Dijuluki
Jarang Diketahui, Ternyata Ini Sejarah di Balik Terbentuknya Desa Butuh yang Dijuluki "Nepal Van Java"

Sebelum populer, jalur pendakian via Dusun Butuh lebih dikenal sebagai "jalur spiritual".

Baca Selengkapnya
Mengenal Desa Wisata Leuwimunding yang Baru Diresmikan Kemenparekraf, Ada Makam Pendiri Nahdlatul Ulama
Mengenal Desa Wisata Leuwimunding yang Baru Diresmikan Kemenparekraf, Ada Makam Pendiri Nahdlatul Ulama

Di Kecamatan Leuwimunding terdapat 12 pesantren, 16 masjid, dan juga 378 musala sebagai penunjang destinasi religi

Baca Selengkapnya
Berawal dari Aktivitas Pendakian, Begini Asal Mula Desa di Lereng Gunung Sumbing dapat Julukan “Nepal Van Java”
Berawal dari Aktivitas Pendakian, Begini Asal Mula Desa di Lereng Gunung Sumbing dapat Julukan “Nepal Van Java”

Keberhasilan Dusun Butuh menjadi desa wisata tak lepas dari kekompakan warganya

Baca Selengkapnya
Tak Ingin Kekuasaan, Pangeran Keturunan Majapahit Ini Pilih Hidup Jadi Warga Biasa
Tak Ingin Kekuasaan, Pangeran Keturunan Majapahit Ini Pilih Hidup Jadi Warga Biasa

Pangeran keturunan Majapahit ini lebih senang dekat dengan warga biasa. Bahkan, ia menyembunyikan identitasnya sebagai bangsawan di hadapan warga.

Baca Selengkapnya
Muncul Makam dengan Bendera Merah Putih di Tengah Waduk Jatigede yang Surut, Ternyata Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Muncul Makam dengan Bendera Merah Putih di Tengah Waduk Jatigede yang Surut, Ternyata Sosoknya Bukan Orang Sembarangan

Saking berpengaruhnya di masa lalu, makam-makam ini sering diziarahi walau kondisi tidak surut.

Baca Selengkapnya
Disebut Jadi Cikal Bakalnya Kabupaten Purbalingga, Ini Fakta Unik Desa Wisata Onje
Disebut Jadi Cikal Bakalnya Kabupaten Purbalingga, Ini Fakta Unik Desa Wisata Onje

Desa Wisata Onje menyimpan potensi wisata dari sejarah hingga alam

Baca Selengkapnya