Kampung Dukuh, Desa Islam Tradisional Berusia 4 Abad di Belantara Hutan Garut
Merdeka.com - Kabupaten Garut, Jawa Barat didominasi dengan area hutan yang masih terjaga. Kekayaan alamnya sebanding dengan adat istiadat yang masih kental hingga saat ini. Salah satunya ialah Kampung Dukuh, sebuah desa terpencil yang memegang teguh nilai adat bernafaskan islam. Berada terisolasi oleh lebatnya hutan Garut secara administratif di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Garut, Jawa Barat.
Kampung Dukuh punya sejarah panjang yang masih dipertahankan hingga kini. Didirikan oleh seorang ulama pada abad ke-17 bernama Syekh Abdul Jalil. Kala itu wilayah Sumedang dipimpin oleh Bupati Rangga Gempol II. Atas saran dari Raja Mataram, Syekh Abdul Jalil diminta oleh Rangga Gempol II untuk menjadi seorang kepala agama. Saat itu ia menerima tawaran dengan syarat yang harus ditaati sebagai perjanjian.
Kampung Dukuh secara geografis memiliki wilayah yang terisolir. Sebelah utara dibatasi oleh Gunung Ragas, Samudera Hindia di selatan, Sungai Cipasarangan , Sungai Cimangke di sebelah Timur dan Barat.
-
Siapa nama Bupati Garut yang pertama? Nama Stadion RAA Adiwijaya sendiri diambil dari sosok Bupati Garut yang pertama dengan nama sama.
-
Kenapa Dusun Sekar Gadung disebut kampung mualaf? Dusun Sekar Gadung terkenal dengan sebutan kampung mualaf karena banyak warga nonmuslim yang beralih memeluk agama Islam.
-
Siapa Gubernur Jawa Barat pertama? Dr. Soetardjo Kertohadikusumo, Anggota Volksraad yang Menjabat Gubernur Jawa Barat Pertama
-
Siapa Gubernur Sumatera pertama? PPKI pun menunjuk Teuku Muhammad Hasan, putra asal Sigli ini ditetapkan menjadi gubernur untuk memimpin wilayah Provinsi Sumatera yang ber-ibukota di Medan.
-
Dimana letak kampung terpencil ini? Dusun Jurang Sempu yang berada di Desa Dayakan, Kecamatan Badegan merupakan salah satu desa terpencil di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
-
Siapa Gubernur Pertama Sumatra Utara? Jadi Gubernur Pertama sekaligus Ketua DPRD Sumatra Utara, Ini Sosok Putra Keturunan Batak Mandailing Namanya jarang dikenal banyak orang. Tetapi jasa besarnya memimpin Sumatra Utara pasca kemerdekaan patut diacungi jempol.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Hanya 2 syarat agar Syekh Abdul Jalil berkehendak menjadi pemuka agama di Sumedang. Seluruh elemen masyarakat Sumedang dilarang melanggar hukum Islam, serta Bupati dan rakyatnya harus bersatu. Namun apa daya selang 12 tahun, kesepakatan tersebut dilanggar oleh sang bupati sendiri. Ia tega membunuh utusan dari Kerajaan Banten, karena tidak mau tunduk ke Kerajaan Banten.
Hal tersebut membuat Syeh Abdul Jalil merasa dihianati. Padahal, kesepakatan menyebutkan tidak ada pembunuhan, perzinaan, merampok beserta perbuatan buruk lainnya. Syekh Abdul Jalil lantas angkat kaki dan pergi menuju ke Selatan. Sampailah ia di tempat yang kini berdiri Kampung Dukuh. Sesuai dengan ajaranya, kampung Dukuh selalu mempertahankan syariat Islam sebagai aturan adat yang berlaku.
Kampung Dukuh sendiri dahulunya bernama padukuhan. Yang sama artinya dengan padepokan sebagai tempat di mana orang bisa tinggal dan mendekatkan diri pada Yang Maha Esa.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Letak Kampung Dukuh begitu terpencil. Untuk mencapainya harus menerobos rimbunnya hutan di sisi Selatan Garut. Hal ini menyebabkan akses modernisasi di kampung ini terbentengi. Mayoritas Kampung Dukuh bermata pencaharian sebagai petani di sawah dan ladang. Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu dan atapnya dari daun ilalang.
Setidaknya ada 42 rumah dan 1 masjid sebagai pusat peribadatan di Kampung Dukuh. Terbagi sejumlah 172 orang untuk Kampung Dukuh Dalam, dan 70 kepala keluarga wilayah Kampung Dukuh Luar.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Jauh dari kesan modern, bahkan Kampung Dukuh tidak ada seorang pun yang menggunakan peralatan elektronik. Ketika malam tiba, lampu cempor atau lampu tradisional yang mengandalkan api dan minyak tanah. Begitupula untuk memasak yang kini dengan modernisasi kompor gas, warga Kampun Dukuh justru masih mengandalkan kayu bakar.
Hidup berdampingan secara baik dengan hutan adalah visi Kampung Dukuh, Garut. Bahwa “Hutan bukan warisan, tetapi titipan untuk sumber daya kehidupan kita bersama”. Visi tersebut terpatri dalam batu marmer sebagai cara bertahan hidup jauh dari modernisasi.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Dahulu, kebakaran berulang kali melanda Kampung Dukuh. Salah satunya pada tahun 2010, 40 rumah tradisional mereka habis dilahap si jago merah. Bahkan literasi sejarah Kampung Dukuh dengan arab gundul berbahasa Sunda turut musnah. Kini,ciri khas Kampung Dukuh telah direkonstruksi atas bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar 1 Milyar.
Atas jasa dan keberhasilan Syekh Abdul Jalil menyebakan syiar Islam, Kampung Dukuh masih bertahan hingga kini. Setiap hari sabtu warga selalu berziarah ke makam Syekh Abdul Jalil. Warga luar juga diperkenankan berziarah dengan menjalankan aturan adat yang berlaku di Kampung Dukuh. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Desa ini dikenal sebagai pusat peradaban sejak zaman Hindu Buddha di Indonesia
Baca SelengkapnyaMakam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.
Baca SelengkapnyaUniknya, sumur yang diklaim tertua di wilayah tersebut masih menyimpan air dalam jumlah yang banyak dan tidak mengalami surut meski dilanda kemarau panjang.
Baca SelengkapnyaTanah Minang memiliki banyak peninggalan sejarah yang menjadi saksi perjuangan para ulama besar dalam menyebarkan Islam di sana.
Baca SelengkapnyaMasjid itu punya kemiripan dengan masjid agung Keraton Surakarta.
Baca SelengkapnyaOrang-orang pertama yang berjasa mengubah hutan jadi permukiman penduduk merupakan para pendakwah Islam
Baca SelengkapnyaSebelum populer, jalur pendakian via Dusun Butuh lebih dikenal sebagai "jalur spiritual".
Baca SelengkapnyaDi Kecamatan Leuwimunding terdapat 12 pesantren, 16 masjid, dan juga 378 musala sebagai penunjang destinasi religi
Baca SelengkapnyaKeberhasilan Dusun Butuh menjadi desa wisata tak lepas dari kekompakan warganya
Baca SelengkapnyaPangeran keturunan Majapahit ini lebih senang dekat dengan warga biasa. Bahkan, ia menyembunyikan identitasnya sebagai bangsawan di hadapan warga.
Baca SelengkapnyaSaking berpengaruhnya di masa lalu, makam-makam ini sering diziarahi walau kondisi tidak surut.
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Onje menyimpan potensi wisata dari sejarah hingga alam
Baca Selengkapnya