Tren Kejahatan Siber Phishing di 2023 dan Rencana Mitigasinya

Merdeka.com - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) memprediksi serangan kejahatan siber phishing makin marak pada tahun depan (2023). Sebab tahun depan merupakan tahun politik menyongsong pemilu serentak pada Februari 2024.

Yudho Giri Sucahyo, Ketua PANDI, mengungkapkan tahun depan akan makin seru. Praktik atau serangan phishing, penyebaran hoax, fake news, dan ujaran kebencian akan marak menggunakan saluran digital dengan nama domain .id.

Untuk itu, Yudho mengajak semua pihak melaporkan pada Kemkominfo RI dan PANDI bila menemukan praktik-praktik tersebut. Sementara di sisi lain, PANDI sebagai registri nama domain .id di Indonesia akan terus berinovasi untuk meningkakan ketahanan siber di Tanah Air.

"Masyarakat mesti hati-hati ke depan, apalagi Indonesia salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di dunia. Ini (serangan phishing) bagian dari industri, sekarang tinggal bagaimana kita semua memeranginya," ujar Yudho saat menghadiri jumpa pers Laporan Data Phishing IDADX Kuartal III 2022 secara daring dari Surabaya, Selasa (27/12).

Menurutnya, kejahatan siber semakin marak dan berevoluasi. Seperti praktik phishing yang sekarang menggunakan APK. Link APK ini, bila diunduh, dapat menyebabkan ponsel pintar pengguna akan diambil alih oleh orang lain dan tidak bisa digunakan.

Indonesia Anti-Phishing Data Exchange (IDADX) yang dikelola PANDI juga akan terus meningkatkan ketahanan supaya kejahatan siber seperti phishing dapat dilawan.

Isnawan, Wakil Ketua Bidang Pengembangan, Riset Terapan, Inovasi, dan Teknik PANDI, menyatakan IDADX dan PANDI mulai tahun depan akan melakukan kajian soal potensi kerugian dari serangan phishing. Kajian potensi kerugian secara keuangan ini akan ditampilkan pada laporan IDADX per tiga bulan pada 2023.

Saat ini IDADX-PANDI baru memiliki data serangan phishing terhadap nama domain .id. Laporan serangan ini diterbitkan setiap kuartal.

Per kuartal III tahun ini, IDADX melaporkan ada 34.622 serangan phishing domain .id yang dikumpulkan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Di kuartal III, tercatat 7.988 laporan phishing, naik 61 persen dibandingkan kuartal II. Sektor yang paling banyak menjadi sasaran atau korban adalah lembaga pemerintahan dengan 68 persen. Disusul e-commerce 17 persen, lembaga keuangan 16 persen, media sosial 3 persen, dan aset kripto 1 persen.

Data IDADX juga menyebutkan, negara yang menjadi hosting situs phishing domain .id sebagian besar dari Indonesia. Berikutnya negara lain, seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Singapura.

Waspadai Social Engineering

©2022 Merdeka.com

Laporan IDADX juga menyebutkan, saat ini ancaman phishing semakin sering sehingga harus lebih diwaspadai. Karena banyak nama domain phishing yang menggunakan protocol HTTPS.

Pelaku phishing juga dapat mengelabui korban dengan menggunakan protocol HTTPS agar masyarakat percaya bahwa domain tersebut terpercaya dan aman untuk diakses. Pada kuartal III tahun ini, terdapat 85 persen domain phishing menggunakan protocol HTPPS.

Apa sih phishing?

Phishing adalah kejahatan internet untuk mendapatkan informasi pribadi seseorang hingga kredensial akun keuangan. Saat ini phishing dilakukan dengan skema social engineering dan technical subterfuge.

Social engineering dilakukan dengan cara antara lain mengirim pesan penipuan melalui alamat e-mail. Sedangkan technical subterfuge: menanam malware ke komputer untuk mencuri informasi kredensial dari korban, biasanya menggunakan sistem yang mencegat nama pengguna dan kata sandi atau mengarahkan pengguna ke situs web palsu. Akibat ini, kartu kredit korban dijebol, pencurian identitas, dan kerugian finansial.

"Praktik phishing banyak menggunakan metode social engineering, sehingga mitigasinya adalah meningkatkan literasi masyarakat. Namun, hal ini akan terus berkejaran dengan teknik dan metode baru kejahatan phishing ke depan," kata Isnawan seraya menambahkan, perlawanan harus dilakukan bersama-sama oleh seluruh pihak dan lapisan masyarakat supaya efektif melawan para pelaku kejahatan siber ini.