Samarinda Tanggap Darurat Banjir
Surat yang ditandatangani Wali Kota Samarinda, Syaharie Jaang tersebut telah terbit sejak 22 Mei 2020 atau bertepatan dengan musibah banjir pertama di Kota Samarinda.
Surat yang ditandatangani Wali Kota Samarinda, Syaharie Jaang tersebut telah terbit sejak 22 Mei 2020 atau bertepatan dengan musibah banjir pertama di Kota Samarinda.
Banjir besar di Samarinda, Kalimantan Timur, dalam 4 hari ini semakin meluas. Tidak kurang 22 ribu jiwa terdampak banjir. Bahkan siang ini, kawasan banjir kembali diguyur hujan deras.
Pemkot Samarinda menetapkan status siaga darurat banjir, yang berlaku mulai hari ini, Kamis (16/1). Meski ada sekitar 12.901 jiwa jadi korban, Pemkot menilai banjir belum sampai melumpuhkan aktivitas masyarakat.
Hendra menerangkan, inventarisir di lapangan itu dilakukan bersama tim gabungan BPBD Kota Samarinda, jajaran kelurahan, serta relawan kebencanaan di Samarinda. Kendati demikian, Pemkot belum menetapkan status tanggap darurat bencana.
Banyak alasan warga mengungsi. Selain air banjir semakin tinggi, mereka juga diliputi kekhawatiran kehabisan logistik. Di samping itu, permukiman yang terendam sudah gelap gulita lantaran PLN harus memadamkan listrik.
Diperoleh data sementara, 1.066 rumah terendam banjir.
Balai Wilayah Sungai (BWS) III Kalimantan Kementerian PUPR, yang bertugas mengelola Bendungan Benanga mengingatkan potensi banjir besar seperti Juni 2019. Saat itu sekitar 56.000 jiwa terdampak banjir. Kondisi ini berpotensi kembali terulang akibat luapan DAS Karang Mumus.
Banjir akibat guyuran hujan deras 7 jam sejak dini hari tadi, melumpuhkan sebagian kota Samarinda, Kalimantan Timur. Bahkan, ratusan calon penumpang Bandara APT Pranoto, harus rela dinaikkan truk melintas banjir setinggi hingga hampir 1 meter.
Pemprov Kalimantan Timur dan Pemkot Samarinda mulai menata bantaran dan pendangkalan parah Sungai Karang Mumus (SKM) Samarinda. Pendangkalan sungai itu disinyalir jadi salah satu sebab banjir besar dua pekan di Samarinda, mulai 9 Juni 2019.
Tidak kurang 300 rumah di areal daerah aliran sungai (DAS) Karang Mumus, bakal direlokasi. Tujuannya, untuk memperlancar aliran air di sungai.
Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda kembali memperpanjang masa tanggap darurat bencana banjir selama tiga hari ke depan. Ini dilakukan setelah masa perpanjangan tanggap darurat pertama berakhir hari ini. Pertimbangannya di antaranya ribuan jiwa masih terdampak banjir hingga dua pekan ini.
Lebih 1.000 rumah di Samarinda, Kalimantan Timur, masih terendam banjir. Memasuki pekan kedua, ketinggian air akibat luapan Sungai Karang Mumus belum sepenuhnya surut.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalimantan Timur menilai aktivitas tambang batu bara turut menyumbang terjadinya banjir yang merendam ribuan rumah di Samarinda, serta menyebabkan sekira 56 ribu jiwa menjadi korban.
Baru dua hari banjir mulai surut, ratusan rumah di Samarinda kembali terendam banjir lantaran daerah aliran Sungai Karang Mumus meluap lagi. Warga akhirnya kembali mengungsi.
Sekira pukul 15.30 WITA sebelumnya, merdeka.com menelusuri debit Bendungan Benanga di kawasan utara Samarinda. Terlihat debit memang meningkat, dan berada di garis kuning dengan ketinggian debit hampir 50 cm.
Penyaluran bantuan ke lokasi banjir menghadapi tantang terutama karena banjir masih belum surut dan beberapa jembatan terputus.
Sebanyak 22 ribu jiwa masih terdampak banjir, setelah sebelumnya menyentuh angka 56 ribu jiwa. Adapun kawasan yang masih terdampak banjir yakni Kelurahan Sempaja Timur, Sempaja Selatan dan Sempaja Utara di kecamatan Samarinda Utara.
Sebagian warga mulai bersih-bersih. Terlihat juga warga korban banjir mengeluarkan barang elektronik, kasur, hingga furniture rusak akibat terendam berhari-hari.