Tak Hanya Ibu, Ayah Juga Bisa Alami Depresi Postpartum, Kenali Cara Mengatasinya
Ilustrasi depresi. ©Shutterstock/Yuri Arcurs
Merdeka.com - Usai buah hati lahir, beragam perasaan bakal dialami oleh orangtua. Walau begitu, tak semua perasaan ini gembira belaka, terkadang muncul juga rasa depresi yang bisa muncul.
Sama dengan ibu, ayah juga diketahui mengalami depresi pasca kelahiran bayi. Sayangnya, hal ini masih sering diremehkan dan dikesampingkan sehingga seorang ayah kerap mengalami masalah ini lebih lama.
Masalah depresi pasca kelahiran bayi ini kerap menimbulkan perubahan fisik dan emosi pada seorang ayah. Untuk mengatasi masalah ini, bisa dilakukan sejumlah pengobatan maupun konseling. Dilansir dari Medical Daily, berikut sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk menghindari depresi pasca melahirkan pada ayah.
Cari Informasi yang Tepat
Banyak ayah yang tidak menyadari bahwa pria juga dapat mengalami depresi pasca kelahiran bayi. Ketidaktahuan ini biasanya disebabkan oleh informasi yang kurang dari dokter dan terapis dalam menangani masalah ini.
Lebih Terbuka dengan Pasangan
Jangan Sok Kuat
Stereotip gender berperan besar terhadap depresi ini terutama karena pria selalu dianggap dan diminta lebih kuat dalam mengatasi masalah. Adalah anggapan bahwa pria lebih kuat ini menyebabkan mereka menjadi enggan untuk mencari bantuan medis.
Lebih Terbuka dengan Pasangan
Ketakutan untuk terlihat lemah dan membutuhkan bantuan dari istri menyebabkan banyak pria yang enggan berbagi perasaan dengan istri mereka. Untuk mengatasi perasaan tertekan ini, sebaiknya pria menceritakan masalah ini dengan pasangan mereka.
Mampu Mengatasi Tekanan Masyarakat
Atasi Masalah Fisik dan Mental
Banyak ayah yang merasa kesulitan mengekspresikan perasaan mereka mengenai kebingungan, kelelahan, ketidakberdayaan, serta kesepian. Selain itu mereka juga kurang tidur sehingga menjadi lebih tak ramah terhadap anak.
Tidak Termakan Tekanan Masyarakat
Banyak pria yang merasa hilang, dilupakan, dan diacuhkan oleh istri mereka, sistem kesehatan, juga masyarakat. Sebagian ayah merasa bahwa lingkungan sosial juga meremehkan mereka ketika melakukan konsultasi mengenai masalah ini. Oleh karena itu, dengan keterbukaan yang dimiliki seseorang seharusnya tidak merasa tertekan oleh dorongan sosial.
Banyak pria merasa enggan memeriksakan diri terkait masalah mental ini. Menyadari terjadinya masalah ini secara lebih cepat bisa membantu mengatasinya lebih awal dan mudah. [RWP]
Baca juga:
Jaga Kesehatan Mental selama Pandemi COVID-19, Hindari Rasa Bosan dan Sedih
Cara Mengatasi Stigma yang Dialami oleh Penyintas COVID-19
Kenali Tanda Burnout yang Bisa Dialami oleh Seorang Ibu
Rentan Dialami, Ketahui Perbedaan Stres dengan Parental Burnout
Kekerasan Seksual Bisa Terjadi di Masa Pandemi COVID-19, Ketahui Bentuknya
Baca Selanjutnya: Lebih Terbuka dengan Pasangan...
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami