Menilik Potensi Golput di Pemilu 2019

Merdeka.com - Angka Golongan Putih (Golput) pada pemilu tahun ini diperkirakan akan menurun. Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari melihat kecenderungan masyarakat saat ini lebih antusias untuk turut serta melakukan pencoblosan.
Salah satunya karena pemilu kali ini dianggap sebagai pertarungan ideologi. Mereka yang merasa terasosiasi dengan ideologi tertentu merasa wajib untuk mendukung pilihannya.
"Tren golput absolut belum tau, (tapi) kemungkinan menurun karena pilpres kali ini para pemilihnya semangat," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (16/4).
Faktor lain yang membuat pemilu 17 April besok akan ramai karena faktor profesionalisme penyelenggara Pemilu 2019, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang sudah dengan baik mengurus Daftar Pemilih Tetap (DPT). Menurutnya, dibandingkan periode lima thun lalu, jumlah DPT periode kali ini lebih baik.
Hal senda disampaikan oleh Ray Rangkuti, pendiri Lingkar Madani (Lima). Ray memprediksi golput pada pemilu kali ini akan di bawah 10 persen saja.
"Ya sekitar 7 persen," kata Ray saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (16/4/2019).
Ray justru mengkhawatirkan jika KPU selaku penyelenggara pemilu akan kuwalahan menangani para pemilih yang membeludak.
Kontras dengan pendapat kedua pengamat di atas, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego memprediksi golput pemilu tahun ini akan meningkat. Menurutnya hal itu disebabkan karena mereka yang tergolong pemilih kritis kesulitan untuk menentukan mana calaon yang terbaik.
"Karena masing-masing punya masalah," tutur Indria.
Menurut Indria, para pemilih kritis ini merasa takut bertanggung jawab terhadap pilihannya jika pemimpin yang mereka pilih berbuat salah.
"Secara moral politik (supaya) tidak berdosa ya tidak memilih," papar Indria.
Menurut peneliti LIPI ini, anggapan adanya pertarungan ideologi dalam Pemilu 2019 ini dinilai tidak berdasar. Dia melihat dalam pemilu ini kedua kubu tersebut sama-sama berideologi Pancasila.
"Saya tidak percaya itu. Apa ideologinya? Masa Pancasila lawan Khilafah. Khilafah siapa? Prabowo bukan Khilafah, ia lahir dari rahim seorang Kristen. Masa dibilang Khilafah," tutur Indria.
Angka Golput Sepanjang Sejarah Pemilu di Indonesia
Tingkat partisipasi politik pada Pemilu rezim Orde Lama mulai dari tahun 1955 dan Orde Baru pada tahun 1971 sampai 1997, kemudian Orde Reformasi tahun 1999 sampai sekarang masih cukup tinggi. Tingkat partisipasi politik pemilih dalam pemilu tahun 1955 mencapai 91,4 persen dengan angka golput hanya 8,6 persen.
Baru pada era non-demokratis Orde Baru golput menurun. Pada Pemilu 1971, tingkat partisipasi politik mencapai 96,6 persen dan jumlah golput menurun drastis hanya mencapai 3,4 persen.
Sementara Pemilu tahun 1977 dan Pemilu 1982 hampir serupa. Yakni, partisipasi politik sampai 96,5 persen dan jumlah golput mencapai 3,5 persen. Pada Pemilu 1987 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 96,4 persen dan jumlah golput hanya 3,6 persen.
Pada Pemilu 1992 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 95,1 persen dan jumlah golput mencapai 4,9 persen. Untuk Pemilu 1997 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 93,6 persen dan jumlah golput mulai meningkat hingga 6,4 persen.
Pasca-reformasi, pada Pemilu 1999 tingkat partisipasi memilih 92,6 persen dan jumlah Golput 7,3 persen. Angka partisipasi yang memprihatinkan terjadi pada Pemilu 2004, yakni turun hingga 84,1 persen dan jumlah golput meningkat hingga 15,9 persen.
Pada Pilpres putaran pertama tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 78,2 persen dan jumlah Golput 21,8 persen, sedangkan pada Pilpres putaran kedua tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 76,6 persen dan jumlah golput 23,4 persen.
Pada Pemilu Legislatif tahun 2009 tingkat partisipasi politik pemilih semakin menurun yaitu hanya mencapai 70,7 persen dan jumlah golput semakin meningkat yaitu 29,3 persen. Pada Pilpres 2009 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 71,7 persen dan jumlah golput mencapai 28,3 persen.
Pada Pemilu Legislatif tahun 2014 tingkat partisipasi politik pemilih naik menjadi 75,2 persen dan jumlah golput turun menjadi 24,8 persen. Pada Pilpres 2014 tingkat partisipasi politik pemilih mencapai 70,9 persen dan jumlah golput mencapai 29,1 persen.
Reporter: Yopi Makdori
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Airlangga Minta Rakyat Jangan Golput, Penting untuk Masa Depan Indonesia
Fenomena golput masih banyak ditemui dan menjadi salah satu tantangan yang serius di setiap pemilu
Baca Selengkapnya
Survei Terbaru Indikator Sepekan jelang Pencoblosan: Prabowo 51,8%, Anies 24,2%, Ganjar 19,6%
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menyebut peluang 2 putaran masih terbuka
Baca Selengkapnya
Ini Deretan Target Golkar dalam Pemilu 2024, Salah Satunya Kuasai Jabar
Menurut Airlangga, pihaknya melihat tren positif di berbagai wilayah Indonesia untuk Partai Golkar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.

Sebelum Putuskan Golput, Ketahui Pentingnya Berpartisipasi dalam Pemilu
Keikutsertaan dalam pemilu memiliki sejumlah keuntungan yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
Baca Selengkapnya
Persaudaraan Jangan Sampai Memudar karena Tidak Bisa Menerima Hasil Pemilu
Masyarakat Indonesia patut bersyukur dan bersuka cita karena telah melewati proses Pemilu 2024
Baca Selengkapnya
Pemudik Lebaran Tahun Ini Diprediksi Bakal Naik
Aan kemudian menyinggung 123 juta orang melaksanakan mudik dan dan berwisata selama libur Idulfitri 1444 H atau pada tahun 2023.
Baca Selengkapnya
Menhub Budi Karya Prediksi Tol Cipali Bakal Macet Parah Saat Mudik Lebaran, Ini Penyebabnya
Sebanyak 193,6 juta orang atau 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia akan melakukan perjalanan mudik lebaran tahun ini.
Baca Selengkapnya
Pergerakan Masyarakat Saat Lebaran 2024 Diprediksi Tembus 193,6 Juta Orang
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memprediksi 193,6 juta orang Indonesia melakukan perjalanan saat libur Lebaran Idulfitri 1445H/2024 Masehi.
Baca Selengkapnya
Perputaran Uang Musim Libur Natal dan Tahun Baru Diprediksi Tembus Rp80.250 Triliun
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah orang yang akan bepergian di musim libur akhir tahun mencapai 107 juta orang.
Baca Selengkapnya