Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mbah Satinem, penjual jajan pasar di Yogyakarta langganan Soeharto

Mbah Satinem, penjual jajan pasar di Yogyakarta langganan Soeharto Mbah Satinem di Yogya. ©2017 Merdeka.com

Merdeka.com - Sebagai daerah wisata, Yogyakarta dikenal banyak memiliki ragam kuliner. Salah satu kuliner khas Yogyakarta dan banyak dicari oleh wisatawan adalah jajan pasar. Untuk mengicipi jajan pasar ini, para wisatawan harus menyiapkan diri untuk bangun pagi. Pasalnya jajanan pasar seperti lupis, cenil, gatot, tiwul dan sejenisnya ini lazim dijajakan pada pagi hari.

Salah seorang penjual jajan pasar di Yogyakarta yang terkenal adalah Mbah Satinem. Perempuan berusia 75 tahun ini biasa berjualan di pertigaan Jalan Bumijo yang berbatasan langsung dengan Jalan Diponegoro. Mbah Satinem biasanya berjualan dengan ditemani oleh putrinya, Mukinem (45).

Mbah Satinem biasa membuka lapak dagangannya di pinggir jalan sekitar pukul 06.00 WIB. Sebelum Mbah Satinem membuka dagangannya, para pembelinya sudah mengantre. Begitu semua dagangan sudah disiapkan para pembeli pun dilayani satu persatu. Dagangan Mbah Satinem ini tak perlu menunggu waktu lama langsung ludes dibeli.

"Tutup kalau dagangan sudah habis. Biasanya habis sekitar pukul 07.30 WIB. Tapi kadang ya jam 08.00 WIB baru tutup. Itu saja masih banyak pembeli yang kecele karena dagangan saya sudah habis," terang Mbah Satinem saat ditemui, Rabu (6/4) lalu.

Sudah sejak tahun 1963 Mbah Satinem berjualan jajan pasar. Jajan pasar hasil olahan tangan Mbah Satinem ini dibuat menggunakan resep turun menurun dari ibunya. Mbah Satinem mengetahui resep membuat jajan pasar ini karena semasa kecilnya kerap membantu untuk membuat dan menjual jajan pasar bersama ibunya.

"Awalnya tahun 1963 itu saya jualannya keliling jalan kaki. Berangkat dari rumah jam 04.00 WIB. Lalu jalan kaki dengan dagangan saya gendong. Jualannya di sekitar Kota Yogyakarta saja. Baru pulang keliling sore hari," kenang Mbah Satinem.

Setelah berjualan jajan pasar dengan berkeliling, Mbah Satinem pun memutuskan untuk berjualan dengan cara menetap. Mbah Satinem pun kemudian berjualan di lokasinya saat ini.

"Sekitar tahun 80-an saya pindah jualan di emper ruko ini. Dulu kalau jualan juga masih jalan kaki dari Trihanggo ke sini. Tapi sekarang sudah gak kuat jalan jauh. Jadinya diantar oleh anak saya kalau jualan," tutur Mbah Satinem.

Untuk membuat jajan pasar, Mbah Satinem biasanya memulai proses pembuatannya pada pukul 00.00 WIB. Dibantu oleh anaknya, Mbah Satinem membuat jajan pasar dengan cara tradisional. Semua bahan dimasaknya menggunakan kompor kayu. Bahan-bahan yang digunakan pun tak ada yang menggunakan bahan pengawet makanan.

Biasanya, proses pembuatan jajan pasar usai sekitar pukul 04.00 WIB. Kemudian Mbah Satinem pun mulai berangkat ke tempatnya berjualan jam 05.00 WIB dari rumahnya.

"Hari biasa itu masak sekitar 8 kilo, kalau hari Minggu sekitar 10 kilo, bisa nambah kalau ada pesanan. Kalau hari Minggu lebih ramai karena banyak pembeli luar kota yang sengaja datang buat beli. Kebanyakan pembeli itu suka lopis," kata Mbah Satinem.

Meskipun setiap hari buka, namun khusus selama Bulan Ramadan, Mbah Satinem meliburkan diri. Selama sebulan penuh Mbah Satinem tak berjualan.

"Saya kalau puasa libur penuh. Konsentrasi untuk ibadah. Itu sudah rutin. Biasanya saya menyisihkan uang saat jualan. Jadi pas puasa gak buka saya masih punya uang. Dan pas Lebaran juga masih bisa nyanggoni (memberi uang) cucu," tutur Mbah Satinem.

Berjualan sudah sejak puluhan tahun lalu, membuat jajan pasar bikinan Mbah Satinem menjadi langganan banyak orang. Salah satu pelanggan jajan pasar racikan Mbah Satinem adalah Presiden kedua Indonesia Soeharto.

"Dulu Pak Harto sering mesan jajan pasar bikinan saya. Biasanya mesan tiwul sama gatot. Yang datang mesan biasanya ajudannya. Pertama kali mesan ke saya saat Pak Harto pulang naik haji. Gatot sama tiwul bikinan saya dipesan untuk oleh-oleh para tamu yang datang," cerita Mbah Satinem.

Selain menjajakan dagangannya di pinggir jalan, Mbah Satinem pun kerap melayani pesanan dari hotel-hotel di Yogyakarta. Sejumlah hotel berbintang rutin memesan jajan pasar kepada Mbah Satinem.

"Kalau katanya yang mesan, biasanya buat menu pas sarapan. Mesannya tiap hari. Kalau pas libur panjang atau hari Minggu mesannya lebih banyak dari hari biasanya. Kalau hari biasa setiap hotel mesannya 20 bungkus jajan pasar," pungkas Mbah Satinem.

Harga jajan pasar yang dijajakan terhitung tak mahal. Untuk harga lopis, gatot, tiwul dan cenil, Mbah Satinem biasa menjualnya seharga Rp 5 ribu per porsinya. Sedangkan untuk paket komplet berisi enam jenis jajan pasar dan biasa digunakan untuk acara syukuran, Mbah Satinem memasang tarif Rp 150 ribu.

(mdk/cob)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Istana Ungkap Isi Pembicaraan Jokowi dan AHY Sambil Makan Gudeg di Yogyakarta

Istana Ungkap Isi Pembicaraan Jokowi dan AHY Sambil Makan Gudeg di Yogyakarta

Jokowi dan AHY sarapan bareng di Gudeg Yu Djum Wijilan, Kota Yogyakarta, Minggu (28/1) pagi.

Baca Selengkapnya
Potret Lawas Presiden Soeharto Mendapat Pangkat Jenderal Besar Bintang 5, Didampingi Sosok Jenderal Bintang 4

Potret Lawas Presiden Soeharto Mendapat Pangkat Jenderal Besar Bintang 5, Didampingi Sosok Jenderal Bintang 4

Sesaat setelah diberi pangkat, Soeharto mengabadikan momen dengan sosok jenderal bintang 4.

Baca Selengkapnya
Presiden Singgung Jalan Solo-Purwodadi Rusak, Hasto: Bagus Jokowi Bantu Kepemimpinan Ganjar

Presiden Singgung Jalan Solo-Purwodadi Rusak, Hasto: Bagus Jokowi Bantu Kepemimpinan Ganjar

Seharusnya jalan yang bergelombang memang semestinya dibeton.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jungkir Balik Pabrik Gula Madukismo, Monumen Bangsawan yang Pernah Mati Suri dan Dibangkitkan Kembali oleh Soeharto

Jungkir Balik Pabrik Gula Madukismo, Monumen Bangsawan yang Pernah Mati Suri dan Dibangkitkan Kembali oleh Soeharto

Pabrik gula Madukismo adalah pabrik yang sudah berdiri puluhan tahun, sempat mengalami kerugian besar dan dibangkitkan kembali oleh Soeharto.

Baca Selengkapnya
Sosok Jenderal M. Jusuf, Panglima ABRI Asal Bone yang Bikin Presiden Soeharto Kalah Pamor

Sosok Jenderal M. Jusuf, Panglima ABRI Asal Bone yang Bikin Presiden Soeharto Kalah Pamor

Pria berdarah Bone ini telah meniti karier dari politik sebagai menteri perindustrian hingga menjadi Panglima ABRI yang satu-satunya dari Sulawesi.

Baca Selengkapnya
Jokowi Resmikan 7 Ruas Jalan Daerah di Yogyakarta

Jokowi Resmikan 7 Ruas Jalan Daerah di Yogyakarta

Pemerintah telah menangani 7 ruas jalan dan satu jembatan dengan anggaran Rp162 miliar.

Baca Selengkapnya
Blusukan di Pasar Palembang, Ganjar Pranowo Kaget Harga Daging Mahal

Blusukan di Pasar Palembang, Ganjar Pranowo Kaget Harga Daging Mahal

Ganjar pun membeli beberapa sayuran untuk dibawa pulang. Sontak itu membuat pedagang antusias melayaninya.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Pesanggrahan Kotanopan Mandailing, Saksi Bisu Presiden Soekarno Persatukan Rakyat Sumatra

Mengunjungi Pesanggrahan Kotanopan Mandailing, Saksi Bisu Presiden Soekarno Persatukan Rakyat Sumatra

Di pesanggrahan ini terpajang bingkai foto Presiden Soekarno saat melakukan pidato di tangga pintu masuk.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ibu Tien Soeharto Cuma Mau Diwawancara Pemuda ini, Sosoknya Kini Jadi Capres 2024

Ternyata Ibu Tien Soeharto Cuma Mau Diwawancara Pemuda ini, Sosoknya Kini Jadi Capres 2024

Tak disangka, Ibu Tien Soeharto hanya ingin diwawancara oleh pemuda ini. Siapakah dia? Berikut sosoknya.

Baca Selengkapnya