Luncurkan Buku "Kekerasan Simbolik Negara", Rieke Diah Pitaloka Ingin Kaum Intelektual Melek Data
Anggota DPR RI, Rieke Diah Pitaloka baru saja meluncurkan buku terbarunya berjudul "Kekerasan Simbolik Negara" di Gedung Auditorium Komunikasi UI, Depok.
rieke diah pitaloka![Luncurkan Buku](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2023/11/22/1700661623573-gvaguk.jpeg)
Anggota DPR RI, Rieke Diah Pitaloka baru saja meluncurkan buku terbarunya berjudul "Kekerasan Simbolik Negara" di Gedung Auditorium Komunikasi, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (22/11).
![Luncurkan Buku](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/11/22/1700661611539-3y7ztj.jpeg)
Luncurkan Buku "Kekerasan Simbolik Negara", Rieke Diah Pitaloka Ingin Kaum Intelektual Melek Data
Peluncuran buku itu turut dihadiri Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI Dr Hendriyanti sebagai penanggap.
Buku yang menjadi cerminan karya disertasi Rieke ketika menempuh studi S3 di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) ini bermaksud untuk mengakhiri kekerasan simbolik negara terhadap yuridis pendataan perdesaan.
"Never ending research bagi saya, kenapa Indonesia enggak pernah benar tentang data," sebut Rieke.
- Kejati Sumut Tahan Mantan Bupati Samosir Mangindar Simbolon, Tersangka Korupsi Pembukaan Lahan Hutan
- PDI Perjuangan Soal Pertemuan Ganjar-Cak Imin: Tunjukkan Karakter Pemimpin Merangkul, Bukan Ingin Berkuasa
- Bak Sinetron, Amin Tukang Bubur di Blitar yang Sukses Pergi Haji dan Berharta Rp10 Miliar
- Puan Lantik Tiga Anggota DPR Baru, Salah Satunya Pengganti Dedi Mulyadi dari Golkar
- Sahroni Kembalikan Rp860 Juta dari SYL untuk NasDem ke KPK: Saya Baru Tahu Asal Uang dari Hasil Tidak Tepat
- Bea Cukai dan BNN Bongkar Penyelundupan Narkoba Modus Teh China di Tangki Bahan Bakar Kapal
![Luncurkan Buku](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/11/22/1700661749465-sie5e.jpeg)
Melalui buku ini, Rieke menekankan pentingnya cara mendapatkan data. Dia meyakinkan bahwa data memiliki peran sentral dalam pengambilan kebijakan. Namun, ia juga menilai perlu adanya revisi dalam sistem yang ada.
"Data itu mencakup kehidupan kita, tidak ada yang tidak berupa data. Registrasi mahasiswa berupa data, mau bayar kuliah pake data, pake angka," tegas Rieke.
Saat ditanya tentang istilah "rekolonialisasi" yang dipakai dalan judul bukunya, Rieke menjawab bahwa sebutan itu dipilihnya sebab ingin membongkar mekanisme beroperasinya pseudoscientific yang direproduksi oleh pemikir birokrasi, yakni dari kalangan pakar, dan aktor intelektual.
![Hal serupa juga diungkapkan oleh Dr Hendriyanti yang menegaskan bahwa pengambilan data itu penting demi berlangsungnya kebijakan publik.<br>](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/11/22/1700661799136-nh681.jpeg)
Hal serupa juga diungkapkan oleh Dr Hendriyanti yang menegaskan bahwa pengambilan data itu penting demi berlangsungnya kebijakan publik.
"Data itu penting. Namun, cara untuk mendapatkan data juga penting," tegas Dr Hendriyanti.
Acara yang terbuka untuk umum ini turut dihadiri sejumlah mahasiswa, jajaran pengajar Universitas Indonesia, hingga jurnalis.
Menjelang pengujung acara, Rieke mengajak para hadirin untuk bernyanyi bersama yang diikuti sorakan meriah. Ia menyanyikan sekitar lima lagu bersama peserta yang hadir. Acara kemudian ditutup dengan sesi tanda tangan buku.