Merdeka.com - Jika Ipin dan Upin kini berjaya di negeri asalnya, Malaysia, hal berbeda dialami 'Si Unyil." Meski mulai bertaburan lagi cerita-cerita tentang Si Unyil, namun sang pencetus ide pembuatan si Unyil, yakni Pak Raden alias Drs Suyadi harus gigit jari lantaran tak mendapatkan royalti.

Upin dan Ipin saat ini sedang menggelar pertunjukan 'Upin dan Ipin the Musical' sejak 14 April hingga 7 Mei mendatang. Pada 20 April, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dan istri meluangkan waktu untuk menonton.

Tak cuma Mahathir, Wakil Perdana Menteri Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin dan istri Puan Sri Noorainee juga bakal menyaksikan Malam Gala Upin dan Ipin the Musical pada 29 April nanti.

Sokongan dari petinggi negara itu diakui produser Upin dan Ipin bakal menaikkan semangat mereka memberi yang terbaik. “Bukan uang ringgit atau sanjungan yang kita harapkan, tetapi apabila mereka sudi untuk bersama-sama kami terutamanya generasi muda, ini adalah harta yang tidak ternilai. Secara langsung ini memperlihatkan fungsi pemimpin yang senantiasa peka dan berjiwa rakyat serta menyanjung produk lokal,” kata Produser Eksekutif Upin & Ipin the Musical, Siti Rohayah Attan dikutip Utusan, Selasa (17/4).

Menurutnya, kabar dukungan dari Mahathir itu membuat tenaga produksi terutama para pelakon anak-anak yang kebanyakan berusia lima tahun gembira dan tambah bersemangat. Ada di antara mereka yang memang sudah mengenali Tun Siti Hasmah sejak pertunjukan Februari lalu. Menurut dia, produk Malaysia kini tidak hanya dikenal oleh orang penting negara, tetapi juga laris di luar negeri.

“Jika ramai yang membanggakan teater luar seperti Lion King, Peter Pan, Aladdin dan Shrek, sebenarnya Upin dan Ipin the Musical adalah produk lokal yang setaraf atau mungkin lebih baik daripada produk impor," ujar Siti Rohayah.

Bagaimana dengan tokoh boneka Si Unyil? Di usia yang akan menginjak 80 tahun pada 28 November 2012, sang pencipta karakter Si Unyil, Pak Raden tak bisa menghilangkan kesedihannya atas terenggutnya hak cipta Si Unyil, tokoh cerita hasil ciptaannya.

Di rumahnya di Jalan Petamburan III no 27, Petamburan, Slipi, Jakarta, Sabtu, Pak Raden bercerita awal nestapa kesedihannya yang 'dipisahkan' dari ciptannya Si Unyil.

Berawal dari surat perjanjian dirinya sebagai pencipta Si Unyil dengan Perum Produksi Film Negara (PFN) yang tertanggal 14 Desember 1995.

Surat perjanjian bernomor 139/P.PFN/XII/1995 tersebut, menurut Pak Raden menyerahkan hak ciptanya selama lima tahun kepada PFN, diperuntukkan untuk menertibkan iklan-iklan yang didapatkan dari Si Unyil.

"Sekian tahun yang lalu dikandung maksud oleh pimpinan PFN untuk menertibkan iklan-iklan yang menggunakan nama tokoh-tokoh Si Unyil. Untuk menertibkan dirasa perlu oleh PFN pengalihan hak cipta dari kreatornya ke PFN," tulisnya dalam surat kegundahan dia pada 21 Februari 2012.

Saat ini, terdapat 11 karakter dalam Si Unyil yang diserahkan Pak Raden. Yaitu lukisan Boneka Unyil, Pak Raden, Pak Ogah, Bu Bariah, Ableh, Meilani, Cuplis, Usro, Ucrit, Kinoi hingga Ibu Unyil.

Surat perjanjian tersebut dibuat rangkap dua, namun anehnya terdapat perbedaan. Pada surat pertama terdapat perjanjian kerjasama dengan jangka waktu lima tahun. Namun di surat kedua tidak ada jangka waktu.

Meski surat perjanjian telah diteken, namun Pak Raden mengatakan tidak pernah mendapatkan bagian dari royaltinya. Alih-alih mendapatkan royalti, malah hak ciptanya pun terenggut.

Kesulitan finansial yang dialaminyapun tidak pernah dihiraukan oleh Perum PFN. "Jangankan memperoleh imbalan, dihiraukan saja tidak," keluh Pak Raden.

Di tengah kebutuhan hidup yang terus mendesak, kesehatan yang terus menurun, Pak Raden harus menghadapi kenyataan hidup. Pak Raden hidup dengan menjual gambar yang dibuatnya dan juga suaranya untuk show.