Ini asal usul pempek yang diributkan Jambi dan Sumsel
Merdeka.com - Hampir semua orang sudah kenal dengan Pempek. Makanan yang berbahan baku ikan dan sagu serta dalam penyajiannya selalui ditemani cuka atau orang Palembang menyebutnya cuko. Rasa enak dan gurih membuat semua orang menyukainya.
Namun, bagaimana dengan sejarah pempek itu? Mungkin belum banyak orang mengetahui asal usul Pempek. Merdeka.com berhasil mewawancari budayawan asal Palembang Yudhy Syarofie, Minggu (29/12).
Dia menjelaskan, antara tahun 1.400-1.500-an masehi, terjadi hubungan antara pedagang dari China dengan masyarakat Palembang. Pedagang-pedagang China tersebut membawa berbagai macam makanan seperti bakso, kekian, ngohyang, dan bakpau. Bahan baku makanan tersebut tidak halal. Padahal, sebagian besar masyarakat Palembang beragama Islam.
Karena menyukai makanan yang dibawa pedagang China itu, masyarakat Palembang mencoba mencari ide untuk membuat penganan yang menyerupai seperti bakso. Beruntung, saat itu masyarakat Palembang sudah mengenal makanan berbahan baku sagu. Apalagi tanaman dan pengolahan sagu sudah ada di kawasan Pesaguan Palembang pada saat itu. Sedangkan bahan baku daging diganti dengan ikan. Sebab, sebagai daerah perairan, Palembang berlimpah beragam jenis ikan tawar.
Di situlah terjadi adaptasi bahan baku makanan yang dilakukan masyarakat Palembang. Yakni dengan mempergunakan bahan baku ikan Belida, sejenis ikan air tawar bertubuh bongkok dan berdaging yang banyak terdapat di perairan Sungai Musi.
"Masyarakat Palembang mengkreasi makanan yang dibawa pedagang China yang tidak halal itu dengan mencari bahan baku yang halal berupa sagu," terangnya.
Ada juga cerita dulu, kata dia, yang mengatakan, Pempek berasal dari sebutan 'apek', sebutan untuk lelaki tua keturuan China. Sekitar tahun 1.600, seorang apek yang tinggal di tepian Sungai Musi merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah, namun hanya sebatas digoreng dan dipindang. Lalu, ia mencoba alternatif pengolahan lain dengan mencampur daging ikan giling dengan tapioka sehingga menjadi makanan baru.
Makanan itu ia jual berkeliling menggunakan sepeda. Karena pembelinya sering mengejarnya dengan terburu-buru, maka dengan spontan para pelanggannya sering memanggilnya dengan sebutan 'pek, sipek, apek', dan sering diucapkan berulang kali 'pek pek' dan akhirnya dikenal sebagai Pempek Palembang atau empek-empek Palembang.
"Apapun ceritanya, itu yang pastinya pempek sudah lama dikenal masyarakat Palembang," ungkapnya.
Pempek menjadi ramai diperbincangkan lantaran Gubernur Sumsel Alex Noerdin mengancam siap perang saat mendengar pempek diklaim sebagai makanan asli Provinsi Jambi.
Baca Juga:
Perantau Jambi tersinggung tantangan Gubernur Sumsel soal pempek
Tak cuma pempek, Gubernur Sumsel juga akan patenkan martabak
Tak cuma pempek, Sumsel & Jambi juga 'berseteru' soal Sriwijaya
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca SelengkapnyaGempa susulan pascagempa bermagnitudo 4,8 di Sumedang, Jawa Barat kembali terjadi.
Baca SelengkapnyaTradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ini merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaSumando dimaknai oleh masyarakat Tapanuli Tengah sebagai sebuah kesatuan, yakni pertambahan atau percampuran antara satu keluarga dengan keluarga lainnya.
Baca SelengkapnyaAda beberapa ciri atau tanda yang dapat Anda kenali untuk membedakan berlian asli dan palsu.
Baca SelengkapnyaMenteri PUPR mengatakan tidak lengah dengan adanya berita tersebut dan akan menyelidikinya.
Baca SelengkapnyaKeluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal
Baca SelengkapnyaPantun adalah salah satu bentuk puisi tradisional yang sangat populer di masyarakat Palembang dan juga di seluruh wilayah Nusantara.
Baca Selengkapnya