Fanatisme Berlebihan Dinilai Berbahaya, Bisa Mengarah pada Tindakan Intoleransi
Merdeka.com - Fanatisme berlebihan terhadap agama dikhawatirkan mengarah pada tindakan ekstrem, intoleransi hingga teror. Sikap merasa paling benar bisa menimbulkan prasangka-prasangka buruk antar-masyarakat dan umat beragama.
"Memang kita harus fanatik dengan cermat, karena ketika fanatik itu mulai menyalahkan orang lain berbeda keyakinan dan mulai berlaku ekstrem, itu yang tidak boleh," ujar Sekretaris Jenderal Lembaga Persahabatan Ormas Islam (Sekjen LPOI), Denny SanusiSanusi dalam keterangannya, Minggu (26/9).
Lebih lanjut dia juga menyoroti maraknya institusi pendidikan bahkan rumah ibadah yang kini mulai menunjukkan gerak-gerik adanya praktik intoleransi di dalamnya. Yang ia khawatirkan hal tersebut justru akan semakin memperburuk keadaan, masyarakat bisa terpecah.
"Saya mendapati dari penelitian, bahwa beberapa institusi pendidikan bahkan rumah ibadah sudah tidak lagi menjalankan rukun dakwah sebagaimana mestinya. Rukun dakwah itu sudah tidak dipakai lagi," ucap pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (DPP PITI) ini.
Apalagi, saat ini ia melihat banyaknya masyarakat terjerumus pada radikalisme diakibatkan keliru dalam memilih majelis dan guru-guru agama. "LPOI terus mengimbau, kita harus cermat dan teliti jangan sampai terjebak," ujarnya.
Ia menambahkan, bahwa masyarakat harus tahu akar, silsilah bahkan historis dari tempat belajar untuk menghindari doktrin radikal dan intoleransi.
"Sebenarnya ada faktor utama yang menyebabkan seseorang mudah terjerumus dalam radikal dan intoleransi yaitu rendahnya wawasan atau kebodohan," tuturnya.
Lanjutnya, kurangnya wawasan akan membuat seseorang mudah sekali didoktrinasi. Maka dari itu peran ormas agama untuk ikut membantu memberi pemahaman agar masyarakat tidak mudah dijerumuskan.
"Saya merasa sangat penting sekali dengan ormas keagamaan bisa bermitra dengan BNPT karena ormas ini dapat memberikan pengertian bagaimana cara beragama yang baik, inilah fungsi ormas untuk bisa menyentuh hingga ke bawah," jelasnya.
Untuk itu Denny juga berpesan kepada pemerintah terus meningkatkan perannya melalui program-program yang berkualitas dan berkelanjutan untuk mencegah fenomena radikalisme dan intoleran agar tidak berlarut-larut dan kian membesar nantinya.
"Langkah pemerintah saat ini dengan menggandeng tokoh agama dan tokoh masyarakat sangatlah tepat. Namun memang hal ini perlu untuk terus ditingkatkan misalnya dengan memberikan penguatan wawasan para tokoh-tokoh agama dan masyarakat, sosialisasi yang gencar menyasar hingga ke bawah serta pembuatan kurikulum," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaMemperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Masyarakat tidak boleh semena-mena melanggar hak dari mereka yang dianggap berbeda.
Baca SelengkapnyaPerkuat juga solidaritas, empati, dan tolong-menolong antar-sesama tanpa memandang perbedaan agama atau kepercayaan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Diskriminasi sosial adalah suatu sikap membedakan secara sengaja terhadap orang atau golongan yang berhubungan latar belakang tertentu.
Baca SelengkapnyaDi tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaNarasi-narasi provokatif dapat memicu perpecahan harus dihindari terlebih di tahun politik.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, ketupat pernah digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaPenting menjaga keberlangsungan lingkungan masyarakat yang damai dan toleran.
Baca Selengkapnya"Umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan," kata Menag
Baca Selengkapnya