Dilema Gerwani hadapi poligami Soekarno

Merdeka.com - Sejak awal berdiri Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) memperjuangkan undang-undang perkawinan yang melarang poligami. Bahkan sejak Gerwani masih bernama Gerwis atau Gerakan Wanita Sadar Sedar tahun 1950, mereka sudah memperjuangkan wanita agar tak mau dimadu.
Saat itu Gerwani berang melihat wanita yang terus jadi korban dalam perkawinan. Banyak wanita yang menjadi korban suami yang hobi kawin cerai. Gerwani pun mengeluarkan aturan tegas. Anggota Gerwani yang mau dipoligami harus dikeluarkan dari organisasi.
Tapi tahun 1960an, saat demokrasi terpimpin, dan Soekarno berada di puncak kekuasaannya, Gerwani menghadapi dilema. Saat itu Soekarno melakukan poligami. Dia menikahi Hartini, Ratna Sari Dewi dan Yurike Singer.
-
Siapa istri keenam Soekarno? Ratna Sari Dewi Soekarno, yang dikenal dengan nama asli Naoko Nemoto, merupakan salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah Indonesia. Sebagai istri keenam dari Presiden Soekarno, perjalanan hidupnya dipenuhi dengan berbagai tantangan, mulai dari pertemuannya dengan Soekarno di masa muda hingga kehidupannya di Jepang setelah suaminya meninggal.
-
Siapa istri ke enam Soekarno? Pada tanggal 3 Maret 1962, Dewi resmi menjadi istri keenam Soekarno dan dikenal dengan nama Ratna Sari Dewi.
-
Siapa istri pertama Soekarno? Mengutip dari merdeka.com/Jatim, Siti Oetari adalah anak dari HOS Tjokroaminoto, yang dikenal sebagai guru politik Bung Karno.
-
Siapa istri terakhir Soekarno? Sosok Heldy Djafar, Istri Terakhir Presiden Soekarno Asal Kalimantan Timur Saat menikah, Heldy istri kesembilan Soekarno berumur 18 tahun, sedangkan Soekarno berumur 65 tahun
-
Kenapa Soekarno menikahi Oetari? Pernikahan ini terjadi akibat kondisi keluarga Oetari yang kehilangan sosok seorang ibu. Meskipun demikian, hubungan mereka lebih mirip seperti saudara ketimbang pasangan suami istri. Bung Karno sendiri mengakui bahwa pernikahan ini merupakan bentuk penghormatan kepada gurunya, Tjokroaminoto.
-
Kenapa Soekarno menikahi Siti Oetari? Kasih Sayang Soekarno Jembatan Peneleh Bung Karno pun menerima saran untuk menikahi Siti Oetari karena ia juga iba melihat gurunya terpuruk dalam kesedihan.
Masalahnya saat itu Partai Komunis Indonesia (PKI), termasuk Gerwani sedang mesra-mesranya dengan Soekarno. Jargon Nasionalis Agama dan Komunis (Nasakom) yang diusung Soekarno benar-benar menguntungkan PKI kala itu. PKI lebih leluasa menjalankan program-program dan propaganda. Maka mengkritik Soekarno hanya akan membuka perseteruan dengan pemimpin besar revolusi tersebut. PKI menilai hal itu tak ada gunanya. Karena itu juga Gerwani kemudian mengesampingkan masalah poligami.
Garis perjuangan Gerwani kemudian banyak mengikuti PKI. Arah gerakannya pun lebih pada garis massa dan politik. Perjuangan feminisme menjadi perkara nomor sekian.
Ketua Gerwani Umi Sardjono pernah berpidato tahun 1960 saat ultah ke-10 Gerwani. Pidato itu dimuat dalam Harian Rakyat. Intinya perjuangan Gerwani menjadi lebih luas.
"Perjuangan untuk emansipasi pada saat ini harus sejalan dengan jalannya sejarah. Sekarang bukan lagi saatnya untuk feminisme sempit, khususnya untuk menjadi gerakan jahit menjahit, sulam menyulam dan soal-soal rumahtangga belaka, jika tidak ingin melihat nasib berjuta-juta kaum wanita yang menderita," demikian Umi Sardjono.
Seorang pengurus Gerwani Jawa Timur, Lestari (82), mengenang saat itu memang tidak ada kebijakan PKI atau Gerwani untuk mengkritisi poligami Soekarno. Terkesan Gerwani melunak.
"Tidak ada-ada. Dikembalikan masing-masing saja. Hanya memang kenapa wanita mau dipoligami. Kan yang rugi wanita," kata Lestari saat ditemui merdeka.com di Panti Waluya Sejati Abadi, Jakarta, pekan lalu.
Maka periode 1960an isu-isu seperti ganyang neo kolonialisme, lawan kapitalis dan anti-imperialis menjadi lebih sering terdengar dari isu perkawinan dan poligami. Apalagi saat itu Soekarno sedang menggelorakan Trikora untuk merebut Irian Barat dan Dwikora saat konfrontasi dengan Malaysia. Sejumlah anggota Gerwani pun ikut latihan perang. Hubungan Gerwani dan PKI makin erat.
Hingga akhirnya tragedi Oktober 1965 menceraiberaikan organisasi wanita yang beranggotakan lebih dari 1,5 juta orang itu. Mengantarkan para aktivisnya ke penjara atau kubur. Tragis. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Ini sosok cantik pendamping Soekarno yang jarang disorot. Paras cantiknya bikin terpukau.
Baca Selengkapnya
Meski dikenal penakluk wanita, lamaran Presiden Soekarno pernah ditolak oleh wanita cantik ini.
Baca Selengkapnya
Pemberian gelar ini sempat dianggap kontroversial karena Soekarno dijadikan imam yang harus dipatuhi umat Islam di Indonesia.
Baca Selengkapnya
Dalam agama Islam poligami memang diperbolehkan, namun harus memenuhi syarat-syarat tertentu dan didasarkan pada alasan yang sesuai dengan syariat.
Baca Selengkapnya
Tanpa kenekatan mereka berdua, tidak akan lahir bapak proklamator Indonesia.
Baca Selengkapnya
Potret lawas Presiden ke-2 Ri dengan Megawati Soekarnoputri di rumah duka saat Fatmawati wafat.
Baca Selengkapnya
Siapa sangka, Presiden pertama RI, Sukarno memanfaatkan pekerja seks komersial untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia?
Baca Selengkapnya
Setelah mengemban tugas selama 11 tahun, Mohammad Hatta memutuskan untuk mengakhiri jabatannya sebagai Wakil Presiden.
Baca Selengkapnya
Kota Surabaya menjadi tempat pertama kali belajar agama, menikah, dan bekerja.
Baca Selengkapnya
Saat menikah, Heldy istri kesembilan Soekarno berumur 18 tahun, sedangkan Soekarno berumur 65 tahun
Baca Selengkapnya
Ibu Tien memang dikenal antipoligami. PNS pun dilarang punya istri lebih dari satu.
Baca Selengkapnya
Potret istri, anak dan keluarga Soekarno berkumpul bersama di hari pemakanan Presiden Soekarno mendapat banyak sorotan. Begini suasananya.
Baca Selengkapnya