Anak Wiji Thukul menagih janji Jokowi
Merdeka.com - 19 Tahun telah berlalu. Namun, hingga kini keberadaan aktivis yang juga penyair revolusioner, Wiji Thukul, belum diketahui nasib dan keberadaannya.
Menurut laporan yang disampaikan ke KontraS, Wiji Thukul hilang sekitar Maret 1998, bertepatan dengan peningkatan operasi represif rezim Orde Baru untuk membersihkan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru. Pria kelahiran Surakarta 3 November 1967 itu diduga dihilangkan atau diculik oleh militer.
Karya-karya puisinya luar biasa, banyak membakar semangat perlawanan. Hampir semua karya puisinya berisi protes tajam terhadap kediktatoran rezim Soeharto.
-
Siapa yang menghilang selama 15 tahun? ‘Saya pernah hilang sekitar 15 tahun. Terutama ketika saya pulang dari Mesir. Ini benar-benar seperti hilang total ya,’ ungkapnya.
-
Siapa yang tidak disalami oleh Jokowi? Dalam video yang merekam momen tersebut, terlihat Try Sutrisno telah bersiap menyambut Presiden Jokowi yang menyalami tamu undangan satu pe rsatu. Saat itulah Jokowi melewati Try Sutrisno tanpa memberi salam sebagaimana Jokowi kepada para wakil presiden sebelumnya.
-
Kenapa keberadaan Wali Pitu Bali dipertanyakan? Cerita Tutur Keberadaan Wali Pitu perlu dipertanyakan akurasinya karena selama ini bersifat oral story (cerita tutur turun-temurun).
-
Kapan Jokowi tidak menyalami Try Sutrisno? Sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuai kritik publik saat menghadiri upacara perayaan HUT ke-79 TNI di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Sabtu (5/10). Jokowi tertangkap kamera tidak menyalami Wakil Presiden (Wapres) ke-6 RI, Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno.
-
Siapa yang Jokowi temui? Jokowi bersama Ibu Negara Iriana terlebih dahulu menyapa anak-anak di tenda pengungsian. Jokowi dan Iriana membagikan makan siang, susu, makanan ringan, hingga buku kepada anak-anak yang ada di posko tersebut.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
Sebelum 'dihilangkan', Thukul sejak Juni 1996 sudah berpindah-pindah keluar masuk daerah dari kota satu ke kota yang lain untuk bersembunyi dari kejaran aparat. Dalam pelariannya itu, Thukul tetap menulis puisi-puisi yang terus menyulut api pemberontakan. "Hanya ada satu kata: lawan!" demikian kata Thukul dalam puisinya yang berjudul 'Peringatan'.
wiji thukul ©2016 facebook.com
Thukul dinyatakan hilang bersama 13 aktivis, yang jasadnya masih hilang hingga kini. Mereka adalah Wiji Thukul, Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ismail, Ucok Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhidin dan Abdun Nasser.
Isu kasus hilangnya Thukul dan para aktivis pada 1998 selalu muncul saat pilpres di tanah air. Termasuk pada pilpres 2014 lalu. Saat itu, capres Joko Widodo yang kini sudah menjadi Presiden RI, berjanji akan mengusut kasus hilangnya Wiji Thukul jika terpilih menjadi presiden.
"Ya jelas harus ditemukan. Bisa ditemukan hidup, bisa ditemukan meninggal, harus jelas. Tentang nanti ada sebuah rekonsiliasi dari fakta-fakta ya tidak soal. Tapi harus jelas, masa sekian lama belum jelas yang 13 orang hilang itu," kata Jokowi saat itu di Media Center Jalan Sukabumi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (9/6/2014).
Konpers mengusut kasus penculikan aktivis 1998 ©2017 merdeka.com/septian tri kusuma
Saat itu, Jokowi bahkan mengaku kenal baik dengan keluarga Wiji Thukul. "Kebetulan saya kenal baik dengan Wiji, dia kan orang Solo. Sama keluarganya saya juga kenal, saya tahu rumahnya ada di mana," kata Jokowi.
Kini, dua tahun setelahnya, keluarga Wiji Thukul pun menagih janji Presiden Jokowi. Adalah putra Wiji Thukul, Fajar Merah yang menagih janji sang Presiden.
"Saya cuma pingin ngomong sama Pak Presiden itu karena saya yakin mata saya ini masih normal dan Pak Presiden juga punya telinga sama seperti kita semua. Semoga ini disampaikan pada hati beliau. Jadilah Presiden sebagaimana mestinya Presiden itu, kalau dirasa punya janji ya ditepati," katanya dalam jumpa pers di Kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (25/1).
Fajar Merah mengaku tak banyak mengenal lebih dalam sosok sang ayah. Selama ini dia mencoba mengenal sosok ayahnya dari sang ibu, serta sahabat Wiji Thukul. Film layar lebar bertajuk 'Istirahatlah Kata-Kata' yang mengisahkan soal Wiji Thukul dan baru tayang di bioskop, sedikit menjadi gambaran bagi Fajar Merah buat mengenal pemikiran dan perjuangan sang ayah.
"Paling tidak saya sedikit lebih tahu lagi bahwa punya gambaran soal Wiji Thukul di luar cerita orang rumah (keluarga)," ujar Fajar.
Baginya, kesedihan terbesar bukan hanya pada ketidakjelasan nasib sang ayah, melainkan hilangnya keceriaan di wajah sang bunda, Sipon, dan Fitri Nganti Wani, kakak perempuannya.
"Saya tidak terlalu betul-betul merasa kehilangan sosok Wiji Thukul, karena saya sendiri tidak pernah bertemu secara langsung karena usia saya masih kecil. Tapi saya justru merasa kehilangan sosok ibu saya yang dulu ceria, dulu bahagia," katanya.
wiji thukul ©camarade.over-blog.org
Hal senada juga diungkapkan Usman Hamid, salah satu aktivis Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI). "Itu dituangkan dalam dokumen Nawacita, (untuk) menyelesaikan (kasus) penghilangan orang secara paksa," katanya di lokasi yang sama.
Mantan Koordinator KontraS ini menyatakan janji Jokowi untuk mengusut kasus orang hilang tidak hanya dilakukan pada saat Jokowi maju sebagai capres pada 2014, tapi juga pada saat peringatan hari HAM.
"Dalam peringatan hari HAM, Presiden Joko Widodo bertemu dengan keluarga korban orang hilang dan kembali menyatakan janji Presiden untuk menyelesaikan pelangaran HAM tersebut. Bahkan ada usaha menelusuri kuburan massal yang diduga menjadi sumber untuk mengetahui masalah tersebut," katanya.
Karenanya, Usman berharap kesungguhan komitmen Presiden Jokowi untuk mengungkap kasus penghilangan aktivis secara paksa merupakan wujud kepedulian mantan Wali Kota Solo itu untuk menyelesaikan kasus ini.
Wilson, salah seorang sahabat Wiji Thukul, juga berharap Presiden Jokowi segera melakukan sebuah langkah konkret untuk mengusut tuntas kasus penghilangan orang secara paksa itu.
"Bola ada di tangan Presiden sekarang apakah akan dijalankan atau tidak. Saya mengimbau Pak Jokowi untuk menyelesaikan kasus orang hilang menuju Indonesia yang lebih baik," kata dia.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Budayawan Butet Kertaredjasa menyinggung penculikan penyair dan aktivis Wiji Thukul.
Baca SelengkapnyaAdik Wiji Thukul mengaku kecewa dengan masa kepemimpinan Jokowi.
Baca SelengkapnyaPenyair dan aktivis HAM itu hilang secara misterius sejak 1998. Orang-orang masih terus melawan lupa soal Wiji Thukul.
Baca SelengkapnyaBerikut potret lukisan dinding 'Joko Wibowo' yang diganti oleh budayawan Butet menjadi Wiji Thukul.
Baca SelengkapnyaDengan suara bergetar dan menangis, Rudi mengatakan terus mencari para tersangka yang telah mengambil nyawa sang anak
Baca SelengkapnyaJokowi di Istana bahkan menjanjikan Joni bisa masuk sebagai prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaAyah korban menyatakan akan menggunakan hukum rimba karena pelaku tidak kunjung ditangkap meski laporan dibuat sejak setahun lalu.
Baca SelengkapnyaWahyu mengaku kedua orang tuanya meninggal dunia akibat tsunami dan gempa yang menerjang Kota Palu pada tahun 2018..
Baca SelengkapnyaLangkah mereka gontai melihat kenyataan itu, mau tak mau pindah ke sepetak tanah di lokasi baru pemberian Pemda. Tanpa ganti rugi atas penggusuran tersebut.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaViral Ibu-ibu Korban Tragedi Kanjuruhan Dihadang Aparat Saat Bertemu Jokowi, Ini Penjelasan Istana
Baca SelengkapnyaSang ayah meninggal dunia dalam keadaan tenang tanpa merasakan sakit dan dikelilingi keluarga tercinta.
Baca Selengkapnya