Alasan Indonesia Pesan Ratusan Juta Vaksin dari Berbagai Negara
Merdeka.com - Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan alasan Indonesia memesan ratusan juta vaksin dari berbagai negara. Alasannya yakni karena kapasitas vaksin dunia terbatas.
Berdasarkan perhitungannya, dia menjelaskan, jumlah dosis yang dibutuhkan dunia adalah 11 miliar dosis. Sedangkan kemampuan dunia dalam memproduksi vaksin hanyalah 6,2 miliar dosis per tahun. Jumlah tersebut bahkan sudah mencakup vaksin penyakit lainnya seperti polio, rubella, campak, dan sebagainya.
"Total penduduk dunia ada 7,8 miliar, kalau semua pemerintah dunia menargetkan 70 persen penduduknya divaksin, berarti butuh 5,5 miliar. Dikali 2 dosis, maka butuh 11 miliar dosis untuk vaksin Covid-19 saja, padahal kapasitas produksi vaksin 6,2 miliar dosis per tahun," kata Budi saat menghadiri webinar Vaksinasi Covid-19 yang diselenggarakan oleh Universitas Padjajaran Bandung, Sabtu (9/1).
Dia mengatakan, program vaksinasi lainnya seperti campak, polio, rubella, dan sebagainya harus tetap dijalankan. Tidak bisa dihentikan hanya karena mengejar produksi vaksin Covid-19. Oleh sebab itu, dengan keterbatasan produksi, maka program vaksinasi dunia baru akan selesai dalam kurun waktu 3-4 tahun.
“Karena program vaksinasi selain Covid tidak boleh dihentikan, maka dalam setahun dunia hanya bisa produksi 3,1 juta dosis vaksin Covid-19. Kita harus segera pesan agar tidak kehabisan,” lanjutnya.
Budi mengakui, kondisi vaksin di dunia memang tidak ada yang ideal. Sehingga, Indonesia harus segera memesan vaksin agar tidak tidak kehabisan. Sebab, negara-negara maju sudah memesan vaksin hingga 4 kali lipat jumlah populasinya.
“Kenapa kita beli banyak vaksin padahal belum ada approval? Kita terpaksa lakukan ini karena semua negara maju sudah book duluan. Mereka pintar. Bulan November, kapasitas produksi vaksin selama 1,5 tahun atau 4,7 miliar dosis sudah dipesan oleh negara maju. Kanada sudah amankan untuk 4 kali populasi, Amerika 5 kali populasi, Inggris juga,” terangnya.
Selain itu, kata Budi, Indonesia juga mencoba untuk meminimalisir risiko. Sebab, kata dia, kondisi setiap negara yang produksi vaksin dalam menangani pandemi berbeda-beda. Jika ada suatu permasalahan dengan satu negara, maka Indonesia masih memiliki opsi lainnya.
“Jadi karena memang kapasitasnya tidak cukup. Selain itu kenapa kita tidak beli dari China saja, karena ada geopolitical pressure juga. Kita juga spread the risk, tapi pastinya kita tidak akan mulai vaksinasi sebelum ada approval,” tuturnya.
Dia ingin, Indonesia bisa menyelesaikan program vaksinasi dalam kurun waktu sesingkat-singkatnya. Karena jika semakin lama program ini dimulai, maka selesainya pun akan semakin lama, hal ini tentunya akan membuat semakin banyak korban jiwa yang berjatuhan.
“Jadi kalau ada negara berkembang yang penduduknya ratusan juta baru pesan vaksin sekarang, mereka harus nunggu 2 tahun lagi baru dapat. Kematian di Indonesia sekitar 180 kasus per hari. Kalau 2 tahun, berarti 130 ribu. Masa harus sampai 130 ribu orang yang mati dulu baru dapat vaksin. Ini sangat tidak manusiawi,” ujarnya.
Dia pun bersyukur, Indonesia langsung menjalin hubungan dengan negara-negara produsen vaksin Covid-19 sejak awal pandemi melanda. Sehingga saat ini, 275 juta vaksin sudah pasti akan dibeli Indonesia. Selain itu, masih ada opsi hingga 626 juta dosis vaksin.
“Beruntung Indonesia sudah bisa secure dari awal. Yang sudah pasti dibeli itu 275 juta dosis. Dari Sinovac 125 juta, dan masing-masing 50 juta dari Novavax, Astra Zeneca, dan Pfizer. Kita bisa secure sekitar 626 juta dosis dari 426 juta yang dibutuhkan,” bebernya.
Budi pun membeberkan ratusan juta dosis vaksin tambahan itu.
“Untuk opsi nambah dosis, kita ada Sinovac 100 juta, Novavax 80 juta, Astra Zeneca 50 juta, lalu dari GAVI 108 juta dosis gratis. Ini masih belum pasti karena awalnya GAVI hanya bisa kasih 45 juta dosis saja,” tutupnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut bukti bahwa Nusantara berisikan 'harta karun' menakjubkan.
Baca SelengkapnyaMendoakan Indonesia agar mampu mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi rakyatnya.
Baca SelengkapnyaSepanjang tahun 2023 jumlah turis asing yang datang ke negara ini mencapai 29 juta kunjungan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaAir terjun merupakan bentuk keajaiban dan keindahan alam yang patut untuk dilihat. Yuk, simak daftar air terjun tertinggi di dunia!
Baca SelengkapnyaKrisis pangan di dunia menjadi isi utama seiring bertambahnya populasi manusia.
Baca SelengkapnyaJokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaPeran pemangku kepentingan diperlukan agar tidak menciptakan kebijakan yang saling tumpang tindih.
Baca Selengkapnya