Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemimpin Korut Kim Il Sung Wafat 8 Juli 1994, Ini Sejarah Politik Komunisnya

Pemimpin Korut Kim Il Sung Wafat 8 Juli 1994, Ini Sejarah Politik Komunisnya Peringatan Ulang Tahun Kim Il Sung ke-108. ©2020 AFP/KIM WON JIN

Merdeka.com - Tanggal 8 Juli 1994 lalu, Kim Il Sung, pemimpin negara Korea Utara yang tersohor akan kediktatoran dan paham komunisnya wafat di usia 82 tahun. Pemerintah Korea Utara secara resmi mengumumkan bahwa Kim Il Sung meninggal akibat serangan jantung.

Pemerintah Korea Utara melaporkan berita berkabung tersebut 34 jam setelah kematiannya terjadi. Masa berkabung secara resmi diumumkan dari 8-17 Juli, di mana bendera nasional dikibarkan setengah tiang di seluruh negeri, dan segala bentuk hiburan dan tarian dilarang.

Diktator berusia 82 tahun ini adalah satu-satunya penguasa yang dimiliki Korea Utara, yang mengambil alih komando dengan restu dari Uni Soviet ketika semenanjung Korea dipecah menjadi dua negara pada tahun 1948. Dia dihormati oleh 21 juta orang sebangsanya.

Hari ini, 8 Juli 2022, menandai 28 tahun pasca wafatnya salah satu tokoh politik paling berpengaruh di dunia yang kepemimpinannya masih diperbicangkan hingga saat ini. Berikut ulasan mengenai sepak terjang Kim Il Sung, diktator komunis Korea Utara yang menarik untuk diketahui.

Tahun-Tahun Awal Kehidupannya

Melansir dari britannica.com, Kim adalah putra dari orang tua yang melarikan diri ke Manchuria dari pemerintahan Jepang di Korea. Kim bersekolah di sekolah dasar di Manchuria dan saat masih menjadi pelajar, ia bergabung dengan organisasi pemuda komunis.

Ia ditangkap dan dipenjara karena aktivitasnya dengan kelompok tersebut pada tahun 1929–30. Setelah Kim dibebaskan dari penjara, ia bergabung dengan perlawanan gerilya Korea melawan pendudukan Jepang sekitar tahun 1930-an dan mengadopsi nama seorang pejuang gerilya legendaris Korea sebelumnya melawan Jepang.

Kim diperhatikan oleh otoritas militer Soviet, yang mengirimnya ke Uni Soviet untuk pelatihan militer dan politik. Di sana, ia bergabung dengan Partai Komunis setempat. Selama Perang Dunia II, Kim memimpin kontingen Korea sebagai mayor di tentara Soviet.

Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, Korea secara efektif dibagi antara bagian utara yang diduduki Soviet dan bagian selatan yang didukung AS. Pada saat ini, Kim kembali dengan orang Korea lain yang dilatih Soviet untuk mendirikan pemerintahan sementara komunis di bawah naungan Soviet di tempat yang kini menjadi Korea Utara.

Ia menjadi perdana menteri pertama dari Republik Rakyat Demokratik Korea yang baru dibentuk pada tahun 1948, dan pada tahun 1949 ia menjadi ketua Partai Buruh Korea (komunis).

Penguasa yang Keras dan Represif

Berharap untuk menyatukan kembali Korea dengan paksa, Kim meluncurkan invasi ke Korea Selatan pada Juni 1950. Upayanya untuk memperluas kekuasaan di Selatan ditolak oleh pasukan AS dan pasukan PBB lainnya sehingga memicu Perang Korea. Dan hanya melalui dukungan besar-besaran China, Kim mampu menghalau invasi ke Korea Utara oleh pasukan PBB. Perang Korea ini berakhir dengan jalan buntu pada tahun 1953, mengutip history.com.

Sebagai kepala negara, Kim menghancurkan oposisi domestik yang tersisa dan melenyapkan saingan terakhirnya untuk mendapatkan kekuasaan di dalam Partai Buruh Korea. Selama empat dekade berikutnya, Kim memimpin negaranya ke dalam isolasi yang mendalam bahkan dari bekas sekutu komunisnya, dan hubungan dengan Korea Selatan tetap tegang. 

Ia menjadi penguasa mutlak negaranya dan mulai mengubah Korea Utara menjadi masyarakat yang keras, militeristik, dan sangat teratur yang ditujukan untuk tujuan kembar industrialisasi dan penyatuan kembali semenanjung Korea di bawah pemerintahan Korea Utara. Aturan represif dan kultus kepribadian yang merayakannya sebagai "Pemimpin Besar" membuatnya tetap berkuasa sampai kematiannya pada tahun 1994.

Status Gencatan Senjata

Pembubaran Uni Soviet pada awal 1990-an membuat Cina menjadi satu-satunya sekutu utama Korea Utara. Meski demikian, Cina juga mengembangkan hubungan baik dengan Korea Selatan. Sementara itu, kebijakan Korea Utara terhadap Selatan berganti-ganti antara provokasi dan tawaran perdamaian sepanjang tahun 1980-an dan awal 1990-an.

Hubungan Utara-Selatan agak membaik pada saat Olimpiade Seoul pada tahun 1988, di mana Korea Utara mengirimkan tim atletnya. Pada tahun 1991, kedua negara ini secara bersama-sama diterima di Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan serangkaian pembicaraan perdana menteri menghasilkan dua kesepakatan antara Korea Utara dan Selatan yakni; menjanjikan situasi non-agresi, rekonsiliasi, pertukaran, dan kerja sama, dan deklarasi bersama tentang denuklirisasi semenanjung Korea.

Perjanjian tersebut mulai berlaku pada Februari 1992 meskipun hanya sedikit substansi yang dihasilkan, terutama setelah Korea Utara terlibat dalam kontroversi atas program nuklirnya dan menangguhkan semua kontak dengan Selatan pada awal 1993. Utusan pres Korea Selatan, Kim Young-Sam, dijadwalkan untuk melakukan perjalanan ke Pyongyang pada Juli 1994 untuk pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kedua pemimpin Korea.

Namun naas, Kim Il-Sung meninggal sebelum pertemuan itu dapat dilakukan. Kim Jong Il lantas naik ke tampuk kekuasaan setelah kematian ayahnya dan menjabat sebagai pemimpin negara Korea Utara hingga hari ini.

(mdk/edl)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kim Jong Un: Ekonomi Korea Utara Sangat Menyedihkan

Kim Jong Un: Ekonomi Korea Utara Sangat Menyedihkan

Diktator ini mengakui kondisi perekonomian negaranya mengalami krisis yang parah.

Baca Selengkapnya
FOTO: Senangnya Kim Ju Ae, Putri Kim Jong Un Diajak Mengunjungi Peternakan Ayam Kwangchon

FOTO: Senangnya Kim Ju Ae, Putri Kim Jong Un Diajak Mengunjungi Peternakan Ayam Kwangchon

Kim Ju Ae sangat antusias melihat langsung proses beternak ayam di peternakan Kwangchon.

Baca Selengkapnya
Kim Jong-un Tegaskan Unifikasi dengan Korea Selatan Mustahil Terwujud, Anggap Negara Tetangganya Sebagai Musuh

Kim Jong-un Tegaskan Unifikasi dengan Korea Selatan Mustahil Terwujud, Anggap Negara Tetangganya Sebagai Musuh

Hal ini disampaikan Kim Jong-un dalam pidatonya di hadapan majelis rakyat tertinggi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pemilu 2019 Tanggal Berapa? Berikut Pelaksanaan dan Pemenangnya

Pemilu 2019 Tanggal Berapa? Berikut Pelaksanaan dan Pemenangnya

Pemilu 2019 menandai pemilihan presiden keempat dalam era reformasi Indonesia.

Baca Selengkapnya
Peristiwa 23 Maret: Adam Malik Menjadi Wakil Presiden ke-3 Menggantikan Sri Sultan HB IX

Peristiwa 23 Maret: Adam Malik Menjadi Wakil Presiden ke-3 Menggantikan Sri Sultan HB IX

Tepat hari ini, 23 Maret pada 1978 silam, Adam Malik dilantik menjadi Wakil Presiden Indonesia ketiga.

Baca Selengkapnya
Kaesang: Politik Menjadi Satu Bagian yang Seru dan Indah

Kaesang: Politik Menjadi Satu Bagian yang Seru dan Indah

Dengan politik seseorang bisa menerapkan kebijakan baik untuk kepentingan rakyat banyak.

Baca Selengkapnya
Cak Imin soal Ketua KPU Disanksi Langgar Etik Berat: Jangan Main-Main dengan Demokrasi dan Etika

Cak Imin soal Ketua KPU Disanksi Langgar Etik Berat: Jangan Main-Main dengan Demokrasi dan Etika

Menanggapi sanksi Ketua KPU, Cak Imin meminta semua pihak jangan bermain-main dengan demokrasi dan etika di Indonesia.

Baca Selengkapnya
FOTO: Ngerinya Hwasong-16B, Rudal Balistik Terbaru Korea Utara Dilengkapi Hulu Ledak Hipersonik

FOTO: Ngerinya Hwasong-16B, Rudal Balistik Terbaru Korea Utara Dilengkapi Hulu Ledak Hipersonik

Ini menjadi langkah terbaru dalam rencana pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un yang ingin menggunakan bahan bakar padat untuk menggerakkan semua rudalnya.

Baca Selengkapnya
Kelakar Kaesang Cuma Sekjen PSI yang Dipanggil Jokowi ke Istana: Ketumnya Enggak, Jahat

Kelakar Kaesang Cuma Sekjen PSI yang Dipanggil Jokowi ke Istana: Ketumnya Enggak, Jahat

Kaesang mengungkapkan Raja Juli Antoni dipanggil bukan terkait urusan politik.

Baca Selengkapnya