Mengunjungi Makam Sunan Bonang, Ulama Pencipta Tembang Tombo Ati
Merdeka.com - Sunan Bonang merupakan satu dari sembilan wali yang berperan besar dalam penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Sejarah perkembangan Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dari peran Sembilan Wali yang kemudian dikenal dengan sebutan Wali Songo.
Tak heran, sampai sekarang makam Wali Songo selalu ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah. Sunan Bonang sendiri lahir dan kemudian dimakamkan di Tuban, Jawa Timur. Selain sebagai ulama, Sunan Bonang juga dikenal sebagai seorang maestro budaya.
Garis Keturunan
2020 Merdeka.com/indonesiakaya.com
Sunan Bonang memiliki nama asli Syekh Maulana Makhdum Ibrahim. Ayahnya adalah Raden Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel. Ibunya bernama Dewi Candrawati.
Dikutip dari indonesiakaya.com, kakek Sunan Bonang dari garis keturunan ayah juga seorang ulama kenamaan, yakni Syekh Ibrahim Asmaragandi. Ibrahim Asmaragandi dikenal sebagai ulama terkemuka keturunan Turki-Persia dari Samarkand. Sementara kakek dari pihak ibu, Arya Teja merupakan seorang Adipati Tuban ketika Kerajaan Majapahit berdiri.
Sunan Bonang lahir di Tuban pada 1448 masehi. Ia mempunyai 8 saudara, salah satunya adalah Raden Qasim atau yang kemudian dikenal dengan gelar Sunan Drajat.
Makam Wali yang Disegani
2020 Merdeka.com/indonesiakaya.com
Makam Sunan Bonang terletak di Jalan KH Mustain, Dukuh Kauman, Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Memasuki area makam, peziarah akan menjumpai tiga buah gapura. Gapura pertama berbentuk regol. Sementara gapura kedua dan ketiga bentuknya paduraksa.
Dikutip dari indonesiakaya.com, keberadaan gapura-gapura dengan corak Hindu-Budha seperti yang ada di makam Sunan Bonang menjadi penanda kompleks tempat suci atau bangunan penting.
Begitu memasuki gapura kedua, akan terlihat Masjid Astana Bonang yang dahulu digunakan Sunan Bonang untuk menyepi dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Hiasan piring dengan ormanen bunga dan tulisan Arab menghiasi gapura kedua dan ketiga. Di antara tulisan-tulisan Arab tersebut, antara lain terdapat nama empat khalifah yakni Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Selain gapura, para peziarah juga bisa melihat tembok kelir yang dihiasi dengan piring-piring porselin.
Wirid Kesukaan Sunan Bonang
2020 Merdeka.com/indonesiakaya.com
Menuju cungkup makam Sunan Bonang, para peziarah akan melewati jalan setapak dengan ratusan makam di sisi kanan dan kiri. Cungkup makam Sunan Bonang sendiri terletak di tanah yang lebih rendah. Untuk berada lebih dekat dengan makam Sang Wali, peziarah bisa melewati tangga batu dan pintu yang terbuat dari kayu jati.
Para peziarah biasanya membaca Surah Yasin dan Tahlil. Selain itu tidak sedikit pula yang mengamalkan wirid kesukaan Sunan Bonang selama hidupnya, yakni Surah Al-Fatihah 50 kali, Surah Al-Ikhlas 50 kali, dan selawat sebanyak 300 kali.
Menyebarkan Islam dengan Cara Unik
2020 Merdeka.com/indonesiakaya.com
Berbeda dengan sunan-sunan lainnya, cara Sunan Bonang dalam melakukan misi penyebaran ajaran Islam terbilang unik. Selain sebagai ulama yang mumpuni, masyarakat Jawa juga mengenal Sunan Bonang karena karamahnya yang hebat.
Dikutip dari indonesiakaya.com, dakwah Sunan Bonang di Singkal, Nganjuk dengan cara mengadakan upacara kenduri berhasil menandingi pelaksanaan upacara Tantrayana yang dilakukan oleh para petinggi Kerajaan Majapahit. Sunan Bonang rupanya sengaja menandingi pelaksanaan upacara Tantrayana dengan membuat upacara serupa.
Upacara kenduri yang diinisiasi Sunan Bonang diikuti oleh para peserta laki-laki dengan membentuk lingkaran. Dalam pelaksanaan kenduri atau yang kemudian dikenal dengan selametan, mereka memanjatkan doa.
Pada perkembangannya, acara ini digelar dari satu kampung ke kampung lainnya. Sunan Bonang kemudian diberi gelar Sunan Wahdat Cakrawati atau pemimpin upacara berbentuk lingkaran.
Warisan Sunan Bonang
2018 Merdeka.com/Arie Sunaryo
Sunan Bonang berhasil menciptakan asimilasi kebudayaan manusia, dalam hal ini agama Islam dengan kebudayaan Jawa. Ia memberikan warna lokal pada sejumlah upacara keagamaan seperti Idul Fitri, Maulid Nabi, serta Tahun Baru Islam.
Warisan budaya ciptaan Sunan Bonang yang tetap lestari sampai hari ini adalah Upacara Sekaten dan Grebeg Maulid. Beberapa lakon wayang juga disesuaikan dengan kaidah Islam, misalnya Layang Kalimasada, Pandu Pragola, Mustakaweni, Petruk Dadi Ratu, dan Semar Mbarang Jantur.
Dikutip dari indonesiakaya.com, Sunan Bonang juga dikenal sebagai penyair dan penulis risalah estetika sufi. Dalam hal musik Jawa, ia bahkan memasukkan instrumen baru seperti rebab Arab dan bonang atau kempul Campa.
Ia menciptakan musik gamelan menjadi orkestra yang meditatif bahkan kontemplatif. Salah satu kidung legendaris ciptaan Sunan Bonang yang dikenal luas oleh masyarakat dari zaman ke zaman adalah tembang Tombo Ati.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengenal Sunan Bonang, Pendakwah yang Sebarkan Islam dengan Kesenian
Sunan Bonang adalah sosok pendakwah yang cerdik dan fleksibel dalam menyiarkan ajaran-ajaran Islam.
Baca SelengkapnyaArti Bunyi Tokek Menurut Jumlahnya, Bisa Pertanda Baik dan Buruk
Arti bunyi tokek sering kali dianggap memiliki makna khusus dalam berbagai kepercayaan dan budaya.
Baca SelengkapnyaPotret Sederhana Masjid Astana Tuban, Tempat Menyepi Favorit Sunan Bonang
Masjid kecil ini saksi perjuangan dakwah Sunan Bonang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengenal Sunan Bejagung Lor, Ulama Tuban yang Setiap Hari Hilang dari Kediamannya Ternyata Azan di Masjidil Haram Makkah
Perjalanannya dari Tuban ke Makkah dan sebaliknya ibarat hanya melangkahkan kaki
Baca SelengkapnyaMengenal Babangkongan, Tradisi Memanggil Hujan Ala Masyarakat Majalengka yang Terinspirasi dari Katak
Tradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan
Baca SelengkapnyaKini Mulai Tertelan Zaman, Ini Kisah Mbah Atmo Sang Pelestari Perajin Mainan Anak Tradisional di Bantul
Nenek berusia 86 tahun ini merupakan satu-satunya perajin mainan tradisional yang masih eksis bertahan hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaMengenal Pesantren Langitan Tuban, Didirikan Murid Pangeran Diponegoro, Awalnya Tempat Belajar Agama bagi Keluarga dan Tetangga
Sang pendiri, Kiai Nur baru mendirikan surau saat puluhan santri datang untuk berguru padanya.
Baca SelengkapnyaMengenal Upacara Muang Jong, Tradisi Selamat Laut oleh Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung
Upacara Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung ini telah masuk daftar Kekayaan Intelektual Komunal (KIK).
Baca SelengkapnyaHasilkan Empat Nada, Begini Uniknya Tradisi Menumbuk Padi oleh Ibu-ibu di Kampung Urug Bogor
Tradisi menumbuk padi di Kampung Adat Urug benar-benar unik
Baca Selengkapnya