Gerbong Maut, Jejak Masa Kelam Para Pejuang Indonesia di Bondowoso
Merdeka.com - Salah satu peristiwa sejarah memilukan terjadi di Bondowoso, Jawa Timur. Hari itu 23 November 1947 atau beberapa bulan setelah Agresi Militer Belanda I, sebanyak 116 pejuang Indonesia ditangkap Belanda.
Tiga tahun sejak Indonesia merdeka, bukan berarti kemerdekaan penuh telah tergapai. Belanda menyatakan sikap belum rela melihat negara jajahannya meraih kedaulatan.
Belanda berusaha menguasai aset-aset penting Indonesia, salah satunya ialah jalur perkeretaapian. Ratusan pejuang yang ditangkap kemudian diarak ke Stasiun Bondowoso.
Seperti dikutip Merdeka dari bumn.go.id, para pejuang yang tertangkap Belanda itu sebelumnya ditahan di Penjara Bondowoso. Pada hari nahas itu, Belanda bermaksud memindahkan para tawanan pro-kemerdekaan Indonesia ke Penjara Bubutan di Surabaya.
Tujuan Belanda membawa para tawanan pro-kemerdekaan Indonesia menuju Surabaya ialah untuk menjalani pemeriksaan lanjutan. Selain itu juga untuk mencegah para tawanan mengulangi perbuatannya serta mencegah mereka melarikan diri dari penjara.
Dari Stasiun Bondowoso, para tawanan diangkut dengan gerbong pengangkut barang menuju ke Surabaya. Saat itu, ada 3 gerbong yang digunakan oleh Belanda.
Ketiga gerbong itu adalah gerbong dengan kode GR 10152, GR 4416, dan GR5769. Gerbong pertama digunakan untuk mengangkut 38 orang tawanan. Gerbong kedua mengangkut 29 tawanan, dan gerbong ketiga diisi oleh 33 orang tawanan. Salah satu gerbong itu kini menjadi koleksi di Museum Brawijaya, Malang.
Perjalanan Maut
2020 Merdeka.com/kebudayaan.kemdikbud.go.id
Perjalanan yang ditempuh dari Stasiun Bondowoso ke Stasiun Wonokromo di Surabaya membutuhkan waktu sekitar 16 jam. Dari Bondowoso, ketiga gerbong kereta yang berisi tawanan Indonesia diberangkatkan sekitar pukul lima pagi. Rombongan kereta itu sampai di Surabaya sekitar jam delapan malam.
Selama perjalanan itu, para tawanan tidak mendapatkan makan dan minum. Mereka juga tidak memiliki akses udara yang cukup. Sifat gerbong pengangkut barang yang minim ventilasi membuat para pejuang pro-kemerdekaan Indonesia di dalamnya kesulitan mendapat oksigen. Ditambah teriknya matahari yang membuat kereta berbahan baja dan beratap seng itu terasa lebih panas.
Hasilnya, sebanyak 46 pejuang pro-kemerdekaan Indonesia tewas dalam perjalanan itu. Gerbong pertama dengan kode GR5769 yang sama sekali tidak memiliki ventilasi menewaskan seluruh penumpang di dalamnya yang berjumlah 38 orang.
Di gerbong kedua dan ketiga total tawanan yang tewas ada 8 orang. Sementara itu, kondisi para tawanan lain terperinci sebagai berikut, 12 orang sakit parah, 30 orang tawanan lemas tak berdaya, dan 12 orang tawanan berhasil selamat.
Ketika baru sampai di Stasiun Kalisat, Bondowoso, sudah ada empat orang tawanan yang tewas dalam perjalanan itu. Begitu sampai di Stasiun Jember, korban yang tewas bertambah tujuh orang.
Total korban tewas dari Bondowoso sampai Jember sudah mencapai 11 orang. Di Stasiun Jember itu, Belanda sempat menghentikan kereta dalam waktu cukup lama.
Selama sekitar 3 jam, ketiga gerbong yang berisi para tawanan Indonesia dibiarkan berada persis di bawah matahari yang sedang terik-teriknya. Tragedi nahas itu kemudian dikenal dengan Tragedi Gerbong Maut Bondowoso.
Diabadikan di Museum Kereta Api Stasiun Bondowoso
2020 Merdeka.com/heritage.kai.id
Cerita para pejuang pro-kemerdekaan Indonesia yang disekap Belanda dalam gerbong barang itu kemudian diabadikan di Museum Kereta Api Stasiun Bondowoso. Diresmikan pada 17 Agustus 2016, Museum Kereta Api Stasiun Bondowoso ini menjadi museum perkeretaapian pertama di Jawa Timur.
Museum ini menampilkan koleksi bertaut perkeretaapian yang dimiliki Stasiun Bondowoso. Di museum ini ada plakat yang memberi penjelasan mengenai peristiwa Gerbong Maut yang menewaskan puluhan pejuang pro-kemerdekaan Indonesia.
Sebelum dialihfungsikan sebagai museum, Stasiun Bondowoso sudah lebih dulu dinonaktifkan pada tahun 2004. PT Kereta Api Indonesia (KAI) menghentikan seluruh operasi kereta di stasiun ini. Sebabnya, prasarana yang dimiliki sudah mulai usang dan sepi peminat.
Bangunan Stasiun Bondowoso sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI. Alasan yang mendasari Stasiun Bondowoso kemudian dijadikan museum kereta api ialah untuk mengenang Tragedi Gerbong Maut Bondowoso yang menewaskan para pejuang pro-kemerdekaan Indonesia pada 1947 silam.
Museum ini menjadi museum perkeretapian keempat di Indonesia, setelah Ambarawa, Sawahlunto, dan Lawang Sewu. Dibandingkan dengan ketiga museum itu, koleksi di Museum Kereta Api Stasiun Bondowoso lebih terbatas.
Koleksi museum ini antara lain handel persinyalan mekanik Alkmaar, tiket Edmondson, miniatur-miniatur lokomotif dan kereta penumpang zaman uap, salinan foto-foto sejarah, serta mebel/furnitur pendukung administrasi stasiun.
Selain itu juga ada atribut perusahaan, seperti telepon otomatis (toka), stempel, handsign, mesin tik, tongkat Semboyan 40, dan reglemen perusahaan. Kadangkala di museum ini juga diputar film-film yang mendokumentasikan kereta api pada zaman dahulu. Serta terdapat informasi mengenai peristiwa Tragedi Gerbong Maut Bondowoso.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang
Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaSejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca SelengkapnyaTempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku
Simak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengingat Kembali Jebolnya Tanggul Peninggalan Belanda Situ Gintung 15 Tahun Lalu, Telan Korban 100 Orang
Tanggul peninggalan Belanda ini jebol mengejutkan warga karena berlangsung pukul 04:00 WIB dini hari.
Baca SelengkapnyaTak Kalah Indah dari Kawah Ijen, Intip Pesona Sungai Kalipait Bondowoso Mengalir Membelah Hutan dan Tebing Batu
Airnya sangat jernih hingga membuat dasar sungai tampak jelas
Baca SelengkapnyaJadi Hari Bersejarah Penyerahan Wilayah dari Pihak Belanda ke Tangan Indonesia, Begini Momen Haru Perundingan Wonosobo Tahun 1949
Pada momen itu, tentara militer Belanda berbondong-bondong menarik diri dari wilayah yang didudukinya
Baca SelengkapnyaMengulik Sejarah Tahu Gejrot yang Jadi Kuliner Khas Cirebon, Namanya Muncul dari Proses Meraciknya
Di balik kelezatannya yang menggugah selera, tahu gejrot ternyata punya banyak fakta menarik.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya
Cerita Prabowo Subianto saat masih menjadi Danjen Kopassus dan memimpin operasi penting di Papua.
Baca SelengkapnyaBentrokan Warga di Maluku Tenggara Timbulkan Korban Jiwa, Pelajar Tewas Tertembak Senapan
Bentrokan dua kelompok warga di di Kompleks Perumahan Pemda, Maluku Tenggara menyebabkan satu pelajar tewas.
Baca Selengkapnya