Suasana Kota Purwokerto Saat Digempur Belanda Tahun 1947, Semua Bangunan Dibumi Hanguskan
Setelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.
Setelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.
Tanggal 30 Juli 1947, Kota Purwokerto hancur lebur. Banyak bangunan yang dihancurkan. Asap-asap kebakaran mengepul di mana-mana.
Pada saat itu, Panglima Divisi II Tentara Republik Indonesia (TRI), Gatot Subroto, menginstruksikan pelaksanaan taktik bumi hanguskan.
Usaha Belanda menguasai Karesidenan Banyumas terhambat oleh perlawanan 4 kompi tentara Republik Indonesia yang dipimpin oleh Mayor Brotosiswoyo. Selain membuat barikade jalan, pasukan TRI juga meledakkan sembilan jembatan untuk menghambat laju tentara Belanda menuju Purwokerto.
Namun belakangan pasukan Belanda berhasil menyadap sambungan telepon tentara Indonesia. Dilansir dari YouTube Hendri Teja, pasukan Belanda kemudian mudur ke Tegal. Mereka mengganti jalur penyerangan melalui Bumijawa, lali ke Belik.
Pasukan Belanda lalu maju menuju Bobotsari dengan cara memutari Gunung Slamet. Setelah melalui pertarungan sengit, Bobotsari akhirnya berhasil dikuasai Belanda pada pukul 16.30 WIB.
Mengetahui pertahanan di Bobotsari telah dikuasai Belanda, Panglima Gatot Subroto memerintahkan pelaksanaan taktik bumi hangus. Gedung-gedung dan bangunan penting di Kota Purwokerto seperti stasiun, pabrik gula, serta instalasi militer dibakar habis.
Pada 31 Juli 1947 pukul 12.00 siang, Belanda berhasil menguasai Purwokerto. Mereka kemudian mengadakan pembersihan di desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas.
Pasukan Belanda kemudian dipecah dua. Sejumlah tentara kemudian dikirim menuju Cilacap melalui Wangon.
Dilansir dari kanal YouTube Hendri Teja, Agresi Militer Belanda I di Karesidenan Banyumas, dilakukan oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Kolonel Jantje Mayer. Pasukan ini berangkat dari Bandung, menduduki Cirebon, lalu memborbardir Tegal.
Saat itu tentara Indonesia di Banyumas sedang mengalami situasi sulit. Hal itu dikarenakan sebagian besar pasukan sedang bertugas di daerah Jawa Barat untuk membantu Divisi Siliwangi.
Pada 31 Juli 1947 sekitar pukul 8 pagi, tentara Belanda dihadang oleh Batalyon IV Wongsoatmojo di Desa Sindangkangen, Purbalingga.
Namun gerak pasukan Belanda tidak dapat dibendung. Pasukan Belanda terus melaju hingga Sukaraja.
Kemudian menghujani Purwokerto dengan tembakan altileri yang mengenai rumah serta bangunan di sekitar alun-alun.
Hari itu, sekitar pukul 12 siang, Belanda berhasil menguasai Purwokerto. Pemerintah Karesidenan Banyumas dan militer Indonesia mundur ke daerah utara Purwokerto.
Perjuangan beralih menjadi perang dunia. Belanda kemudian mengadakan pembersihan ke desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas.
Usai Purwokerto dikuasai, tentara Belanda memperluas serangan. Pasukan dipecah dua.
Pasukan pertama dipecah menuju Klampok dengan target menduduki Purwanegara, Banjarnegara. Sementara itu pasukan kedua menuju Cilacap melalui Wangon.
Singkat cerita, Kota Cilacap akhirnya juga jatuh ke tangan Belanda melalui serangan darat melalui Jeruklegi pada 4 Agustus 1947.
Hal ini dampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaKIsah pembantaian masyarakat Aceh oleh penjajah Belanda.
Baca SelengkapnyaPelaku membakar hutan untuk membuka lahan pertanian. Namun api tak terkendali hingga merambat ke areal dengan luas sekitar 0,5 hektare.
Baca SelengkapnyaSanghyang Kenit merupakan salah satu tempat wisata yang sangat indah, dan masih jarang dikunjungi.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) melakukan panen tebu di Desa Sidamulya kecamatan Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaSekitar 47 baliho yang dirusak di sekitar Kecamatan Bojongsari dan sawangan.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, tujuh orang ditetapkan dan ditahan jadi tersangka buntut bentrok di Bitung, Sulawesi Sulut.
Baca SelengkapnyaKekeringan melanda dua distrik yakni Lambewi dan Agandugume.
Baca SelengkapnyaNurhasan mengenang Purwanto sebagai sosok yang ramah dan mudah bergaul. Ia pun meminta masyarakat untuk mendoakan Purwanto.
Baca Selengkapnya