
Belajar Semangat Persatuan dari Seni Ngagotong Lisung di Sukabumi, Warisan Kerajaan Pajajaran
Ngagotong Lisung jadi kesenian khas Sukabumi yang membawa semangat persatuan.
Ngagotong Lisung jadi kesenian khas Sukabumi yang membawa semangat persatuan.
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kesenian tradisional di suatu daerah. Di Sukabumi, Jawa Barat terdapat kearifan lokal bernama Ngagotong Lisung yang sarat makna.
Kesenian ini merupakan warisan leluhur yang masih dilestarikan hingga sekarang.
Menurut pegiatnya, Ngangotong Lisung membawa pesan persatuan dari sebuah negara sehingga menghindarkan perpecahan.
Berdasarkan asal usul, warisan budaya ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Pajajaran, di bawah pimpingan Prabu Siliwangi.
Mengutip Instagram Budaya Jabar, Rabu (20/9), seni Ngagotong Lisung masih terus dirawat oleh Pondok Pesantren Dzikir Al Fath di Desa Karangtengah, Kecamatan Gunungpuyuh.
Di waktu-waktu tertentu, para santri di sana memainkan kesenian lokal Ngagotong Lisung.
Kesenian ini dilaksanakan secara meriah, dengan keikutsertaan tokoh-tokoh agama dan budaya di Kota Sukabumi.
Menurut bahasa, Lisung berarti tempat menumbuk padi tradisional yang dibuat dari kayu besar. Sedangkan Ngagotong berarti mengangkat atau menggotong.
Dapat diartikan Ngagotong Lisung adalah mengangkat atau menggotong alat penumbuk padi yang sudah ada sejak Kerajaan Pajajaran.
Untuk menggotong lisung seberat 70 kilogram, dibutuhkan tenaga hingga empat orang santri, yang kemudian dibarengi dengan iringan musik tradisional Sunda.
Merujuk YouTube Aguy Sukabumi, pengangkatan lisung sendiri tidak bisa sembarangan dilakukan oleh santri.
Pimpinan akan mengarahkan mereka yang memiliki ketahanan tubuh yang kuat, serta kemampuan beladiri pencak silat.
Ini akan menjadi tolak ukur kuatnya para santri dalam mengendalikan lisung yang bergerak tak beraturan saat alat musik Sunda dibunyikan.
Berdasarkan pengetahuan yang diwariskan, kesenian Ngagotong Lisung memiliki filosofi persatuan bernegara. Ini turut dibenarkan oleh pimpinan Pondok Pesantren Dzikir Al Fath, Fajar Laksana.
Gambar: YouTube Lukmanul Ikhwan.
Menurutnya, filosofi dari Ngagotong Lisung bisa dilihat dari tiga lubang yang ada di benda warisan Kerajaan Pajajaran itu.
“Ngagotong Lisung itu ada tiga kekuatan, yang pertama pada lubang di tengah merupakan kekuatan dari sang Hyang, atau yang maha pencipta, Allah SWT. Lalu ada lubang di bagian depan, yang bermakna kekuatan dari pemimpin, sedangkan yg di belakang adalah lubang dari kekuatan rakyat,” kata dia di YouTube tersebut.
Kemudian, Fajar menambahkan bahwa Ngagotong Lisung akan bermakna khusus sebagai sebuah simbol persatuan dan kekuatan dari sebuah bangsa.
Ini juga terlihat dari bentuk lisungnya yang menyerupai perahu atau bisa diartikan sebagai negara yang ditopang oleh tiga kekuatan agar tetap bersatu.
“Jadi sebuah negara ini harus ditopang oleh tiga kekuatan, dari sang Maha Pencipta, kekuatan dari pemimpin dan terakhir dari rakyat, ini akan menjaga keamanan. Ini juga harus ditunjang oleh sebuah tongkat untuk menumbuk padi itu sendiri,” katanya lagi.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mencicipi segarnya Sup Gangan, cita rasa kuah gurih dan asam yang menggugah lidah khas Pulau Belitung.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo disekakmat pertanyaan oleh mahasiswa saat Kuliah Kebangsan UI.
Baca SelengkapnyaPengunjung akan disuguhkan suasana desa Sunda di zaman dahulu yang bikin betah.
Baca SelengkapnyaAcara ini diikuti Uu bersama warga di pedesaan Sukabumi dengan penuh kehangatan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Tulungagung punya senjata andalan sejak zaman penjajahan. Konon, gara-gara senjata ini dulu pasukan Belanda tak bisa masuk Tulungagung.
Baca SelengkapnyaKaesang resmi bergabung dengan PSI ditandai dengan penyerahan Kartu Tanda Anggota.
Baca SelengkapnyaDalam pertemuan itu, Ganjar dan ulama se-Indonesia menyepakati dan memutuskan 8 poin.
Baca Selengkapnya