Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jenderal Soedirman Termakan Hoaks Belanda, Nasution Diisukan Menyerah

Jenderal Soedirman Termakan Hoaks Belanda, Nasution Diisukan Menyerah Prajurit Divisi Siliwangi. Arsip Nasional Belanda©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Beberapa saat setelah melakukan gerakan militer bertajuk Operasi Produk di Jawa Barat, pihak Belanda mengumumkan Divisi Siliwangi telah menyerah kepada mereka. Ternyata itu hoaks dan propaganda Belanda.

Penulis: Hendi Jo

Senin, 21 Juli 1947, militer Belanda di Sumatra dan Jawa tiba-tiba bergerak serentak ke wilayah-wilayah republik. Tanpa ampun mereka menguasai beberapa kota yang sebelumnya menjadi wilayah Republik Indonesia (RI) sesuai Perjanjian Linggarjati. Karawang termasuk kota yang diserang para prajurit Belanda dari arah Klender dan Bekasi.

Sebagai representasi TNI di Jawa Barat, Divisi Siliwangi tentu saja melawan upaya agresi itu. Termasuk regu yang dipimpin Sersan Mayor Soempena yang berbasis sekitar perbatasan Purwakarta-Karawang.

Dua hari setelah terjadi agresi, Soempena dan pasukannya baru saja akan berangkat mengadang iring-iringan konvoi militer Belanda. Namun betapa terkejutnya sang komandan regu itu saat seorang petugas perhubungan dari brigade induk tergopoh-gopoh datang menemuinya. Dalam wajah berduka dia memberitahu Soempena untuk membatalkan pencegatan.

"Itu perintah siapa?!" hardik Soempena.

"Panglima Divisi barusan mengumumkan di radio: kita harus menghentikan perlawanan karena Belanda terlalu kuat buat kita!" jawab sang petugas.

Perintah Palsu

Begitu mendengar itu, Sersan Mayor Soempena langsung lemas. Baginya kabar itu sangat sulit dipercaya. Namun apa boleh buat sebagai bawahan dia harus menuruti perintah atasan tertingginya itu.

Sementara itu, Panglima Divisi Siliwangi Kolonel A.H. Nasution sendiri saat itu tengah berkeliling Jawa Barat untuk mengkoordinasi pasukannya. Dari bagian intelijen, Nasution sudah mafhum bahwa Belanda akan mematahkan Perjanjian Linggarjati dengan melakukan agresi ke wilayah-wilayah Republik.

Begitu tiba di wilayah Ciwidey, Nasution sangat terkejut ketika Komandan Batalyon 26 (Siluman Merah) Kapten Achmad Wiranatakusumah menyodorkan dua salinan radiogram mengatasnamakan Panglima Divisi Siliwangi. Isinya: perintah kepada Batalyon 26 dan Batalyon 22 untuk menyerah kepada Belanda karena sudah tidak ada gunanya lagi untuk bertempur.

Sementara itu salinan radiogram satu lagi berisi perintah agar Siliwangi menangkapi semua anggota badan perjuangan dan kelaskaran terutama pimpinan mereka Mayor Jenderal Djokosujono. Mereka dianggap sebagai para pengkhianat dan pengacau perjanjian damai.

"Saya jelaskan bahwa kawat-kawat itu palsu sama sekali, sudah terang (militer Belanda) telah menggunakan cara perang psikologis. Mereka menggunakan zender yang lebih kuat dari zender kita dengan tujuan untuk mengacaukan kita," ungkap Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Jilid V: Agresi Militer Belanda I.

Nasution Dianggap Pengkhianat

Bukan hanya sekadar masalah zender saja, intelijen militer Belanda pun ternyata telah berhasil mengobrak-abrik sistem sandi milik Divisi Siliwangi. Itu terbukti dengan munculnya perintah palsu, mengatasnamakan panglima divisi, supaya anak-anak Siliwangi meletakkan senjata. Demikian menurut buku Siliwangi dari Masa ke Masa karya Sejarah Kodam Siliwangi.

Parahnya, serangan psikologis intelijen Belanda itu 'termakan' oleh Markas Besar Tentara (MBT) di Yogyakarta. Bahkan, menurut Nasution, isu bahwa 'Panglima Divisi Siliwangi telah kapitulasi' beredar bukan hanya di kalangan para pejabat sipil RI dan para jenderal di MBT saja, namun juga sudah sampai ke pergunjingan isteri-isteri para menteri.

"Mereka bilang saya telah berkhianat dan saat itu tengah ditahan dalam sel di Markas Besar," kenang Nasution.

Soedirman Termakan Hoaks

Sementara itu di kalangan laskar dan divisi-divisi lain (terutama di Jawa Tengah), isu takluknya Siliwangi tersebut menjadi bahan cemoohan. Sejarawan Robert B. Cribb menyebut isu keoknya Siliwangi yang selalu dibangga-banggakan sebagai 'contoh tentara republik yang modern', sebagai suatu hal yang memalukan.

"Berita kekalahan itu menjadikan mereka semakin yakin bahwa sejatinya yang lebih penting untuk menghadapi Belanda adalah mental berperang," ungkap Cribb dalam Gangsters and Revolutionaries: The Jakarta People's Militia and the Indonesian Revolution 1945-1949.

Bukan hanya perwira-perwira bawahan, Panglima Besar TNI Letnan Jenderal Soedirman sendiri langsung memercayai isu itu. Sebagai antisipasi, dia lantas mengangkat Mayor Jenderal Soedibjo untuk menjadi komandan pertempuran di Jawa Barat. Terkait hal tersebut, Nasution sendiri merasa maklum.

"Di tangan Presiden, Menteri dan Panglima Besar (memang sebelumnya) sudah bertimbun-timbun pula laporan yang menyebutkan bahwa saya adalah agen NICA," ungkapnya.

Perintah Soedirman dan Perlawanan Balik

Guna membangkitkan kembali semangat perlawanan, pada 2 Agustus 1947, Soedirman mengucapkan suatu pidato yang ditujukan kepada rakyat dan 'sisa-sisa' TNI di Jawa Barat.

"Ambillah insiatif dan hancurkan musuh yang sangat ganas itu! Jangan bimbang! Percayalah kepada keadilan Tuhan dan kekuatan kita sendiri. Lebih baik negeri ini tenggelam dalam lautan api, daripada dijajah kembali!"

Diputuskan pula oleh Soedirman bahwa sebagai pendukung, kekuatan pro Republik di Jawa Barat akan dibantu oleh pasukan-pasukan resmi dari Jawa Tengah. Tetapi dalam kenyatannya, Soedibjo maupun pasukan-pasukan yang dijanjikan itu tak pernah tiba di Jawa Barat.

Soedirman justru 'diam-diam' malah mengirimkan para eks gerilyawan Lasjkar Rakjat (LR) pimpinan Sutan Akbar untuk kembali ke Jawa Barat. Mereka ditugaskan untuk membentuk unit baru bernama Divisi Gerilya Bamboe Runtjing sebagai pengganti Divisi Siliwangi.

Di wilayah Divisi Siliwangi sendiri, Nasution cepat mengonsolidasikan kembali kekuatan divisi-nya. Rupanya para komandan lapangan di seluruh Jawa Barat masih menaruh kepercayaan yang tinggi kepada eks tentara KNIL itu. Tanpa menunggu waktu yang lama, Divisi Siliwangi kembali bisa menghajar balik posisi militer Belanda.

Seorang komandan batalyon militer Belanda bernama Letnan Kolonel J. Flink dari Divisi C mengakui situasi itu. Sebulan lebih setelah Operasi Produk, memang pasukannya bisa mempertahankan kondisi keamanan. Namun mulai 31 Agustus 1947 keadaan berubah.

"Batalyon saya mulai mendapat serangan-serangan gencar dan sistematis. Akibatnya, kami tidak hanya mengalami kekalahan demi kekalahan tapi juga meningkatnya kerugian personel di atas tingkat yang normal," katanya seperti dikutip Himawan Soetanto dalam Yogyakarta 19 Desember 1948.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.

Baca Selengkapnya
Kolonel TNI Ajudan Presiden Tolak Dijadikan Jenderal, Ternyata ini Alasannya

Kolonel TNI Ajudan Presiden Tolak Dijadikan Jenderal, Ternyata ini Alasannya

Presiden sudah akan menaikkan pangkatnya bulan Agustus. Tapi dia menolak kesempatan langka menjadi jenderal.

Baca Selengkapnya
Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur

Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur

Kisah sedih para tahanan wanita asal Belanda usai tentara Jepang berhasil menguasai Nusantara.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Ada Jenderal Paling Senior & Dituakan di TNI Saksikan Peresmian Gedung Akmil, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan

Ada Jenderal Paling Senior & Dituakan di TNI Saksikan Peresmian Gedung Akmil, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan

Presiden Joko Widodo meresmikan Gedung Graha Utama Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, Senin (29/1).

Baca Selengkapnya
Jenderal Bintang 1 TNI Ini Dipuji Prabowo: Danrem Bogor Pasti Orang Terbaik di Angkatan Darat

Jenderal Bintang 1 TNI Ini Dipuji Prabowo: Danrem Bogor Pasti Orang Terbaik di Angkatan Darat

Sosok Faisol biasa terlihat mendampingi Jokowi apabila berkegiatan di luar Istana Kepresidenan maupun kunjungan kerja.

Baca Selengkapnya
Sosok Mantan Panglima TNI Ini Jadi Mentor Ganjar Jelang Debat Capres Tema Pertahanan

Sosok Mantan Panglima TNI Ini Jadi Mentor Ganjar Jelang Debat Capres Tema Pertahanan

Ganjar mengaku sudah siap menghadapi debat kedua capres tersebut.

Baca Selengkapnya
2 Jenderal TNI Tak Lagi Pegang Komando Kodam, 1 Eks Ajudan Jokowi Naik Bintang 3, 1 Lagi Urus Kampus

2 Jenderal TNI Tak Lagi Pegang Komando Kodam, 1 Eks Ajudan Jokowi Naik Bintang 3, 1 Lagi Urus Kampus

Dua Jenderal TNI kini tidak lagi pegang Komando Kodam, pindah ke mana sajakah mereka? Berikut ulasannya.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ibu Tien Soeharto Cuma Mau Diwawancara Pemuda ini, Sosoknya Kini Jadi Capres 2024

Ternyata Ibu Tien Soeharto Cuma Mau Diwawancara Pemuda ini, Sosoknya Kini Jadi Capres 2024

Tak disangka, Ibu Tien Soeharto hanya ingin diwawancara oleh pemuda ini. Siapakah dia? Berikut sosoknya.

Baca Selengkapnya
Sosok Serda Fajar Persada, Anggota TNI Ganteng & Pintar Mengaji Bikin Hati Bergetar

Sosok Serda Fajar Persada, Anggota TNI Ganteng & Pintar Mengaji Bikin Hati Bergetar

Bukan hanya kegantengannya, tentara satu ini berhasil membius netizen dengan kepiawaiannya dalam mengaji. Suaranya pun mampu buat hati bergetar.

Baca Selengkapnya