Dalam sebuah studi baru, arkeolog Kevin Lane dari Universitas Buenos Aires menjelaskan bahwa panggung tersebut dirancang untuk menirukan dentuman petir sebagai bentuk pemujaan terhadap dewa petir dan kilat.
Dilansir laman IFL Science, para peneliti baru-baru ini menemukan lantai yang menghasilkan suara aneh di situs Viejo Sangayaico, yang terletak di ketinggian 3.600 meter.
"Di sini, kami memiliki permukaan perkusi yang disiapkan secara khusus, sejenis lantai tari yang bergetar atau 'bersuara', terdiri dari berbagai jenis tanah, abu, dan kotoran unta untuk menciptakan permukaan lantai yang mampu menyerap guncangan, sambil juga menghasilkan suara dari dalam seperti suara drum ketika orang melangkah, atau lebih tepatnya, menghentak di atasnya," jelas Lane dalam makalahnya.