S&P dinilai aneh belum berikan peringkat investment grade Indonesia
Merdeka.com - Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) dinilai aneh belum memberikan peringkat investment grade atau laik investasi untuk Indonesia. Padahal, dua lembaga pemeringkat global lain yakni Moody's dan Fitch sudah mengganjar Indonesia dengan investment grade.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting mengungkapkan, para investor sudah banyak mempertanyakan mengapa S&P berbeda dengan dua lembaga pemeringkat lain.
"Dia (investor) lihat progres (pembangunan) Indonesia dan lihat Fitch and Moody's sudah investment grade. Maka dia (investor) menanyakan kenapa S&P tertinggal," ujarnya saat ditemui di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (20/3).
Banyak investor sudah menunggu lama untuk menanamkan modalnya di Indonesia karena belum diberikannya peringkat laik investasi dari S&P. "Sehingga kalau S&P ini investment grade ada fund-fund yang bisa diinvestasikan di portofolio Indonesia," tuturnya.
Loto melanjutkan, tidak lama lagi S&P akan mengunjungi Indonesia. Dia berjanji pada saat itulah akan menyampaikan uneg-uneg dari para investor ini.
"Sisi investor kita sudah laik mendapat investment grade. Malah dia mempertanyakan kenapa S&P belum berikan investment grade."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaJokowi juga memerintahkan agar status lahan bagi investor segera ditetapkan dan diperjelas. Basuki menuturkan Jokowi akan memonitor arahan-arahan tersebut.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Selama ini ada sejumlah kesulitan yang dialami investor baru maupun investor lama, yang mana sebagian investor baru sukar membuat keputusan investasi.
Baca SelengkapnyaDalam IPO, perseroan menawarkan sebanyak 570 juta saham biasa atau setara 14,44 persen.
Baca SelengkapnyaKerap kali peraturan atau regulasi yang sudah diputuskan di level pusat tidak dapat dijalankan di level daerah karena alasan-alasan tertentu.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia diajak dan diingatkan untuk konsisten dan bijaksana dalam membuat Keputusan investasi.
Baca SelengkapnyaKesempatan berinvestasi bisa dilakukan kapan saja termasuk saat nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS anjlok.
Baca SelengkapnyaEkonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.
Baca Selengkapnya