Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Baleg Setuju RUU Cipta Kerja Dibawa ke Rapat Paripurna DPR, Demokrat dan PKS Menolak

Baleg Setuju RUU Cipta Kerja Dibawa ke Rapat Paripurna DPR, Demokrat dan PKS Menolak Penyerahan draf RUU Ciptaker di Baleg DPR. ©HO Baleg DPR

Merdeka.com - Rancangan Undang-undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja telah disepakati untuk segera disahkan dalam rapat paripurna. Badan Legislasi DPR RI bersama pemerintah telah merampungkan Omnibus Law dan disetujui di tingkat pertama.

Pengambilan keputusan itu digelar di Gedung DPR RI, Jakarta, Sabtu (3/10) malam. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah, dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly hadir secara fisik mewakili pemerintah.

Hadir juga secara virtual, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.

Rapat dipimpin Ketua Badan Legislasi DPR RI Supratman Andi Agtas, serta anggota dari sembilan fraksi baik secara fisik maupun virtual. Palu persetujuan diketuk pada sekitar pukul 23.00 WIB.

"Saya minta persetujuan kepada seluruh anggota dan pemerintah. Apakah RUU Cipta Kerja ini bisa kita setujui untuk diteruskan pengambilan keputusannya di tingkat selanjutnya?" ujar Ketua Badan Legislasi DPR RI Supratman Andi Agtas saat mengetuk pengesahan RUU Cipta Kerja di tingkat pertama.

"Setuju," demikian disepakati peserta rapat.

Demokrat dan PKS Menolak

Pengambilan keputusan pengesahan tingkat pertama RUU Cipta Kerja hampir bulat disetujui seluruh fraksi di DPR. Hanya saja Partai Demokrat dan PKS menolak RUU Cipta Kerja.

Supratman mengatakan, pemerintah masih ada waktu untuk melakukan lobi kepada dua fraksi tersebut agar disetujui saat pengesahan dalam rapat paripurna.

"Dua fraksi yang menolak, pintu komunikasi masih terbuka hingga menjelang paripurna," ujar Supratman.

Hinca Panjaitan, mewakili fraksi Partai Demokrat, mengungkap sejumlah alasan belum menyetujui RUU Cipta Kerja. Demokrat mengusulkan agar pengambilan keputusan terhadap Omnibus Law ditunda.

Demokrat memandang, RUU Cipta Kerja tidak memiliki urgensi dan kepentingan memaksa di pandemi ini. RUU Cipta Kerja dianggap terlalu dipaksakan apalagi RUU ini menyangkut luas banyak undang-undang, sehingga dikhawatirkan menjadi UU yang serampangan.

Demokrat masih menilai RUU ini jika disahkan akan memberangus hak-hak buruh. RUU Cipta Kerja juga dianggap membuat perekonomian Indonesia bersifat liberalistik dan kapitalistik.

Selain cacat substansi dan cacat prosedur, pembahasan RUU Cipta Kerja kurang akuntabel karena tidak melibatkan masyarakat sipil dan buruh.

"Berdasarkan argumentasi dan catatan penting di atas maka izinkan kami fraksi Partai Demokrat menyatakan menolak RUU Cipta Kerja ini. Kami menilai banyak yang harus dibahas kembali secara mendalam dan komprehensif kita tak perlu terburu-buru kami menyarankan pembahasan lebih utuh dan melibatkan berbagai stakeholder yang berkepentingan," kata Hinca.

Sementara, PKS juga menyatakan menolak RUU Cipta Kerja untuk disetujui di tingkat pertama. Kendati memberikan sejumlah catatan, PKS juga mengapresiasi beberapa DIM dari Fraksi PKS diakomodir dalam RUU Cipta Kerja ini.

"Fraksi PKS menyatakan menolak RUU Cipta Kerja untuk ditetapkan sebagai undang-undang," kata Ledia Hanifa dari Fraksi PKS.

(mdk/gil)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
DPR RI dan Pemerintah Sepakati RUU DKJ Disahkan di Paripurna
DPR RI dan Pemerintah Sepakati RUU DKJ Disahkan di Paripurna

DPR RI dan pemerintah menyepakati Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) dibawa ke Rapat Paripurna untuk disahkan.

Baca Selengkapnya
Segera Disahkan, RUU DKJ Atur soal Gubernur Jakarta Dipilih Melalui Pilkada hingga Dewan Aglomerasi
Segera Disahkan, RUU DKJ Atur soal Gubernur Jakarta Dipilih Melalui Pilkada hingga Dewan Aglomerasi

Terdapat tujuh poin dibahas dan disepakati DPR terkait RUU Daerah Khusus Jakarta (DKJ).

Baca Selengkapnya
Dalam RUU DKJ Dewan Aglomerasi Dipimpin Wapres, Ini Kata JK
Dalam RUU DKJ Dewan Aglomerasi Dipimpin Wapres, Ini Kata JK

Penyusunan ini sebelumnya dibahas di Badan Legislasi (Baleg) DPR RI.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
DPR RI Setujui Usulan Pemerintah soal Pilkada Hanya 1 Putaran
DPR RI Setujui Usulan Pemerintah soal Pilkada Hanya 1 Putaran

Ketua Baleg DPR RI, Supratman Andi Agtas menjelaskan pemenang Pilkada tak perlu memperoleh suara 50+1 seperti pada aturan Pilpres.

Baca Selengkapnya
Rekam Jejak Komjen Rudy, Pati Non Akpol Bersinar Sejak Perwira Hingga Raih Bintang Tiga
Rekam Jejak Komjen Rudy, Pati Non Akpol Bersinar Sejak Perwira Hingga Raih Bintang Tiga

Berikut rekam jejak Komjen Rudy Heriyanto hingga raih Bintang 3 di pundaknya.

Baca Selengkapnya
DPR Sahkan RUU DKJ jadi Undang-Undang, PKS Menolak
DPR Sahkan RUU DKJ jadi Undang-Undang, PKS Menolak

DPR mengesahkan RUU tentang Daerah Khusus Jakarta (DKJ) menjadi UU dalam rapat paripurna ke-14.

Baca Selengkapnya
Ungkit Saham Bir di DKI Rp1 Triliun, Anies: Belum Dijual, Semoga Tahun Ini Ketua DPRD Koalisi Kita
Ungkit Saham Bir di DKI Rp1 Triliun, Anies: Belum Dijual, Semoga Tahun Ini Ketua DPRD Koalisi Kita

Diketahui Ketua DPRD DKI saat ini adalah Prasetio Edi, politikus PDI Perjuangan

Baca Selengkapnya
Barisan Pemuda Riau Deklarasikan Dukungan untuk Prabowo-Gibran
Barisan Pemuda Riau Deklarasikan Dukungan untuk Prabowo-Gibran

Pemuda memiliki peran penting pembangunan bangsa dan negara

Baca Selengkapnya
Pengamat Soal Rencana Hak Angket Pemilu: Keliatannya Layu Sebelum Berkembang, akan Diblok Koalisi Pemerintah
Pengamat Soal Rencana Hak Angket Pemilu: Keliatannya Layu Sebelum Berkembang, akan Diblok Koalisi Pemerintah

"Keliatannya bisa jadi usulan hak angket ini akan layu sebelum berkembang, akan diblok, ya akan di bendung oleh kubu koalisi pemerintahan Jokowi,"

Baca Selengkapnya