Mengenal Tradisi Popokan Lempar Lumpur di Semarang, Berawal dari Usir Harimau
Hingga saat ini, tradisi ini masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Sendang, Semarang
Hingga saat ini, tradisi ini masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Sendang, Semarang
Semarang memiliki tradisi unik, salah satunya yaitu Tradisi Popokan atau bisa disebut dengan Tradisi Lempar Lumpur. Tradisi Popokan ialah tradisi tasyakuran desa yang dilakukan oleh warga Desa Sendang atas keselamatan yang diberikan kepada Tuhan. Hingga saat ini, tradisi ini masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Sendang, Semarang untuk menghormati warisan budaya dari nenek moyang. Biasanya, tradisi ini digelar pada Hari Jumat Kliwon di bulan Agustus.
Tradisi Popokan atau perang lumpur merupakan rangkaian terakhir dari tradisi tasyakuran masyarakat. (Foto/Youtube/Muhammad Adib Abdillah)
Tradisi popokan tak terbatas hanya tradisi perang lumpur antar masyarakat saja, tapi juga ada berbagai rangkaian acara . Dimulai dari bersih sendang atau sumber air, tumpengan, kirab, dan terakhir Tradisi Popokan.
Replika harimau yang sudah dipersiapkan diletakkan ke persawahan, kemudian masyarakat melemparinya dengan lumpur.
Foto/Youtube/Muhammad Adib Abdillah
Melansir laman budaya Indonesia, tradisi Popokan ialah tradisi tasyakuran desa untuk menghormati para leluhur usai berhasil mengusir harimau dari desa dan menyelamatkan warga. (Foto/Pixabay)
Hal ini dianggap menganggu dan mengancam keselamatan masyarakat sehingga harimau tersebut diusir dengan cara melemparkan lumpur.
Saat ini, Tradisi Popokan dilakukan untuk menolak bala agar terhindar dari kejahatan dan sesuatu hal yang buruk. Tradisi ini masih berlangsung di dekat Balai Desa Sendang yang berada di area persawahan. Peserta yang mengikuti tradisi ini tidak diperkenankan marah jika terkena lemparan lumpur. Di samping itu, masyarakat yang terkena lemparan lumpur akan merasa gembira karena masyarakat percaya bahwa mereka akan mendapat berkah.
Dalam tradisi ini, warga saling melempar lumpur antara satu dengan yang lain. Masyarakat percaya apabila terkena lemparan lumpur setiap keinginan yang diharapkan dapat terwujud.
Melansir dari Jurnal “POPOKAN: TRADISI PERANG LUMPUR DI TRADISI DESA SENDANG, KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG” karya Muh Hafidz, berikut makna tradisi Popokan.
• Ungkapan rasa syukur warga pada leluhurnya. Dimana telah berhasil mengusir harimau yang telah menganggu dan merusak area persawahan masyarakat serta ancaman berbahaya lainnya. • Wujud rasa syukur masyarakat petani di Desa Sendang pada Tuhan. Petani bersyukur atas hasil bumi yang melimpah dan meminta berkah keselamatan untuk masyarakat khususnya para petani.
Upacara ini sebagai wujud dari ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap para leluhur yang dilaksanakan setiap tahun pada hari tertentu.
Baca SelengkapnyaTradisi Toktok masih dilestarikan oleh masyarakat saat musim kemarau.
Baca SelengkapnyaMauludan merupakan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kemuja, Kabupaten Mendo Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Baca SelengkapnyaMasyarakat di Desa Margopatut Nganjuk memiliki tradisi Ngalor Ngulon terkait dengan syarat seseorang yang akan menikah.
Baca SelengkapnyaTradisi dilakukan pada 14 Rabiul Awal di tempat-tempat keramat yang dianggap suci.
Baca SelengkapnyaTradisi upah-upah biasanya dilengkapi dengan jamuan kecil maupun besar serta doa dan selamat atas tercapainya suatu hal.
Baca SelengkapnyaTarian tradisional Ketuk Tilu yang berasal dari Jawa Barat ini ternyata memiliki makna sangat mendalam.
Baca SelengkapnyaTradisi ini terus dilestarikan masyarakat Sedulur Sikep agar tidak punah
Baca SelengkapnyaTradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintai.
Baca Selengkapnya