Mengenal "Njenang" Khas Jawa Tengah, Tradisi Sambut Kelahiran Bayi
Tradisi Njenang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Jawa Tengah.
Tradisi Njenang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Jawa Tengah.
Njenang atau jenang dalam bahasa Indonesia berarti bubur kental. Di Indonesia, khususnya bagi masyarakat Jawa jenang atau bubur ini beragam jenisnya, Meski tampak sama, jenang dan bubur memiliki beberapa perbedaan. Jenang dalam konteks ini lebih beragam dari dasar olahannya, salah satunya hasil olahan dari tepung ketan ada yang berwarna cokelat dengan rasa manis atau gurih dan sedikit lengket, sedangkan bubur biasanya dari olahan beras dengan rasa gurih berwarna putih.
Melansir dari laman jurnal kemdikbud.go.id selain tepung ketan, dalam pembuatan jenang diperlukan bahan tambahan berupa gula merah dan santan kelapa. Kedua bahan tersebut ditambahkan untuk menghasilkan jenang dengan rasa manis dan gurih. Jenang menjadi sajian wajib dalam kehidupan masyarakat khususnya di Jawa Tengah dengan tujuan sebagai wilujengan atau selamatan. Berikut beragam “Njenang” khususnya untuk selametan atas kelahiran bayi atau menjelang kelahiran yang dirangkum dari Jurnal Makna Aneka Jenang dalam Wilujengan Lairan Bayi Masyarakat Jawa:Studi Etnilinguistik karya Imam Baehaqie
• Jenang Procot Menurut Widada dkk yang dikutip dari Jurnal Makna Aneka Jenang dalam Wilujengan Lairan Bayi Masyarakat Jawa, dalam Bahasa Jawa kata procot bermakna 'dumadakan metu; lahir kanthi gampang' atau dalam bahasa Indonesia berarti ‘segera keluar, lahir dengan mudah". Sehingga bisa disimpulkan bahwa nama jenang procot merupakan sajian yang digunakan sebagai permohonan agar ibu hamil dimudahkan saat proses melahirkan.
Jenang abang putih merupakan gabungan dari jenang abang dan jenang putih yang ditaruh di atasnya. Jenang ini memiliki lambang perwujudan dari terbentuknya embrio manusia yang dihasilkan dari cinta kasih orang tuanya.
Dengan dibuatnya jenang abang putih, harapannya seorang ibu diberikan kelancaran saat proses kelahirannya nanti agar ibu dan bayi dalam kondisi sehat. (Foto : youtube.com/alamaknur)
Jenang sepuh terbuat dari tepung beras yang biasanya dibuat saat mitoni ditujukan untuk ibu hamil beserta janin yang dikandung agar murih sempulur atau gangsar yang berarti lancar; tidak ada halangan. Selain itu, sesuai dengan namanya jenang sepuh berarti jenang tua yang memiliki tujuan agar seseorang harus menghormati orang tua atau yang dituakan. Pada dasarnya masyarakat jawa menghormati orang lain apalagi jika orang tersebut lebih tua dari pada dirinya.
Jenang sepuh ini dibuat dengan tujuan agar menghormati ibu karna seorang ibu lah yang menerima anugerah dari Allah dengan harapan ketika melahirkan bayi, ibu diberikan kemudahan (Foto : youtube.com/alamaknur)
Masyarakat di Desa Margopatut Nganjuk memiliki tradisi Ngalor Ngulon terkait dengan syarat seseorang yang akan menikah.
Baca SelengkapnyaDalam bahasa Jawa, mlumah berarti terlentang dan murep artinya tengkurap.
Baca SelengkapnyaTradisi upah-upah biasanya dilengkapi dengan jamuan kecil maupun besar serta doa dan selamat atas tercapainya suatu hal.
Baca SelengkapnyaTradisi dilakukan pada 14 Rabiul Awal di tempat-tempat keramat yang dianggap suci.
Baca SelengkapnyaUpacara ini sebagai wujud dari ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap para leluhur yang dilaksanakan setiap tahun pada hari tertentu.
Baca SelengkapnyaTradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintai.
Baca SelengkapnyaTari tradisional kali ini memiliki makna yang cukup mendalam yaitu kasih sayang ibu ke anaknya.
Baca SelengkapnyaTradisi Kepungan Tumpeng Tawon a dilakukan oleh masyarakat Desa Mangunweni Kebumen.
Baca SelengkapnyaTradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
Baca Selengkapnya