Donald Trump yang Tak Lagi Peduli Pandemi Covid-19 di Akhir Masa Jabatannya
Merdeka.com - Ketika gelombang baru infeksi Covid-19 melonjak di 46 negara bagian, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak pernah menghadiri rapat satuan tugas penanganan virus corona dalam beberapa bulan. Trump kerap bungkam terkait kekhawatiran rumah sakit akan lonjakan pasien.
Dia belum bersuara untuk menekan lebih banyak gubernur negara bagian untuk mewajibkan penggunaan masker dan menerapkan jaga jarak sosial, gerakan yang disebut para pejabat kesehatan masyarakat dapat menyelamatkan ribuan nyawa saat negara memasuki musim dingin mematikan sebelum vaksin didistribusikan.
Wakil Presiden Mike Pence memimpin rapat dengan para gubernur pada 17 November, namun Trump tak hadir.
Trump nampaknya kurang tertarik melaksanakan tugasnya terkait penanganan pandemi menjelang lengser setelah dikalahkan pesaingnya dari Demokrat Joe Biden dalam pemilihan presiden.
"Dia tak pernah menyukai persoalan itu, dan dia duduk di sana tahu dia kalah pemilihan karena masalah itu (pandemi)," kata salah seorang mantan pejabat Gedung Putih yang memiliki kedekatan dengan lingkaran dalam Trump.
"Dia berpikir kalah karena Covid," lanjutnya, dikutip dari TIME, Rabu (18/11).
Jarang Tampil di Depan Publik
Dalam dua pekan sejak hari pencoblosan, Trump jarang muncul di depan publik. Di antara tuduhan kecurangan pemilu, dia memerintah dengan jempolnya, memecat Menteri Pertahanan melalui Twitter.
Pekan ini, dia tak ada jadwal agenda publik. Pada akhir pekan, dia bermain golf dua kali, dan memperlambat kendarannya sepanjang jalan untuk melambai ke ribuan pendukungnya yang juga menyuarakan klaim kecurangan pemilu.
"Ada sedikit benturan antara klaim Trump bahwa dia menjabat empat tahun lagi dan aksi menghilangnya," kata sejarawan Michael Beschloss.
Beschloss menambahkan, tidak ada tanda-tanda Donald ngotot menang untuk periode kedua.
Tak Mau Berlakukan Lockdown
Pada 13 November, Trump muncul pertama kali di depan wartawan, berdiri di depan Taman Mawar Gedung Putih untuk membanggakan dukungan pemerintahannya terhadap pengembangan vaksin Covid-19. Dia tak menerima pertanyaan dari para pewarta atau menegaskan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan warga AS untuk memperlambat penyebaran virus dan menekan angka kematian sebelum vaksin tersedia.
Saat itu Trump mengatakan tak akan menutup dunia usaha saat lockdown nasional, dia hampir mengakui pemerintahannya akan segera berakhir.
Di akhir pidatonya, Trump mengangguk saat disinggung soal lonjakan kasus.
"Kami meminta semua warga Amerika untuk tetap waspada, terutama karena cuaca semakin dingin dan semakin sulit untuk pergi ke luar dan mengadakan pertemuan di luar."
Gedung Putih mengatakan Presiden Trump secara teratur memberi pengarahan terkait virus, tetapi ada banyak tugas yang harus dilakukan. Pemerintah federal telah membeli jutaan dosis vaksin dan menghadapi tantangan distribusi yang sangat besar.
Kampanye Penggunaan Masker
Dr Deborah Birx dan pejabat lainnya di Gedung Putih memperingatkan potensi lonjakan jumlah korban jiwa dalam beberapa pekan mendatang. Penasihat Keamanan Nasional Trump, Robert O'Brien merilis pernyataan pada Senin, mendorong semua orang memakai masker, menjaga jarak dan sering mencuci tangan. Dewan Keamanan Nasional menulis di Twitter pada Senin soal pentingnya memakai masker untuk memperlambat penyebaran virus.
Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan tantangan Birx dan pejabat lainnya ialah komentar Trump yang keliru terkait masker. Pada 15 Oktober, Trump secara keliru mengatakan orang yang memakai masker lebih rentan tertular virus.
Pejabat Gedung Putih berusaha mengajak pemimpin konservatif untuk mengkampanyekan pemakaian masker berdasarkan penelitian terbaru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), yang mengatakan penggunaan masker oleh komunitas melindungi pemakainya dan orang lain, mengurangi penularan virus dan dapat mencegah lockdown.
Peringatan dari Joe Biden
Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Joe Biden menyampaikan pada Senin, penolakan Trump untuk mengaku kalah dan berkoordinasi untuk proses transisi kekuasaan bisa menyebabkan lebih banyak kematian akibat Covid-19.
Pemerintahan Trump belum secara resmi mengakui Biden sebagai presiden terpilih, yang berarti bahwa Biden dan timnya tak mampu mengakses pemaparan intelijen terkait isu keamanan nasional, termasuk menyusun rencana distribusi vaksin Covid-19 potensial.
"Lebih banyak orang bisa mati jika kita tidak berkoordinasi," jelas Biden dalam sebuah konferensi pers di kampung halamannya di Wilmington, Delaware, dikutip dari Deutsche Welle, Selasa (17/11).
"Jika kita harus menunggu sampai 20 Januari untuk mulai perencanaan itu, itu akan membuat kita tertinggal selama satu bulan, satu setengah bulan. Dan jadi itu penting dilakukan, bahwa ada koordinasi sekarang," lanjutnya.
"Saat Anda memerangi Covid, kita harus memastikan bisnis dan pekerja memiliki alat, sumber daya dan pedoman nasional serta standar kesehatan dan keselamatan untuk beroperasi dengan aman."
Mengenai penolakan Trump untuk menyerah dan mengaku kalah, Biden mengatakan hal tersebut lebih memalukan bagi negara.
Bagi Data Penting Covid-19
Sejumlah asosiasi medis Amerika Serikat mendesak Trump membagikan data penting Covid-19 dengan tim Biden.
Tim Biden mencoba merancang strategi nasional penanganan virus corona yang terkoordinasi. Dorongan dari asosiasi ini disampaikan melalui surat terbuka saat sebagian besar pemerintah negara bagian tengah berlomba menghentikan penyebaran virus corona yang mengalami lonjakan dan dikhawatirkan dapat membanjiri fasilitas kesehatan.
"Data dan informasi real-time tentang pasokan obat, persediaan tes, APD, ventilator, kapasitas tempat tidur rumah sakit, dan ketersediaan tenaga kerja untuk perencanaan lebih lanjut perlu dibagikan untuk menyelamatkan nyawa yang tak terhitung jumlahnya," jelas surat tersebut yang ditandatangani para pemimpin Asosiasi Kedokteran Amerika, Asosiasi Perawat Amerika, dan Asosiasi Rumah Sakit Amerika, dikutip dari Reuters, Rabu (18/11).
Surat itu diterbitkan sehari setelah Biden memperingatkan akan lebih banyak warga AS meninggal dunia karena Covid-19 jika Trump masih bersikeras tak mau mengakui kekalahannya dalam pemilihan presiden.
Pejabat kesehatan telah memperingatkan, pertemuan sosial skala besar dan pertemuan dalam ruangan selama musim liburan, disertai dengan awal musim dingin dapat mempercepat lonjakan Covid-19.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaSejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaPenyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaJokowi Sambut 2024: Indonesia Berjalan di Jalur yang Benar dan Siap Hadapi Tantangan
Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan seperti, kekeringan panjang dan dunia yang penuh ketidakpastiaan.
Baca SelengkapnyaJawaban Presiden Jokowi soal Tudingan Politisasi Bansos
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjawab tudingan bantuan sosial (bansos) dipolitisasi menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Baca Selengkapnya