Pemerintah Himpun Dana Rp97 Triliun dari Penjualan SBN Ritel di 2021
Merdeka.com - Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan, Ditjen Pengelolaan pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan Riko Amir mencatat, penghimpunan dana dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel mencapai Rp97 triliun di 2021.
Angka ini lebih tinggi dari capaian di tahun-tahun sebelumnya, yakni Rp77 triliun di tahun 2020, Rp50 triliun di tahun 2019 dan Rp46 triliun di tahun 2018.
Riko menjelaskan, tingginya realisasi penerbitan SBN ritel dipengaruhi likuiditas masyarakat yang berlimpah selama pandemi. SBN ritel bagi sebagian orang pun dianggap sebagai investasi yang aman di tengah ketidakpastian.
Tingginya realisasi SBN ritel juga diikuti dengan nilai kupon SBN ritel yang lebih rendah dan lebih optimal saat penerbitannya. Pada ORI019 yang diterbitkan pada 22 Februari dengan nilai kupon 5,57 persen berhasil menghimpun dana Rp 26 triliun. Dana tersebut dikumpulkan dari 48.731 investor yang 45,7 persen merupakan investor baru.
Sementara itu pada penutupan Sukuk Ritel ST008 ditutup dengan kupon 4,8 persen berhasil mengumpulkan pembiayaan hingga Rp 5 triliun. Sukuk ritel ini diminati 14.337 investor domestik dengan maksimal pembelian Rp 1 miliar.
"Dua hal ini artinya SBN kita yang affordable bagi masyarakat," kata Riko dalam media briefing, Jakarta, Senin (13/12).
Sepanjang tahun 2021, setidaknya pemerintah telah menerbitkan 6 kali SBN ritel dengan 1 cash waqf linked sukuk (CW). Tahun depan, pemerintah pun akan kembali menerbitkan SBN ritel dengan jumlah yang sama dengan target Rp 100 triliun. Namun pada realisasinya nanti target tersebut akan disesuaikan dengan kondisi terkini.
"Target awal ini kita terbitkan Rp 100 triliun, ini bisa plus (bertambah) atau minus (berkurang) dan dilihat dari market dan investornya nanti," kata Dirjen Pengelolaan pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan Luki Alfirman.
Rencananya akan ada penerbitan SBN ritel konvensional dan sukuk ritel. Terdiri dari SBR, 2 kali sukuk ritel, sukuk tabungan dan CWLS. Penerbitan tersebut juga akan menyesuaikan dengan peminatan dari masyarakat.
"Kita akan fleksibel dan melihat minat dari masyarakat," kata dia.
Sebagai informasi, tingginya animo masyarakat membuat beberapa penerbitan terpenuhi sebelum masa penawaran berakhir. Selain itu di beberapa penerbitan juga batas maksimalnya diturunkan pemerintah.
Hasil penerbitan SBN Ritel 2021 masih didominasi investor dari generasi milenial sebanyak 39.1 persen atau 50.917 investor. Disusul generasi X sebanyak 33,4 persen, generasi baby boomers 24,2 persen, generasi tradisionalis sebanyak 2 persen, dan generasi Z sebanyak 1,3 persen.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaBPS mencatat nilai impor beras pada Januari 2024 mencapai Rp4,36 triliun.
Baca SelengkapnyaSecara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaikkan gaji ASN dan TNI/Polri sebesar 8 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024.
Baca SelengkapnyaPerusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaRealisasi belanja terbagi menjadi dua alokasi, pertama untuk pembayaran gaji dan tunjangan PNS sebesar Rp10,3 triliun lebih tinggi dibandingkan tahun 2022.
Baca SelengkapnyaBatas maksimal rasio utang pemerintah terhadap PDB ditetapkan sebesar 60 persen.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah orang yang akan bepergian di musim libur akhir tahun mencapai 107 juta orang.
Baca SelengkapnyaPosisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca Selengkapnya