LPS: Rentenir Masih Menguasai Ekonomi Indonesia, Peran BPR Jadi Sangat Penting

Jumat, 26 Mei 2023 16:33 Reporter : Sulaeman
LPS: Rentenir Masih Menguasai Ekonomi Indonesia, Peran BPR Jadi Sangat Penting Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa. ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa meyakini jika usaha Bank Perekonomian Rakyat (BPR) memiliki prospek cerah, sebab masih banyaknya masyarakat ekonomi kelas bawah yang yang terjerat utang rentenir. Menurutnya, ini menjadi peluang emas bagi BPR untuk menjadikannya nasabah.

"Kita lihat rentenir masih menguasai ekonomi Indonesia, masih banyak sekali. Artinya selama itu (rentenir) ada, maka BPR masih akan dibutuhkan," ucapnya kepada awak media dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (26/5).

Selain itu, Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatatkan tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat di Indonesia masih perlu untuk didorong lebih tinggi. Menurutnya, ini menjadi peluang emas bagi usaha BPR untuk terus berkembang dengan terus mengedukasi masyarakat agar mengakses pinjaman melalui lembaga keuangan yang terpercaya dan berizin.

"Jadi, mereka (BPR) kalau mau mengajari masyarakat kelas bawah yang membutuhkan dengan tekun lebih, di mana literasi masih rendah. Ruang pertumbuhan (BPR) mereka masih cukup besar," ungkapnya.

Terkait fenomena maraknya unit BPR yang mengalami kebangkrutan, dinilai akibat ketidakmampuan pengelolaan bisnis. Antara lain ketidaktepatan dalam melakukan perhitungan hingga tidak menjalankan bisnis secara pruden (berhati-hati).

"Jadi, kalau mereka menjalankan bisnisnya secara pruden dan hati-hati harusnya peluang mereka untuk tetap tumbuh dengan pesat masih terbuka besar. Apalagi kalau kita lihat inklusi keuangan masih pada level yang bsia ditingkatkan lagi," jelasnya.

2 dari 2 halaman

Banyak BPR Bangkrut karena Dimaling Sama yang Punya

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa seakan mewajari hal tersebut. Sebab, sudah terlalu banyak BPR yang terkena likuidasi gara-gara digembosi orang dalamnya.

"Kalau BPR kan bank kecil tuh. Dia biasanya gagal bukan karena keadaan ekonomi, tapi karena fraud, dimaling sama yang punya," ujar Purbaya saat ditemui di JS Luwansa, Jakarta, Kamis (2/3).

Menurut catatan LPS, total ada sebanyak 118 bank gagal yang terkena likuidasi, atau dibubarkan sejak 22 September 2005 sampai 31 Desember 2022.

Sebanyak 118 bank yang dilikuidasi tersebut terdiri dari satu bank umum, 104 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan 13 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Dari total tersebut, jumlah terbanyak berada di wilayah Jawa Barat yaitu sebanyak 40 bank. [azz]

Baca juga:
LPS: Banyak BPR Bangkrut karena Dimaling Sama yang Punya
OJK Kebut Penggabungan Bank BPR, Buat Apa?
Aturan Baru di UU P2SK: BPR Berubah Nama jadi Bank Perekonomian Rakyat
Aturan Baru OJK Batasi Pemberian Kredit oleh BPR dan BPRS, Ini Detailnya
OJK Luncurkan Aplikasi Permudah Akses Keuangan BPR dan BPRS
Bank DKI Gandeng BPR Syariah Kembangkan UMKM

Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini