Digitalisasi Bisa Hindari Janji Manis Agen Asuransi
Merdeka.com - Direktur Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Togar Pasaribu menyebut bahwa perusahaan asuransi jiwa saat ini perlu melakukan sejumlah otomatisasi sebagai bentuk adaptasi dari digitalisasi. Otomatisasi dalam pelayanan asuransi memiliki banyak keunggulan, salah satunya adalah meminimalisir terjadinya dispute ataupun over promise dari perusahaan asuransi.
"Covid-19 telah menjadi sebuah game changer untuk berbagai sektor perusahaan, tidak hanya di asuransi. Sekarang, penduduk yang ada di Indonesia ada sekitar 270 Juta dengan harapan di tahun 2045 bisa menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia. Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja hanya ada sekitar 131 Juta. Jika kita bandingkan dengan jumlah penetrasi yang ada, ini mengindikasikan bahwa kita masih jauh," papar Togar dalam webinar Indonesia Financial Sector (ISFO), Selasa (27/10).
Oleh karena itu, diperlukan beragam penyesuaian dari sisi perusahaan dan sektor tenaga kerja. Hal ini sudah terlihat dari sektor perbankan dan sekuritas yang mulai mengaktifkan layanan melalui digital. "Sekarang kalau mau buka rekening atau nabung di bank kan bisa lewat mobile. Bahkan, saham yang dinilai berisiko tinggi saja sekarang sudah bisa diperjualbelikan daring," ungkapnya.
Meskipun begitu, perusahaan Asuransi Jiwa belum memulai tanda-tanda digitalisasi. Terlebih, karena asuransi jiwa masih menggunakan agen asuransi dalam mendistribusikan produk-produknya. Sementara itu, karena Corona melanda, promosi secara tatap muka mulai berkurang. Alhasil, di tahun 2020, jumlah premi asuransi berangsur turun hingga minus 2 persen.
Togar berharap, perusahaan asuransi dapat lebih mengambil celah dalam memanfaatkan situasi Covid-19. Terlebih, karena beberapa negara sudah mulai menerapkan pelayanan digital. Dalam paparannya, Togar mengambil contoh perusahaan Asuransi Jiwa di Korea Selatan yang sudah menggunakan robot dalam pengambilan klaim.
"Nggak cuma robot, di Amerika Serikat (AS), perusahaan asuransi jiwa sudah memanfaatkan fitur voice recognition. Lewat keberadaan fitur-fitur secara digital ini, paling tidak pelayanan asuransi dapat berangsur cepat. Dalam 30 menit, uang klaim sudah bisa masuk ke pemegang polis," imbuh Togar.
Tak hanya cepat, pemanfaatan digitalisasi di perusahaan asuransi dapat mengurangi adanya bias promosi yang disampaikan oleh agen asuransi. Sehingga, hal ini dapat berdampak dalam mengurangi mis-informasi. "Biasanya orang protes karena agen asuransi itu bisa over promise. Namun, adanya digitalisasi ini, segala sesuatu dapat lebih transparan, karena sudah diatur dari sistem," katanya.
Manfaatkan Big Data
Transformasi digital erat kaitannya dengan penggunaan big data. Terutama, bagi perusahaan asuransi jiwa yang memerlukan data yang detail untuk nasabah mereka. "Dengan big data, kita bisa tau informasi tentang kelahiran, keluarga, sampai ia meninggal. Jadi, nggak ada lagi yang namanya kejanggalan informasi," ujar Togar.
Praktisi Asuransi Jiwa, Iwan Pasila juga menyetujui bahwa penting bagi asuransi jiwa melakukan transformasi digital. Namun demikian, keberadaan transformasi juga harus dibarengi dengan mempertajam kompetensi karyawan.
"Mengubah model bisnis tidak segampang menghapus dan menggambar di kertas. Karena, kita perlu menemukan orang-orang yang bisa berpikir jauh ke depan dan tentunya paham dengan digital. Seperti kemampuan kapabilitas infrastruktur IT yang tentunya harus awas dengan perubahan digital," kata Iwan.
Oleh karena itu, transformasi digital sangat krusial untuk napas perusahaan asuransi jiwa. Selain karena efisien, digitalisasi dapat membuat pelayanan asuransi menjadi lebih transparan dan meminimalisir misinformasi.
Reporter Magang: Theniarti Ailin
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penjelasan mengenai 10 jenis asuransi yang penting untuk dipahami.
Baca SelengkapnyaDalam menghadapi era digitalisasi, perbankan dituntut untuk adaptif dalam memanfaatkan saluran penyampaian informasi kepada khalayak.
Baca SelengkapnyaBI Bali terus mendorong akselerasi ekosistem ekonomi keuangan digital.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Industri mesin sangrai kopi pun kini turut berkembang mengikuti perubahan zaman.
Baca SelengkapnyaKepala Negara mengapresiasi langkah digitalisasi yang berhasil menyentuh masyarakat kecil.
Baca SelengkapnyaDahnil menjelaskan bahwa hilirisasi digital adalah penggunaan device bahkan hingga ke jaringan yang akan dibuat oleh putra-putri Indonesia.
Baca SelengkapnyaDunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.
Baca SelengkapnyaOtoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.
Baca SelengkapnyaOgi menuturkan, pengawasan khusus dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat memperbaiki kondisi keuangannya untuk kepentingan pemegang polis.
Baca Selengkapnya