Ada Tapering Off, Pemerintah Diminta Tak Buru-Buru Naikkan Suku Bunga
Merdeka.com - Ekonom Raden Pardede mengatakan dampak kebijakan moneter atau tapering off yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed terhadap perekonomian Indonesia minim. Dia menyarankan, Pemerintah tidak perlu buru-buru menaikkan suku bunga.
"Perbedaan suku bung akita dengan Amerika Serikat besar sekali. Jadi kita tidak perlu panik buru-buru menaikkan suku bunga, pada saat yang sama cadangan devisa kita yang cukup besar, saya melihat bahwa dampak dari tapering ini terhadap ekonomi kita sangat-sangat minimal," kata Raden dalam Indonesia Knowledge Forum (IKF) X – 2021, Kamis (7/10).
Menurutnya, Indonesia tidak perlu khawatir terkait isu Tapering off yang dilakukan bank Sentral Amerika Serikat. Sebab, saat ini cadangan devisa Indonesia naik menjadi USD 147 miliar, akibat ekspor dan harga komoditas yang membaik, dan perdagangan surplus.
"Kalau kita lihat cadangan devisa kita yang naik akibat dari ekspor yang membaik, ini dalam sejarah republik Indonesia baru sekali ini kita mempunyai cadangan devisa yang demikian besar USD 147 bilion, dan kita mengalami trading surplus, dan kita beruntung akibat harga komoditas yang membaik," ujarnya.
Di samping itu, dia juga menyebut bahwa suku bunga Amerika Serikat dengan Indonesia perbedaannya cukup besar yakni hampir 7,5-8 persen. Sehingga Pemerintah Indonesia tidak perlu buru-buru menaikkan suku bunga.
"Kalau kita lihat perbedaan riil suku bunga AS dengan Indonesia besar sekali itu hampir 7,5 sampai 8 persen," ujarnya.
Adapun Tapering off merupakan pengurangan stimulus moneter yang dikeluarkan bank sentral saat perekonomian sedang terancam dan membutuhkan banyak suntikan dana likuiditas. Hal ini dilakukan The Fed dengan mengurangi ukuran program pembelian obligasi yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (Quantitative Easing/QE).
Di Agustus 2021 kemarin, Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di kisaran 0-0,25 persen dalam rapat Federal Open Market Committee. Namun, Ketua The Fed, Jerome Powell sudah mengisyaratkan mulai mempertimbangkan untuk melakukan tapering off atau pengurangan stimulus besar–besaran di tahun ini.
Meskipun demikian, Powell juga memperingatkan bahwa mulainya tapering pembelian asset tidak dapat diinterpretasikan sebagai sinyal segera menyusulnya kenaikan suku bunga.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
tetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaSaat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menaikkan suku bunga tinggi pun tidak cukup membantu pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaThe Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca Selengkapnya